30- Dafa koma

4.2K 490 16
                                    

____

Lalu apa bedanya saat aku melihat matamu tertutup rapat?

-ALEA

-ALEA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

^¤^

Setelah mengganti pakaian, Alea berjalan menuju ruangan di mana Dafa sedang dirawat. Ia hanya mendapati Zadan dan mamanya di depan ruangan. Alea langsung berlari kepelukan mamanya, lalu kembali menangis.

"Jangan nangis, Sayang. Kita masuk lihat Dafa, ya." Lina berusaha menenangkan Alea, meski tidak bisa dipungkiri jika dirinya juga kaget mendengar kabar ini.

Alea menghapus air matanya, menatap Zadan yang sedari tadi menundukkan kepala. "Zidan mana?"

Zadan menatap Alea, mata cowok itu terlihat memerah. "Ada di dalem. Lo masuk aja, Dokternya udah pergi."

"Lo nggak mau masuk?"

"Gue mau sendiri dulu."

"Hem, ke-keadaan Dafa gimana?" Alea memejamkan mata saat menanyakan hal tersebut. Berharap Dafa tidak baik-baik saja.

Zadan kembali menundukkan kepala membuat Alea kembali khawatir. "Dafa koma...."

Alea terdiam, mencoba mencerna pernyataan Zadan. Rasa sakit langsung menjalar masuk ke dalam hatinya, menyisahkan air mata yang kembali jatuh. Kaki Alea tiba-tiba lemas, kalau saja bukan karena Lina menahan tubuhnya, mungkin ia sudah jatuh karena tidak kuat hanya sekedar menahan tubuhnya.

Alea menepis tangan Lina lalu mulai berjalan menuju ruangan Dafa. Langkah kakinya sangat pelan hingga tidak menimbulkan suara, takut suara kakinya akan membuat Dafa terbangun dari tidur nyenyaknya.

Alea menghela napas pelan, lalu mulai menarik knop pintu. Saat pintu terbuka, Alea bisa melihat jelas bagaimana keadaan Dafa, cowok itu sudah dikelilingi peralatan yang Alea tidak tahu fungsinya apa. Di samping Dafa, berdiri seorang wanita sekitar umur 40-an yang Alea yakini Ibunya Dafa.

Dengan kaki yang terasa berat, Alea melangkah mendekati Dafa membuat wanita di samping Dafa mungkin sedang menatapnya bingung, tapi Alea tetap fokus memperhatikan Dafa. Alea kembali terisak saat melihat wajah Dafa terlihat tenang dengan darah masih terlihat di sekujur lukanya.

"M-maafin gue, Dafa." Alea kembali meminta maaf, rasanya minta maaf saja tidak cukup. Dafa begini karena dirinya, karena Alea mereka bertengkar.

Alea menatap Zidan yang sedang duduk di sofa tidak jauh dari bangkar Dafa. Zidan menatap Dafa dengan tatapan kosong, Alea yakin kedua saudara kembar itu juga merasa terpukul melihat keadaan Dafa.

"Kamu teman sekolahnya Dafa?" tanya Arina setelah tangisnya mereda.

Alea menangguk kaku, menatap wanita yang ada di depannya ini. "Saya Alea, Tante."

After You (TERBIT) Where stories live. Discover now