25- Bukan prioritas

3.7K 459 16
                                    

____

Lalu hal apa yang lebih menyakitkan saat melihat cowok yang sudah resmi menjadi milik kita, sedang terlihat begitu mengkhawatirkan cewek lain?

-ALEA

-ALEA

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

^¤^

"Fitri ... masuk rs," kata Fizan lirih tapi masih didengar Alea.

Mata Alea sukses membulat, "Astaga! Ayo, Fiz kita jenguk Fitri," ujar Alea heboh di balik punggung Fizan, sementara Fizan terlihat diam saja.

Alea menepuk bahu Fizan, "Ayo, kenapa bengong aja?"

Fizan terlihat tersentak kaget, kemudian ia menancap gas dengan cepat. Ia menelusuri jalanan seperti kesetangan, tak peduli bagaimana takutnya Alea di belakang sana. Alea hanya bisa memejamkan matanya, menggenggam erat baju Fizan. Dalam hati ia terus berdoa semoga mereka baik-baik saja setelah ini.

Hanya butuh 10 menit mereka sudah sampai. Fizan memarkirkan motornya lalu berlari masuk tanpa sadar kalau Alea masih tertinggal sembari menatap punggung Fizan yang terlihat khawatir. Alea menghela napas pelan lalu perlahan mengikuti Fizan.

Fizan menyelusuri lorong rumah sakit yang terlihat banyak orang lalu-lalang, matanya berhasil menangkap sosok yang sedang berdiri di depan ruangan. Fizan berlari menghampiri wanita yang terlihat khawatir itu.

"Bagaimana keadaan Fitri, Tante?" tanya Fizan. Ia sedikit mengatur napasnya yang terlihat tidak teratur, detik berikutnya Alea muncul.

Laras—Ibu Fitri menghapus air mata yang sempat menetes dipipinya, ia menatap Fizan sendu. "Sakit Fitri kambuh, tadi ... tadi waktu Tante pulang dari warung, Fitri sudah tidak sadarkan diri. Ta-tante khawatir, Nak Fizan." Laras kembali menangis, Fizan segera membawa wanita tersebut dalam pelukannya, mencoba menenangkan.

"Terus Dokter bilang apa?" Fizan bertanya setelah melihat keadaan Laras sedikit tenang.

"Fitri masih diperiksa, dari tadi Dokter belum keluar," Laras menatap Alea bingung. "Dia siapa, Nak Fizan?" tanyanya kemudian.

"Saya Alea, Tante. Teman sekolah Fitri." Potong Alea saat menyadari ekspresi Fizan. Ia kemudian mencium punggung tangan Laras. Laras tersenyum.

Beberapa menit kemudian, seorang Dokter keluar dari ruangan Fitri. Dokter yang masih terlihat muda dengan balutan jaz putih tersenyum.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Laras bertanya setelah menghampiri Dokter tersebut.

"Anak ibu tidak apa-apa, hanya sedikit stress dan telat makan jadi sakit maagnya kambuh. Jika dibiarkan terus menerus maka besar kemungkinan keadaanya semakin parah. Ibu jangan anggap remeh penyakit maag Fitri, apalagi penyakitnya sudah lama ia alami," jelas Dokter terlihat serius.

After You (TERBIT) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant