2. Daffa Anggara

195 29 7
                                    

Setelah mandi dan berpakaian, Daffa memandang hamparan salju yang terbentang di luar sana dari jendela kaca apartemennya. Salju yang turun cukup deras hingga menutupi beberapa mobil yang terparkir dan menyelimuti permukaan jalan. Atap-atap bangunan di sekitarnya juga terlihat memutih oleh salju yang begitu masif turun sejak tadi malam.

Hawa dingin dari luar masih terasa oleh Daffa ketika berdiri di depan jendela. Ia merapatkan sweater turtleneck yang dikenakan sambil menggosok-gosok kedua tangan untuk memberi efek hangat pada tubuhnya. Cuaca yang tidak bersahabat tak lantas membuat pemuda asal Indonesia itu malas beraktivitas. Alih-alih rebahan, dia malah begitu semangat menyiapkan thermal underwear, long coat, kaus kaki tebal, sepatu boots, kupluk, penutup telinga, syal, masker dan sarung tangan untuk dikenakan keluar apartemen yang suhunya mencapai minus lima derajat celcius. Tentu saja Daffa juga tak lupa menyiapkan beberapa buku dan alat tulis untuk dibawa serta.

Sebagai mahasiswa jurusan kedokteran, pemuda ambisius itu harus menghadapi ujian penting di akhir semester ini sebelum nantinya harus melalui tahap clinical rotation atau sejenis coass di Indonesia. Sangat haram baginya bersantai-santai apalagi sampai membuang-buang waktu jika ingin segera lulus dari kampus paling bergengsi di Korea itu.

"Kak Daffa, semangat banget sih mau ke kampus? Temenin aku dulu dong foto-foto di salju!" teriak Aryo, teman sekamarnya yang baru saja menginjak semester dua di jurusan yang sama. Dia adalah adik bungsu dari Bang Adit, salah satu senior yang saat ini sudah lulus dan kembali ke Indonesia. Anak itu dititipkan sementara waktu di apartemennya agar bisa dibimbing untuk beradaptasi di negeri ginseng itu.

Daffa menoleh lalu tersenyum simpul. Dulu, ketika awal-awal kuliah di Korea, Daffa juga sama seperti Aryo dan mahasiswa Indonesia lainnya yang amat berbinar ketika melihat salju. Nekat keluar dan tertawa-tawa sambil berfoto ria bersama teman-teman sesama mahasiswa dari Indonesia tanpa mempedulikan rasa dingin yang menusuk meski sudah mengenakan segala macam perlengkapan.

Saat mulutnya mengeluarkan asap karena cuaca yang teramat dingin, mereka malah tergelak kegirangan dan malah dengan sengaja terus menerus mengeluarkan asap itu dengan meniup-niupkan ke sekitar. Kemudian sebelum tangan dan seluruh tubuhnya membeku, mereka mengirimkan foto itu dengan bangga pada keluarga yang ada di Indonesia. Lelaki itu masih bisa merasakan hatinya yang saat itu seolah dipenuhi satu ton bunga ketika mendengar nada iri dan decak kagum dari keluarganya. Daffa tertawa kecil. Dia menyadari itu adalah hal ternorak yang pernah ia lakukan selama berada di Korea.

"Mianhae, Aryo, aku harus ke kampus untuk mempersiapkan ujian. Kalau tetap di sini, aku nggak akan konsen belajar atau mungkin malah rebahan terus. Kamu foto-foto sendiri aja, ya!" ujar Daffa sambil mengenakan jaket tebal yang di bagian kepalanya terdapat bulu-bulu hangat untuk menghalau cuaca dingin di luar.

"Ah, Kak Daffa, nggak asik banget! Aku kan belum foto-foto sama salju, Kak!" bujuk Aryo dengan nada kekanak-kanakan. Daffa menggeleng dan lagi-lagi memberikan senyuman miris sambil menahan kesal.

"Next time, ya, Yo!" ucap Daffa tegas. Kalau saja dia tidak ingat anak ini adalah adik dari seniornya, mungkin sudah dia usir sejak pertama kali berada di sini. Aryo benar-benar terobesesi pada salju. Padahal, orang-orang dewasa di Korea sendiri sebenarnya kurang suka ketika musim dingin datang. Selain harus repot memakai banyak perlengkapan ketika hendak keluar rumah, mereka juga kadang terhambat untuk sampai ke tempat tujuan karena banyaknya tumpukan salju di mana-mana dan sering juga terjadi kecelakaan karena mobil mudah tergelincir oleh licinnya salju di jalanan.

Aryo mencebik lalu kembali menarik selimut. Namun, matanya sesekali mengintip aktivitas Daffa yang begitu fokus mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus.

"Kak Daffa, nggak punya pacar? Cewek di sini kan cantik-cantik, Kak?" tanya Aryo penuh rasa ingin tahu. Bibirnya mengembangkan senyum dengan makna tersembunyi. Diam-diam imajinasinya liar membayangkan memiliki pacar seorang wanita Korea yang cantik dan bersinar.

Daffa terbelalak mendengar pertanyaan Aryo yang blak-blakan. Selama di Korea, hal yang satu itu sangat ia hindari untuk dibahas. Selain karena jadwal belajar yang begitu padat, Daffa juga belum bisa membuka hati lagi untuk wanita lain. Hatinya yang pernah patah tak bisa tersambung begitu saja meski di sini banyak wanita cantik mengelilinginya.

"Yo, luruskan niatmu untuk belajar! Apalagi kamu di sini pakai biaya orang tua. Aku kasih tahu, ya, di sini tuh beda banget sama di Indonesia. Kalau di negeri kita, kamu mungkin masih bisa santai-santai, masih ada yang nyontekin tugas atau ngebantu ngejelasin kalau kamu belum terlalu mengerti penjelasan dosen. Kalau di sini? Hmm! Jangan harap, deh! Mereka mau nyapa kamu juga udah syukur alhamdulillah. Kamu kan udah ngerasain sendiri satu semester kemarin gimana!" omel Daffa panjang lebar. Entah kenapa topik itu memicu emosinya di pagi hari yang terlampau dingin ini.

"Ya ampun, Kak. Aku kan cuma nanya. Jawabnya panjang bener." Aryo beringsut dari kasur lalu beranjak ke kamar mandi.

"Tunggu aku ya, Kak, aku siap-siap ke kampus sekarang, deh, biar bisa cari cewek cantik. Eh? Hmm ... maksudku biar bisa ikut belajar sama Kak Daffa," lanjutnya sambil menyeringai.

Daffa melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Di negaranya jam segini suasana di luar pasti sudah terang, tapi di sini, matahari masih belum mau menampakkan sinarnya. Bahkan sang raja malam masih tampak bulat sempurna di atas langit sana. Lelaki itu berpikir masih bisa menunggu beberapa menit lagi agar Aryo bisa berangkat bersama dengannya.

Sambil menunggu Aryo, dia membuka instagram dan langsung menuju profil seseorang yang istimewa di hatinya. Sayangnya, di feed instagram perempuan itu, Daffa harus melihat tawa sang perempuan merekah ketika berdiri di samping seorang lelaki yang diketahui sebagai kekasih sekaligus anak salah satu pejabat di Indonesia. Di kolom komentar, para warganet riuh berkomentar.

"Uwu so sweet banget!"

"Couple goals, sih, ini!"

Mata Daffa terasa pedas dan hatinya tiba-tiba panas dan patah untuk kesekian kali ketika membaca komentar-komentar tersebut. Pemuda itu merutuki dirinya sendiri yang terlalu naif. Tak seharusnya dia membuka lagi profil perempuan itu jika benar-benar ingin fokus menyelesaikan kuliah seperti apa yang dikatakannya pada Aryo tadi.

Tepat ketika Daffa menutup aplikasi instagram, terdengar bel apartemen berbunyi nyaring. Keningnya mengernyit dan bertanya-tanya tentang siapa tamu yang datang sepagi ini. Saat pintu terbuka, seorang wanita cantik bermata sipit dengan balutan mantel tebal langsung memeluknya sambil berurai air mata. Bersamaan dengan itu, Aryo keluar dari kamar mandi dan melihat adegan tersebut dengan mata terbelalak dan mulut menganga.

BERSAMBUNG...

Keterangan :

Sweater turtleneck : Sweater dengan kerah tinggi menutupi peher

Long coat : Jaket panjang

Thermal underwear : Pakaian dalam dua potong dengan kaki panjang dan lengan panjang yang biasanya dikenakan saat cuaca dingin.

Mianhae : Bahasa Korea yang artinya maaf. Biasa digunakan sehari-hari untuk teman sebaya atau orang yang usianya lebih muda.

Clinical rotation : Tahapan pendidikan profesi yang dijalani di rumah sakit. Peserta didik akan mengitari setiap departemen yang ada di RS, seperti departemen penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, bedah, kandungan, dst.

Coass : idem

==========

Nah, lho, siapa tuh cewek yang dateng? Katanya Daffa mau fokus kuliah. Gimana, sih? 😌🤔

MY SEOUL-MATEWhere stories live. Discover now