3. Arqi Mahendra

174 29 16
                                    

Sabira terpaku di tempatnya. Meratapi perlakuan Arqi yang begitu kasar dan menyakitkan. Selama tiga tahun mereka berpacaran, sering kali Arqi bersikap kasar seperti itu. Seingatnya hanya saat masa pendekatan dan awal-awal pacaran Arqi bersikap manis. Sabira selalu berpikir bahwa suatu hari, kekasihnya itu bisa berubah, akan tetapi hingga menginjak tahun ke tiga, masih tak ada perubahan yang berarti. Kekerasan verbal dan fisik yang Arqi lakukan justru malah semakin menjadi. Wajah cantik Sabira buru-buru mendongak ke langit seraya mengusap kedua mata ketika Ola tergopoh-gopoh menghampirinya.

"Lo kok diem aja, sih, digituin, Sab? Argh! Kesel banget gue liatnya. Kalau lo nggak cegah, udah gue abisin tuh bocah!" omel Ola sambil memperhatikan wajah Sabira yang memerah akibat tamparan Arqi.

Sabira mengusap kedua mata lagi lalu bergegas memasuki rumahnya yang mewah. "Bokap dia punya pengaruh penting di negeri ini, La." Sabira menelan ludah dan mengembuskan napas gusar. "Salah-salah, lo malah jadi tersangka dan membusuk di penjara," lanjutnya lagi sambil mengayunkan langkah dengan gontai.

Ola berusaha menyejajarkan langkah Sabira dengan emosi yang belum stabil. Dadanya naik turun mengingat perlakuan Arqi tadi. "Ya gue tahu dia anak pejabat, orang penting, kaya raya atau apalah apalah, tapi nggak bisa seenaknya gitu, dong! Gila kali!"

"Udahlah, La, gue nggak apa-apa, kok." Sabira menghentikan langkah, tersenyum getir lalu menatap lamat-lamat wajah membara manajernya itu.

"Aduh, Sab, kenapa lo nggak putus aja sih? Heran gue!" Tangan Ola bersedekap seraya berdiri tegak menunggu jawaban perempuan di hadapannya.

Sabira terdiam. Matanya berembun dan raut wajahnya mendadak berubah tak ramah. "La, kayaknya lebih baik lo pulang, deh, sekarang. Kerjaan lo udah kelar, kan?"

Mendengar itu, Ola menelan ludah dan wajahnya tiba-tiba pias. Gadis betawi itu seolah baru saja disadarkan bahwa posisinya hanya pekerja di mata Sabira. Dia bisa merasakan rasa kesal sekaligus geram berkecamuk di hatinya. Namun demikian, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali menuruti ucapan bosnya itu.

"Sorry, Sab, kalau gue terlalu ikut campur. Sebagai temen, gue cuma nggak tega lo disakitin gitu. Gue cuma pingin lihat lo bahagia, tapi ... ah ya udahlah, gue balik, ya!" Ola enggan melanjutkan kalimatnya ketika melihat wajah Sabira semakin mengeras. Take care!" Ola bergegas merapikan barang-barang lalu pulang meninggalkan Sabira yang tengah gamang. Ola tahu gadis cantik itu sudah banyak mengorbankan banyak hal demi lelaki pecundang itu. Sabira bahkan bersedia menolak beberapa tawaran kolab dengan youtuber ternama dan bermain film hanya karena tidak diizinkan Arqi. Padahal Ola tahu, Sabira sangat ingin mengembangkan karirnya di dunia hiburan.

Bersamaan dengan pulangnya Ola, Sabira berlari menuju kamar lalu menelungkupkan tubuhnya di kasur. Sabira juga sebenarnya marah, kesal, dan tak terima dengan perlakuan Arqi. Hanya saja gadis itu tak tahu bagaimana cara melawan superioritas lelaki itu. Papi yang selama ini menjadi pelindungnya sudah berpulang ke alam keabadian, sedangkan mami yang diharapkan menjadi pendengar keluh kesah malah jarang berada di rumah karena sibuk dengan perusahaan dan geng sosialitanya. Sabira hanya bisa terisak hingga matanya sembap. Gadis itu merasa bodoh karena tak kuasa keluar dari hubungan yang sangat beracun ini.

***

Sabira berdiri di depan teman-teman kekasihnya yang menatapnya penuh kekaguman. Malam ini salah satu dari sahabat Arqi berulang tahun dan mengadakan private party di sebuah restoran mewah di Jakarta Selatan. Di hadapan mereka, Sabira mengulas senyum paling bersinar menutupi nyeri yang masih terasa di hati saat Arqi menjemputnya tadi. Diam-diam memori Sabira memutar kembali ke saat itu.

"Kenapa kamu pakai baju ini? Aku kan udah beliin gaun baru! Warna ini terlalu mencolok. Bibir lo juga terlalu merah. Udah kaya pelacur aja. Ganti sekarang juga!" perintahnya sambil berkacak pinggang. Matanya menatap jijik perempuan cantik di hadapannya yang memakai dress sleeveles selutut berbahan sifon berwarna merah dengan potongan asimetris di bagian depan dan belakang.

MY SEOUL-MATEWhere stories live. Discover now