39. Secret Tears

89 13 5
                                    

"Akhir-akhir ini kamu berubah, Daf. Apa aku ada salah sama kamu?" tanya Shin Seung Chan akhirnya ketika mereka berjalan di koridor rumah sakit.

Daffa menghentikan langkah lalu menatap gadis di sampingnya dengan bingung. "Eh berubah gimana maksudnya? Nggak kok, kamu nggak ada salah."

"Ya beda aja, sekarang kamu jadi lebih cuek dan nggak mau nemenin aku ke mana-mana," jawab Seung Chan sambil berjalan dan memonyongkan bibir.

"Eh, emang harus, ya?" gumam Daffa cuek. Sayangnya gumaman itu sampai ke telinga Seung Chan.

Raut wajah gadis itu berubah kelabu.  Dia seolah baru saja tersadar bahwa dirinya memang bukan siapa-siapa bagi Daffa.

"Mianhae, mungkin aku yang terlalu berharap lebih sama kamu."

"Eh, maksudku, hmm, aduh maaf, aku nggak bermaksud menyinggungmu." Daffa yang merasa bersalah buru-buru mengejar langkah Seung Chan yang semakin cepat.

"Nggak apa-apa, kok. Aku duluan, ya," ketus Seung Chan sambil berjalan terburu-buru meninggalkan Daffa yang masih kebingungan.

Kepala Daffa sebenarnya masih terasa pening dengan rentetan peristiwa yang telah terjadi hari ini. Ditambah lagi dengan sikap Seung Chan sekarang yang membuat otaknya terasa penuh dan seolah ingin meledak sekarang juga.

====

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya sebagai koas, Daffa kembali mengunjungi Sabira. Saat ini gadis itu sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

Ola terlihat setia menemani Sabira sambil terus mengajaknya bicara. Namun, gadis itu seolah bisu karena tak mau bicara sedikit pun. Beruntung Ola tampak sabar ketika menemani sahabatnya itu.

Ola yang melihat Daffa datang langsung menyuruhnya masuk seraya berkata, "Kak, aku tinggal ke bawah dulu, ya! Ada sesuatu yang harus kubeli," pamit Ola pada Daffa setelah sebelumnya juga meminta izin pada Sabira.

Daffa mengangguk lalu duduk di samping Sabira yang masih tampak muram.

"Ngapain datang lagi ke sini?" tanya Sabira ketus. Wajahnya melengos menghindari tatapan Daffa.

"Kamu nggak suka?" Alih-alih menjawab, Daffa malah balik memberikan pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh Sabira. Di satu sisi gadis itu senang ada Daffa di dekatnya, tetapi di sisi lain dia takut hatinya akan terlena oleh keteduhan wajah dan ketulusan hati Daffa.

"Kalau kamu nggak suka, ya udah aku pulang, deh!" Daffa menunggu respons selama beberapa saat lalu memutuskan berbalik badan setelah tak juga ada jawaban dari lisan Sabira.

Gadis itu gamang. Dia tak ingin ditinggalkan, tetapi juga gengsi jika harus mencegah Daffa untuk pergi.

"Maaf!" Sabira akhirnya bersuara dan menoleh ke arah Daffa yang sudah berjalan menuju pintu keluar.

Mendengar itu Daffa bisa merasakan hatinya berdesir dan jantungnya berloncatan. Setelah membeku beberapa saat ia tersenyum dan kembali menghampiri gadis impiannya itu.

Hati Daffa terasa hangat karena akhirnya Sabira mau ditemani olehnya. Gadis itu bahkan sudah bisa tersenyum tipis saat Daffa menyampaikan beberapa candaan receh di depannya.

Pemuda itu benar-benar bahagia dengan kemajuan ini. Namun, dia tak menyadari ada sepasang mata yang menangis melihat kebahagiaannya itu.

Dialah Shin Seung Chan yang ternyata telah mengikutinya diam-diam sejak tadi. Kini ia harus menyaksikan betapa Daffa sangat bahagia bersama perempuan yang lain. Terlebih tatapan Daffa pada perempuan itu juga tampak penuh dengan cinta yang meluap-luap. Melihat itu, kedua sudut matanya terus saja mengeluarkan cairan bening yang merupakan wujud nyata dari rasa sakit di hatinya.

BERSAMBUNG...

MY SEOUL-MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang