4. Shin Seung Chan

152 27 5
                                    

Di tengah cuaca kota Seoul yang begitu menusuk, seorang gadis cantik bernama Shin tampak tenang dan nyaman di pelukan Daffa meski air matanya tak kunjung berhenti mengalir. Sebenarnya Daffa sedikit risih menerima pelukan yang tiba-tiba itu, akan tetapi dia juga tidak tega melepaskan tubuh sang gadis yang begitu lunglai di pelukannya.

"Aigoo! Maaf, Kak, aku nggak lihat, kok! Beneran, deh!" ujar Aryo sebelum berlari kecil menuju kamar tidur lalu kembali masuk ke kamar mandi setelah mengambil sesuatu yang tertinggal.

Daffa dan Shin menoleh bersamaan lalu buru-buru melepaskan pelukan dengan wajah jengah.

"Sorry. He is my roommate. Waeyo, Shin? Ada apa?" Daffa mempersilakan gadis di hadapannya itu untuk duduk di kursi kecil yang terletak tak jauh dari kamar tidur. Apartemennya yang sederhana dan cenderung sempit itu tak memiliki ruang tamu dan sofa yang memadai sehingga mereka harus bercengkrama dengan jarak yang begitu dekat. Dengan kening berkerut, Daffa mengambilkan segelas air lantas memberikan kepada Shin. Dia bingung karena baru sekarang teman sekelasnya itu datang ke apartemennya dengan kondisi berantakan seperti ini.

"Minum dulu, Shin," ucap Daffa lembut. Gadis itu mengangguk lalu meminumnya sedikit demi sedikit.

"Mianhae, Daffa, pagi-pagi gini aku sudah ganggu kamu," ucap Shin dengan suara serak.

"Gwaenchana. Aku juga lagi siap-siap mau ke kampus. Kamu kenapa?" tanya Daffa sekali lagi. Matanya menyapu wajah Shin yang tampak muram. Perempuan di hadapannya itu bernama lengkap Shin Seung Chan. Dia merupakan perempuan asli Korea yang lahir dan besar di Seoul bersama ayah, ibu dan adik lelakinya yang masih kecil.

Shin cukup dekat dengan Daffa karena mereka pernah satu kelompok dalam tugas kuliah dan Daffa juga pernah berbaik hati menjelaskan sebuah materi yang tidak dimengerti oleh Shin. Selama kuliah di sana, Daffa juga banyak dibantu oleh Shin dalam meningkatkan bahasa Koreanya. Bisa dibilang Shin adalah teman sekelas yang paling dekat jika dibandingkan dengan yang lain. Tampilan fisik gadis itu sama seperti perempuan Korea kebanyakan yang berkulit putih bersinar, bibir tipis, pipi merona, dan bermata sipit.

Sebagai lelaki, Daffa juga kagum pada kecantikannya, akan tetapi hatinya seolah telah terkunci karena dia merasa tak pernah bisa jatuh cinta lagi pada siapa pun kecuali gadis yang kini tinggal ratusan kilometer dari tempatnya berada.

Shin mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan yang tak terlalu luas itu. Kemudian matanya menatap kosong ke arah jendela sambil menghapus air bening yang tak kunjung berhenti mengalir.

"Pacarku selingkuh, Daf," ucap Shin pelan. Kepalanya menunduk setelah melontarkan kalimat itu.

"Selingkuh? Kamu tahu dari mana? Emang kamu lihat langsung? Jangan-jangan cuma ada orang yang memfitnah dia, Shin." Daffa berusaha berbaik sangka demi menenangkan gadis berambut panjang itu.

"Nggak, Daf. Aku lihat dengan mataku sendiri ketika tadi iseng mampir ke apartemennya. Aku melihat dia ... dia sedang tidur dengan wanita lain," ucapnya terbata. Sejurus kemudian gadis itu kembali tergugu. Bahunya naik turun seiring dengan tangisnya yang kian kencang.

Daffa menelan ludah dan mengusap wajah dengan kasar. Tangannya menepuk-nepuk pundak gadis itu dengan lembut. "Sabar ya, Shin. Aku ikut prihatin, tapi, kalau dia selingkuh, berarti dia bukan lelaki yang baik. Simple, kan? Kamu nggak boleh terpuruk begini. Oke?" Pemuda itu mencoba menyemangati wanita di hadapannya yang tampak kacau.

"Nggak semudah itu, Daf. Kamu kan tahu, aku udah berpacaran lama sama dia. Semua yang dia minta juga udah aku berikan. Ternyata balasannya malah begini. Kamu nggak akan mengerti rasanya patah hati, Daf!" pekik Shin seraya menangis lagi.

Daffa terdiam dengan hati yang terasa diremas-remas. Pemuda itu memang tak pernah diselingkuhi dan enggan bercerita pada siapa pun tentang kondisi hatinya, akan tetapi bukan berarti dia tidak pernah merasakan sakitnya patah hati. Tak ada yang tahu seberapa hancur hatinya ketika melihat gadis yang disuka justru berpacaran dengan lelaki lain. Sampai sekarang dia hanya bisa memendam rasa sambil sesekali mengamati instagram gadis pujaan yang sekarang kian banyak pengikutnya. Daffa tak juga jera mengamati gadis itu dari jauh meskipun setelah itu, hatinya kembali sakit dan patah.

"Shin, aku mengerti perasanmu, tapi kamu harus yakin di masa depan, kamu bisa menemukan pasangan yang jauh lebih baik. Lihat dirimu! Ippeoyo! Aku yakin lelaki yang baik tak akan menyia-nyiakanmu. Sudahlah, lebih baik kita fokus aja dengan ujian yang sebentar lagi ada di depan mata, oke?" bujuk Daffa seraya menatap mata gadis itu yang semakin menyipit karena sembap.

Shin terkesiap mendengar pujian dari lisan lelaki berpostur tinggi itu. Selama ini, Daffa cenderung cuek dan tak pernah bersikap manis seperti ini. "Gomawo, Daffa," ucap Shin seraya merentangkan kedua tangannya ingin memeluk, tapi pemuda itu malah menjauh dengan tatapan cemas.

"Mianhae, Shin. Di kamar mandi ada temanku. Aku khawatir dia malah salah paham." Daffa menangkupkan kedua tangan sambil sedikit membungkuk.

"Nggak apa-apa, kok, Kak, lanjutkan aja!" Tiba-tiba terdengar teriakan Aryo dari balik pintu kamar mandi. Lelaki itu tampak segar dan cerah ketika menatap wajah bersinar Shin. Dia juga sudah lengkap berpakaian dan terlihat bersemangat untuk segera berangkat ke kampus. Hanya jaket, sarung tangan, kupluk, dan kaus kaki tebal yang belum dikenakannya.

"Kamu nguping, yo?!" tanya Daffa geram.

"Hmm, sedikit, Kak." Aryo menyeringai ke arah Daffa lalu tersenyum genit ke arah Shin. "Annyeong haseyo, Noona!" sapanya sambil melambaikan tangan ke arah Shin. Demi sopan santun, Shin tersenyum dan membalas sapaan Aryo dengan hangat sebelum pemuda itu menghilang di balik pintu kamar.

Daffa menggeleng pelan sambil mengelus dada. Menghadapi anak lelaki satu itu memang harus punya stok kesabaran ekstra.

"Sekali lagi maaf ya, Shin. My roommate emang agak kurang sopan." Wajah Daffa tampak pucat menahan malu. Lelaki itu sungguh khawatir Shin akan risih atau marah dengan sikap Aryo si sontoloyo.

Shin tersenyum tipis sambil menggeleng pelan. "Gwaenchana, Daf. Anak itu lucu, kok."

"Baiklah kalau begitu, tunggu sebentar, ya. Kami siap-siap dulu," ucap Daffa sambil tersenyum sebelum bergegas menuju kamar.

Shin mengangguk. Diam-diam hatinya berdesir menatap senyum tulus Daffa yang tiba-tiba terlihat begitu memesona di matanya.

BERSAMBUNG

***
Oh Shin.. Kasihannya kamu.😢
Kira-kira gimana kelanjutannya, ya? 🤔 Gimana coba kalau Shin suka sama Daffa? Atau malah sama Aryo? Hahaha 🙈

Ikutin terus kisah MY SEOUL-MATE dan jangan lupa klik vote dan komen, ya! 😍 Terima Kasih.. 💓
Luvluvv
-DIA

======
Keterangan :
Aigoo : Aduh!
Waeyo : Kenapa?
Gwaenchana : Nggak apa-apa
Noona : Pangilan untuk kakak perempuan oleh adik laki-laki
Ippeoyo : Kamu cantik!
Gomawo : Terima Kasih

MY SEOUL-MATEWhere stories live. Discover now