16. Tak Peka

97 20 8
                                    

Daffa gelisah karena sudah 1x24 jam mengirim Direct Message (DM) pada Bia, tetapi pesannya belum juga dibalas. Lelaki itu setia menunggu meski kemungkinan dibalas sangat kecil. Dengan penuh semangat, dia kembali membuka profil selebgram cantik itu. Hatinya merasa sedikit lega ketika ada satu postingan baru terpajang di sana. Daffa tersenyum dan merasa senang karena bisa melihat lagi wajahnya hari ini. Kecemasannya terhadap Bia mendadak sirna karena ternyata gadis itu sedang terlihat baik-baik saja dan tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Setelah puas berselancar di dunia maya, Daffa menutup aplikasi instagram lalu menyimpan ponsel ke saku celana. Setelah itu, Matanya kembali memandang buku-buku kedokteran yang tebal di depannya. Daffa mengembuskan napas pelan. Inilah dunia nyata yang sekaang harus dihadapinya.

Saat ini, lelaki tekun itu sedang berada di perpustakaan bersama Aryo. Mereka berniat belajar untuk persiapan ujian yang semakin dekat. Ketika Daffa sedang tenggelam dalam buku yang dibaca, tiba-tiba Aryo yang duduk di depannya menepuk-nepuk tangan Daffa dengan kencang.

"Aduh! Sakit, yo! Kamu kenapa, sih?" tanya Daffa kesal. Fokus belajarnya mendadak hilang karena tindakan spontan juniornya itu.

"Itu, Kak, ada Shin Seung Chan!" serunya sambil menunjuk ke arah belakang Daffa. Daffa berbalik badan dan mendapati Shin Seung Chan sedang duduk sendirian sambil membaca di meja yang terletak persis di belakangnya.

"Kita samperin, yuk?" ajak Aryo.

"Hmm, biar aku aja, deh." Daffa menutup buku lalu berdiri. Kini, konsentrasi belajarnya sudah benar-benar buyar dengan keberadaan Shin Seung Chan. Lelaki lembut itu merasa harus membuka kembali komunikasi dengan gadis itu. Bagaimanapun Shin Seung Chan adalah sahabat seperjuangan dari awal yang tak mungkin bisa dia abaikan begitu saja.

"Serius?" tanya Aryo sebelum Daffa benar-benar pergi.

Daffa mengangguk yakin lalu berjalan dengan langkah setegap tentara saat menghampiri gadis itu.

"Selamat pagi, Seung Chan! Boleh aku duduk di sini?" tanya Daffa ramah seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Shin Seung Chan yang kaget dengan kehadiran Daffa langsung berdiri dan berusaha menjauhi lelaki yang pagi itu tampak tampan dengan tatanan rambut barunya yang dibelah pinggir. Namun, sebelum itu terjadi, dengan cepat Daffa mencegah dengan memegang pergelangan tangannya. Sontak saja jantung Shin Seung Chan langsung berdebar tak keruan dan tanpa sadar menuruti permintaan Daffa untuk duduk kembali di depannya.

"Kenapa kamu menghindariku, Seung Chan?" tanya Daffa bingung. Dia tahu, Seung Chan mungkin malu karena isi hatinya terbongkar, tetapi apa iya solusinya adalah harus terus menerus menghindar?

Gadis itu membeku. Kepalanya menunduk malu. Lidahnya seolah kelu dan tak sanggup mengucapkan satu kata pun.

"Kamu nggak perlu khawatir soal surat itu Seung Chan. Terkadang kita memang tak bisa mengatur perasaan kita sendiri. Konon, bukan kita yang menemukan cinta, tetapi cinta sendiri yang memilih kita," ucap Daffa bijak.

Mendengar itu, hati Seung Chan menghangat sekaligus jengah. "Sekarang kamu pasti menganggapku perempuan yang gampangan, kan?" tanya Shin Seung Chan dengan suara terbata. Kemudian kedua tangannya menutupi wajah yang semakin merah karena rasa malu yang teramat sangat.

Kening Daffa mengernyit lalu menggeleng pelan. "Jangan overthinking, Seung Chan! Itu hanya akan membuatmu tak tenang. Apa yang kamu pikirkan itu sama sekali tak pernah terlintas di benakku."

"Tapi aku malu, Daf," ungkap gadis itu akhirnya sambil meneteskan air mata.

Daffa mengibaskan tangan sambil tertawa pelan. "Ah, sudahlah! Gimana kalau kita anggap saja kejadian itu tidak pernah ada? Kita masih bisa berteman, kan?" tanya Daffa santai sambil menatapnya lamat-lamat.

Shin Seung Chan mendesah pelan lalu mengusap wajahnya. Gadis itu heran bagaimana mungkin Daffa bisa sesantai itu di saat hatinya justru tengah bergemuruh mengharapkan sesuatu yang lebih atas hubungan mereka. Gadis itu menggerakkan bola mata ke kiri dan ke kanan seolah sedang mempertimbangkan sesuatu.

"Kenapa, Seung Chan?" tanya Daffa bingung.

"Dengan surat itu dibacakan Aryo, kamu sudah tahu bahwa aku cinta kamu, Daf!" Kali ini Seung Chan bicara dengan nada kesal.

"Iya. Lalu?" tanya Daffa tanpa mengerti ke mana arah pembicaraan gadis Korea di hadapannya ini.

Raut wajah Seung Chan semakin geram dengan kepolosan pemuda Indonesia itu. "Kenapa kamu bodoh sekali, sih!" gumamnya pelan.

"Serius, aku nggak mengerti. Maksudnya apa?" tanya Daffa lagi sambil berusaha menatap wajah gadis itu dengan lebih dekat.

Seung Chan menarik napas panjang lalu membuangnya perlahan. Tampaknya gadis itu tak tahan lagi untuk menumpahkan apa yang ada di benaknya sejak tadi. "Tak terpikir kah olehmu, Daf, untuk memberi respons atas isi hatiku yang telah kau tahu?" ungkap Seung Chan akhirnya sebelum pergi meninggalkan Daffa yang mendadak ternganga dengan untaian kalimat yang baru saja didengarnya. Lelaki yang tak pernah berpacaran itu tampak termenung dan tak mengerti harus bersikap bagaimana.

BERSAMBUNG..

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komen, ya! 😊

MY SEOUL-MATEOnde as histórias ganham vida. Descobre agora