33. Hari yang Menegangkan

95 12 10
                                    

Pagi baru saja menyapa ketika Ola terjaga dari tidur panjangnya. Gadis berambut keriting itu duduk lalu mengusap wajah pelan sambil menatap satu pesan whatsapp yang baru masuk. Pesan itu berasal dari Wina yang mengabarkan akan kembali ke Indonesia sekarang juga. Sontak saja Ola kaget dan mulai mencari alasan agar bisa keluar untuk menelepon mami Sabira dengan leluasa tanpa menimbulkan kecurigaan dari sahabatnya.

Ola yang saat itu juga mulai merasakan tusukan rasa pegal yang menjalar di sekujur tubuh berdiri lalu meregangkan otot sebentar dengan cara menggerakkan tubuh ke kiri dan ke kanan sampai tulangnya berbunyi. Matanya melirik ke arah Sabira yang lagi-lagi kedapatan tengah termenung sambil menatap kosong langit-langit ruangan.

"Hmm, Sab, gue mau jalan-jalan sebentar, ya ke taman rumah sakit. Rasanya badan gue perlu dilemesin, nih. Mata gue juga perlu refreshing kayaknya. Lo mau ikut, nggak?" tanya Ola ragu.

Sabira bergeming tanpa menoleh dan menjawab pertanyaan itu. Dia malah terlihat semakin serius menatap langit-langit tanpa sedikit pun mengedipkan mata.

"Sebentar aja, kok. Paling sepuluh sampai lima belas menit. Boleh, kan?" tanya Ola lagi. Tanpa diduga Sabira merespon dengan anggukan lemah.

"Yeay! Thank you! Lo yakin nih nggak mau ikut juga?" tanya Ola sekadar berbasa-basi.

Sabira menggeleng pelan sambil menahan gejolak amarah yang menggelegak di hati akibat membaca berita tentang kebebasan Arqi tadi malam. Namun, manajernya sama sekali tak menyadari hal itu. Ola yang mengira Sabira belum tahu informasi itu malah bergegas pergi setelah sebelumnya memotong sebuah apel untuk Sabira.

"Mungkin sebentar lagi sarapan datang. Nah, untuk sementara, lo makan ini dulu, ya!" ucap Ola sambil mengupas apel dengan lihai.

"Tenang, gue janji nggak akan lama.  Lo beneran nggak apa-apa kan ya gue tinggal sebentar?" tanya Ola memastikan sebelum benar-benar pergi.

Sabira mengangguk pelan dengan wajah nelangsa. Pikirannya penuh dan ingin menumpahkannya tetapi tak tahu bagaimana cara yang tepat. Akhirnya gadis dua puluh tahun itu hanya termenung dan semakin membeku selepas manajernya itu pergi.

Kedua mata Sabira tiba-tiba mengarah pada sebilah pisau yang tergeletak di samping potongan apel yang baru saja dikupas. Gadis berambut sebahu itu menarik napas panjang lalu berusaha membuang pikiran buruk yang tiba-tiba melintas di benaknya.

Dia menggeleng kuat-kuat sambil menutupi wajah dengan kedua tangan sambil terus berusaha mengusir pikiran negatif yang semakin kuat mendorong untuk melakukan hal mengerikan itu.

Namun, pada akhirnya belia itu tak kuasa meredam. Tanpa benar-benar sadar, tangannya malah mengambil pisau lalu mengarahkan ke pergelangan tangan lebih tepatnya di atas urat nadi yang sangat vital perannya bagi tubuh manusia.

Matanya terpejam dan bisikan yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang dibenci Tuhan itu semakin keras terdengar.

Sabira tak mampu lagi berpikir jernih karena di otaknya saat ini hanya dipenuhi keinginan untuk bebas dari semua tekanan hidup yang tengah dirasa dan berharap bisa segera bertemu almarhum papi yang dicintainya di alam keabadian.

Gadis itu merasa dunia ini tak adil. Arqi yang telah menghancurkan mimpinya malah mendapat simpati masyarakat. Sedangkan dia sebagai korban malah dicemooh karena fitnah selingkuh yang diembuskan pihak mantan kekasihnya itu. Ia tak sanggup menahan beban mental yang begitu berat jika harus terus menerus disudutkan dan dihakimi seperti ini

Sabira juga merasa, bertahan hidup di dunia tak akan ada artinya lagi karena wajahnya telah rusak dan semua mimpinya berantakan. Terlebih ia tak kuasa menerima fakta orang yang sudah menghancurkan masa depannya bisa tertawa dan melenggang bebas begitu saja tanpa hukuman apa pun. Ini yang paling terasa begitu menyesakkan dada.

Dalam hitungan ke tiga, bagian tajam pisau itu mengiris nadi tangan kirinya dan langsung memuncratkan darah segar dari sana. Sabira bisa merasakan nyeri yang luar biasa di bagian tangan lalu menjalar ke sekujur tubuh. Selang beberapa menit kemudian Sabira menggigil dan tubuhnya lunglai. Kepalanya terasa sakit begitu hebat sampai kemudian tubuhnya terkapar di lantai dengan darah yang menggenang di sekitarnya.

---------

Daffa berjalan di koridor rumah sakit dengan riang sambil membawa lagi seikat bunga mawar segar berwarna merah untuk Sabira. Pemuda itu sengaja datang lebih pagi agar bisa menemui gadis itu dulu sebelum melaksanakan tugas sebagai koas. Tentu saja ini dilakukan agar teman-teman sekelompoknya terutama Shin Seung Chan tidak mengetahui apa yang di lakukannya.

Pemuda berhidung mancung itu tersenyum sendiri membayangkan pertemuan ini. Ada banyak hal yang ingin ia bicarakan pada gadis itu. Ya, Daffa tak ingin kembali menyia-nyiakan kesempatan ada. Lagipula menurutnya saat ini adalah waktu yang tepat untuk membangkitkan semangat hidup gadis pujaannya itu.

Ketika tiba di depan ruang perawatan intensif langkah Daffa terhenti karena matanya menangkap aliran darah yang mengalir dari dalam ruangan. Aroma anyir dan amis menyeruak dan memenuhi indra penciumannya hingga dia merasa sedikit mual. Tanpa berpikir panjang pemuda itu langsung membuka pintu dan dia terkesiap ketika melihat perempuan yang dicintainya tergeletak di lantai dengan bersimbah darah.

Sontak saja jantung Daffa langsung berdentam kencang dan dengkulnya terasa lemas ketika melihat wajah Sabira telah memucat. Dokter muda itu berteriak panik memanggil para perawat seraya mengangkat tubuh Sabira yang terasa ringan itu ke atas tempat tidur lalu mulai melakukan pertolongan pertama yaitu melakukan penghentian darah dengan cara menekan daerah pergelangan tangan Sabira yang mengeluarkan darah menggunakan kain selimut yang berada di dekatnya.

Urat nadi adalah pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan oksigen dan nutrisi ke berbagai organ tubuh. Jika nadi putus, maka tubuh akan mengeluarkan banyak darah dan jika keadaan ini dibiarkan maka akan berakibat fatal. Oleh sebab itu, Daffa berusaha mengatasi pendarahan yang terjadi karena jika tidak, nyawa Sabira yang menjadi taruhannya.

BERSAMBUNG...

HOSH..HOSH.. TEGANG euy nulisnya. Gimana pendapat kalian tentang part ini? Komen, yaa.. Jangan lupa vote juga heehe. Makasiih..
Luvluv.
-DIA
💓

MY SEOUL-MATEWhere stories live. Discover now