32. Kabar Kabur

94 11 3
                                    

Sabira duduk di pinggir tempat tidur seraya memandangi sebuket bunga mawar merah pemberian Daffa yang ditaruh di atas nakas oleh Ola. Harumnya yang semerbak menyeruak ke seluruh ruangan dan memenuhi indra penciumannya.

Hatinya terasa menghangat ketika matanya dimanjakan oleh kecantikan bunga tersebut hingga akhirnya dengan perlahan tapi pasti, ia bangkit dari tempat tidur lalu kedua tangannya mengambil bunga tersebut dengan hati-hati. Kemudian gadis itu mengarahkan hidung untuk menghirup dalam-dalam aroma bunga yang begitu segar itu.

Sabira terkesiap karena ternyata ada sebuah kartu ucapan yang terselip di antara banyaknya bunga yang tersusun rapi. Matanya membaca kata demi kata yang tertulis lalu tiba-tiba hatinya merasa masygul.

"Sab, ada bunga, tuh, buat lo," teriak Ola ketika melihat Sabira dari arah belakang. Dia baru saja keluar dari kamar mandi. "Eh, udah tau, ya?" tanya Ola lagi setelah melihat Sabira sedang memegang bunga yang baru saja diberi Daffa.

Sabira buru-buru menaruh bunga tersebut kembali ke tempatnya semula sambil berbaring lagi di tempat tidur.

"Cantik banget ya, Sab? Kak Daffa sendiri, lho, yang antar ke sini. Kayaknya dia suka sama lo, deh! Hihi," ujar Ola sambil senyum-senyum meledek sahabatnya.

"Ola, stop! Please, stop!" teriak Sabira dengan suara serak sambil memegangi pipinya yang tak lagi mulus.

"Eh, kenapa?" tanya Ola bingung. "Aduh, gue salah ngomong lagi, ya? Maaf, maaf, Sab. Gue nggak maksud apa-apa, kok." Ola mendekati Sabira lalu memandang wajahnya dari dekat.

Sabira hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun. Kepalanya tertunduk dengan mata yang mulai berembun.

"Sab, lo kenapa? Cerita sama gue ..."

Sabira menggeleng kencang sambil mati-matian menahan air mata agar tak keluar.

Melihat itu, Ola memeluk erat perempuan di hadapannya itu sambil mengelus punggungnya dengan lembut. Dia khawatir Sabira akan menangis histeris lagi dan mengamuk seperti yang sudah-sudah.

"Maafin mulut gue yang kadang kurang disaring ini, ya! Maaf juga kadang gue kurang peka sama perasaan lo." Sekali lagi Ola menyesali  ucapannya yang tanpa sadar telah membuat Sabira kembali terluka.

Sabira menggeleng lemah. "Lo nggak salah, La. Gue yang bodoh udah ngebiarin wajah gue akhirnya jadi mengerikan kaya gini. Gue malu, La. Malu banget! Apa lagi sama Kak Daffa." Sabira menangis tersedu-sedu di pelukan sahabatnya itu.

Ola menelan ludah sambil merapikan rambut Sabira yang berantakan. "Sabar ya, Sab, ini semua takdir dari Tuhan. Gue yakin Dia lagi nyiapin yang terbaik buat lo. Jangan putus asa, ya dan jangan overthinking juga sebab gue percaya Kak Daffa orang baik dan tulus. Tapi, yah, emang gue juga salah sih kalo sekarang bilang dia mungkin suka sama lo. Bisa jadi dia emang cuma empati aja, kan. Maaf ya, Sab. Gue ngerti banget nggak mudah buat lo untuk ngebuka hati lagi buat lelaki," jelas Ola panjang lebar berusaha menenangkan dan mengendalikan emosi sahabatnya itu.

Sabira mengangguk sambil mengusap air matanya. Gadis itu menghela napas berat ketika ponsel Ola berbunyi nyaring.

"Eh, nyokap lo, nih! Bentar, ya!" ucap Ola sambil menekan tombol hijau di ponsel.

"Iya, Tan, gimana?" tanya Ola.

Di seberang sana terdengar suara penuh amarah dari Wina sekaligus isak tangis yang begitu pilu.

"Ada apa, Tan?" Wajah Ola mendadak panik tetapi berusaha menutupi dari Sabira. Dia berjalan menjauh menuju luar ruangan agar Sabira tak mendengar. Tak lama kemudian raut wajahnya menjadi ikut geram setelah mendengar penuturan Wina di telepon. Sekilas dia melirik ke arah Sabira yang sedang memandangnya dari jauh. Gadis itu menatapnya dengan penuh tanya sedangkan Ola masih berusaha fokus mendengarkan Wina yang berbicara di sambungan telepon.

"Ada apa?" tanya Sabira penuh rasa ingin tahu.

"Eh, Hmm, nggak apa-apa, Sab. Cuma ada sedikit masalah dengan pihak hotel. Don't worry!" jawab Ola kikuk. Tanpa berkata apa-apa lagi gadis itu  duduk di sofa dengan kaki menyelonjor. Matanya terpejam demi menghindari pertanyaan berikutnya.

Tentu saja hal itu membuat Sabira curiga dan perasaannya tiba-tiba gelisah. Dengan ragu, gadis itu buru-buru mengambil ponsel yang tersimpan di laci untuk membuka sebuah website dari portal berita yang terpercaya dan teraktual di Indonesia.

Tanpa diduga, sebuah kabar menyesakkan itu muncul tepat di halaman pertama sebagai headline berita. Setelah tuntas membaca, hatinya langsung membeku dan dadanya tiba-tiba terasa panas dan sesak.

BERSAMBUNG...

***

Kira-kira kabar apa, ya? 🤔

Komen yaa 😊
Jangan lupa vote jugaaa..
Maacih
Luvluv
-DIA
💓

MY SEOUL-MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang