18. Sebuah Saran

89 17 4
                                    

Segera setelah Shin Seung Chan meninggalkan Daffa, Aryo berlari kecil untuk menghampirinya yang sedang termenung dengan wajah bingung. "Kenapa doi, Kak?" tanya Aryo dengan kening berkerut saat menatap kepergian Shin Seung Chan yang terburu-buru.

Daffa menggedikkan bahu lantas menggaruk-garuk kepala yang tak gatal, "aku bingung sama perempuan. Mereka tuh maunya apa, sih?"

"Emang tadi kalian ngomong apa aja, Kak?" tanya Aryo penasaran. Pemuda itu menarik kursi lalu duduk tepat di samping Daffa sambil menatapnya lamat-lamat.

Dengan runut dan tanpa ditambah atau dikurangi, Daffa menceritakan semua isi percakapan yang baru saja terjadi dengan gadis Korea itu tanpa jeda. Sesekali tangannya mengusap wajah pelan dan menyugar rambut hitamnya.

Aryo tergelak sambil menepuk-nepuk pundak Daffa sesaat setelah selesai mendengar penuturan seniornya itu. "Kayaknya Kakak terlalu banyak gaul sama buku, deh, jadinya nggak peka gini."

"Emang kenapa, Yo? Ada yang salah? Harusnya aku gimana, sih?" Lagi-lagi Daffa menggaruk kepala lalu bersedekap dan menatap wajah Aryo lekat-lekat seolah ingin segera mendapat jawaban.

Aryo tersenyum lebar dan memperbaiki posisi duduknya seolah sedang ingin memberikan sebuah analisa penting. "Hmm, gini, Kak, biasanya perempuan tuh malu banget kalau isi hatinya diketahui orang lain apa lagi oleh orang yang dia suka. Nah, menurutku sih dia tuh sekarang lagi berharap banget Kak Daffa punya perasaan yang sama dengannya sehingga dia nggak merasa tambah malu karena bertepuk sebelah tangan."

Daffa terkesiap. Lelaki yang hari ini mengenakan kemeja biru muda itu bisa merasakan jantungnya seolah berhenti sejenak. "Tapi kamu kan tahu aku nggak ada perasaan apa-apa sama dia," ucap Daffa sambil menatap salju yang turun dengan cukup deras dari jendela kaca perpustakaan. "Aku nggak bisa, Yo," lanjutnya lagi.

"Emang kenapa nggak bisa, sih, Kak? Karena Kakak suka sama selebgram itu?" selidik Aryo kepo.

Lagi-lagi Daffa harus terkejut mendengar kalimat Aryo sebab selama ini dia tak pernah bercerita pada siapa pun soal gadis pujaannya itu. "Bagaimana kamu bisa tahu, Yo?"

Aryo tampak menutup mulut sejenak menyesali kalimat yang baru saja dilontarkan. "Hmm, maaf,Kak, beberapa kali aku lihat Kak Daffa stalking-in dia sambil senyum-senyum sendiri. Padahal setahuku, selebgram itu udah punya pacar kan, Kak?" tanya Aryo lugas.

Daffa mengangguk pelan. Hatinya seolah diremas karena sebenarnya ia sudah lama kecewa dan patah hati dengan fakta tersebut, tetapi cinta memang buta dan tak mengenal nalar. Dia malah terus memendam cinta pada gadis itu sampai saat ini.

"Duh, Kak, mohon maaf, nih, ya, kalau Kak Daffa ngarepin tuh selebgram yang udah punya pacar, kayaknya itu naif banget, deh. Kenapa sih nggak coba dulu buka hati buat perempuan yang jelas-jelas sayang sama Kakak," ucap Aryo sok tahu.

Daffa terdiam. Hatinya seolah membeku. Kata-kata Aryo tidak salah, tetapi dirinya belum bisa sepenuhnya menerima.

"Hmm yaa sekali lagi maaf ya, Kak. Bukannya aku sok nasehatin, nih, tapi ngapain sih mencintai orang yang menyadari keberadaan kita aja nggak. Udahlah, kita lanjut belajar lagi aja," ucap Aryo sambil berdiri hendak kembali ke mejanya.

"Yo, sebentar. Kalau misalnya aku bener-bener nggak bisa membalas perasaan Seung Chan gimana?" Wajah Daffa tampak kebingungan saat menanyakannya. Pemuda itu memang selalu dapat nilai tertinggi dalam semua mata kuliah, tetapi untuk urusan percintaan, nilainya nol besar.

Mendengar itu, Aryo menepuk dahi keras-keras. "Ya, setidaknya Kak Daffa bilang kenapa nggak bisa. Emang sih bakalan canggung banget jadinya. Mungkin hubungan persahabatan kalian malah jadi renggang. Maaf ya, Kak, ini semua gara-gara aku," ucap Aryo penuh sesal.

"Ah udahlah, jangan terus menerus menyalahkan diri sendiri. Percuma nyesel juga, kan udah terjadi. Yang terpenting, ambil pelajarannya aja supaya jangan terulang lagi," jawab Daffa bijak.

"Iya, Kak. Siap!" kata Aryo sambil menaruh tangan di kepala sebagai tanda hormat. "Oh iya, Kak, menurutku, Kak Daffa bilang aja deh kalau Kakak juga punya perasaan yang sama dengannya. Nah dengan begitu, dia jadi nggak terlalu merasa malu. Lagi  pula nggak ada salahnya kan jadian sama Seung Chan yang pintar dan cantik? Cinta datang karena terbiasa bukan?" lanjut Aryo lagi.

"Maksudmu, aku harus bohong gitu?"

"Bohong demi kebaikan nggak apa-apa kan, Kak?" ucap Aryo sambil menyeringai.

Daffa tak merespons lagi. Calon dokter itu hanya termenung dan memikirkan pendapat Aryo barusan. Apa benar dia harus melupakan gadis dambaannya di Indonesia dan belajar membuka hati untuk gadis Korea yang jelas-jelas mencintainya?

***

BERSAMBUNG..

MY SEOUL-MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang