Adegan Memalukan

21 0 0
                                    

Sudah dua puluh menit berlalu saat kutengok jam di tanganku. Namun, tetap saja kami menjadi patung. Dia nggak berbicara. Aku juga bingung harus bilang apa. Akhirnya, menunduk saja aku memainkan ujung jilbabku. Untung, selalu sadar aku untuk nggak mengupil.

Lama-lama seperti ini, pegal pula kepalaku terus menunduk. Jadi, kuputuskan untuk melihat sekeliling. Siapa tahu sudah ada Sasa, kan? Biasalah aku segera pergi dari sini.

Sepertinya, apes kali aku saat ini. Sudah kucoba tengok ke sana-kemari. Kupanjang-panjangkan leherku, tetapi belum tampak juga batang hidung si Sasa. Kalau sudah begini, apa pula yang harus kuperbuat?

Saat kulihat ke samping, cowok itu, Anubhawa maksudku, sedang menonton konser dengan khusuk. Cuek kali dia. Seolah-olah nggak ada aku di sampingnya.

Marah aku kalau diperlakukan seperti ini. Rasanya ingin mengamuk aku. Nggak dihargainya aku yang ada di sampingnya. Namun, kalau aku marah, apa alasanku?

Nggak ingin begini terus, kukuat-kuatkan diriku untuk berbicara padanya. “Khusuk kali kau menonton?”

“Iya, ini penyanyi favoritku. Kau punya penyanyi favorit juga?” tanyanya tanpa melihatku.

“Punyalah. Senang kali aku sama Fiesta Besari.”

“Wah, sama, dong.”

Kemudian menyanyilah dia lirik lagu penyanyi yang suka petualangan itu. Eh, kali kutengok, ternyata di depan sana Fiesta Besari yang menyanyi.

Ai, ai, tolol kalilah aku. Kenapa pul kulewatkan begitu saja penampilan penyanyi favoritku. Ini semua gara-gara cowok ini.

Namun, melihat sikapnya yang cuek, makin penasaran aku dibuatnya.

“Sendiri saja kau ke sini?” tanyaku lagi.

Nggak dijawabnya pertanyaanku. Hanya mengangguk saja dia. Kesal kali kalau seperti ini, kan?
Akan tetapi, bagaimana caranya aku akan pergi. Kek mana aku mencari alasan?

Karena kesal, kuambil gadget di dalam tasku. Setelah itu, langsung saja kutelepon si Sasa. Namun, nggak diangkatnya pula panggilanku.

Nggak ingin putus asa aku. Kukirimi dia lagi pesan. Namun, tetap saja kan nggak ada balasan.

Kalau sudah seperti ini, apa yang harus aku lakukan? Ai, sudah puluhan kali pertanyaan ini kuajukan buat diriku sendiri, ya?

Saat melihat lagi ke samping, Anubhawa tetap asyik dengan dirinya sendiri. Nggak peka kali dia? Apa dia sudah ada yang punya hingga takut kali dekat denganku? Kalau seperti ini, patah hatilah aku.

“Wah, Cantik ada di sini? Sama siapa, Ra? Aku minta maaf ya, atas pesanku yang kemarin. Aku khilaf, Ra.” Erik tiba-tiba muncul di sampingku.

“Iya, Bang. Sendiri saja aku, Bang. Bosan aku nggak ada teman bicara.” Sebenarnya, malas kali aku mau meladeni Erik ini. Masih kesal aku dengan sikapnya. Namun, karena kesal juga aku melihat sikap Anubhawa ini, maka kubersar-besarkanlah suaraku. Biar tahu dia kalau aku ini sejak tadi ada di sampingnya.

“Kalau begitu bareng aku aja yuk, Ra! Kita cari tempat ngobrol yang enak. Di sini berisik sekali.”

Awalnya ingin menolak saja aku. Namun, melihat si Anubhawa itu menoleh ke arah kami, mengangguk sajalah aku.

“Temannya, ya?” tanyanya.

Kali ini, kubalas juga perlakuannya. Mengangguk saja aku.

“Maaf, ya, tadi saya fokus ke depan sebab saya suka sekali dengan penyanyi Fiesta Besari.”

“Nggak apa-apa,” jawabku.

Setelah itu, dia hanya tersenyum. Dia juga mengangguk pada Erik beberapa kali.

“Mau pergi sekarang, Ra?” tanya Erik tanpa tersenyum atau peduli pada Anubhawa.

Sebenarnya kurang suka aku pada sikap Erik ini. Namun, karena sudah terlanjur, mengikut saja aku padanya.

“Eh, mau ke mana kita, Bang? Kenapa malah ke arah sini? Sepi kalilah ini, Bang.”

“Aku mau tunjukin kamu tempat yang bagus. Tapi, biar mudah, kita lewat di sini saja.”

Melihat tingkah Erik yang aneh-aneh, mulai mepet-mepet dia denganku, aku jadi kepikiran yang macam-macam.

“Nggak papalah Bang kita lewat di tempat yang ramai. Nggak enak aku lewat tempat seperti ini.”

“Ah, sudah nggak jauh ini.”

Kali ini, dia mulai menyeretku. Ditariknya tanganku dengan paksa.

“Bodoh kalilah Abang ini. Sakit tangan aku ini.”

Kuentakan tanganku paksa hingga genggamnya terlepas. Dengan segera, buru-buru aku ingin pergi. Namun, dia malah memelukku dari belakang

“Lepaskan aku, Bang! Kalau nggak, berteriak aku keras-keras nantinya.”

Nggak peduli dia perkataanku. Makin kuat pelukannya. Kali ini, dia juga mencium bagian belakang leherku. Merinding tubuhku dibuatnya.
Namun, tiba-tiba, Anubhawa lewat. Bukannya minta tolong, aku malah terpana. Macam kena hipnotis aku dengan keadaan ini.

Yang di atas itu fotonya si Erik, ya. Ganteng nggak? Banyak duitnya dia tu. Namun, kelakuannya bikin emosian ya.

Cinta Beda Suku #IWZPamer2023Where stories live. Discover now