Tempat Aneh

2 1 0
                                    

“Ra, maaf ya, hari ini saya tidak bisa menemani kamu olahraga. Ada pekerjaan yang harus segera saya selesaikan. Sebagai permohonan maaf, saya traktir kamu makan siang, ya?”

Sebenarnya kecewa aku membaca pesan Anubhawa itu. Namun, bagian akhir kalimatnya itu bikin aku tersenyum kembali.

Selama ini, memang nggak pernah aku makan menggunakan uang Anubhawa. Nggak mau aku merepotkan orang.

Akan tetapi, belakangan ini memang agak romantislah kutengok si Anubhawa ini. Kalau pagi-pagi menjemputku, selalu saja dia membawa bunga.

Nggak lama ini, dia juga suka sekali membuatkan puisi untukku.
Jadi hari ini, nggak papalah aku olahraga di kamar sendiri. Nggak mau aku bermanja-manja dan sok merajuk seperti cewek-cewek itu. Jadi kubalas saja, “Oke.”

Pekerjaan yang kubawa dari tempat kerja ternyata  juga benar-benar menyita waktuku. Nggak terasa sudah azan Zuhur saja.

Nggak ingin terburu-buru saat dijemput nanti, langsung saja aku salat dan berganti baju. Sekarang, sengaja aku menggunakan pakaian yang lebih rapi dan serasi, siapa tahu pula kali ini Anubhawa ingin menyatakan keseriusannya padaku, kan?

Kalau ditanya apakah aku sudah siap menikah? Selakarang kujawab dengan jujur, sudah kupikirkan hal itu matang-matang. Sejak kejadian waktu itu, belajarlah aku tentang pernikahan. Kubaca-baca beberapa buku tentang pernikahan. Aku juga sering kali bertanya banyak hal pada Sasa tentang pernikahan.

“Salut gue sama lu, Ra. Lu memang menyiapkan segalanya dengan matang. Yakin gue hidup lu bakalan lebih bahagia. Jadi, sekarang lu sudah selidiki juga tentang seluk-beluk laki-laki kalem itu?”

Tersenyum saja aku menjawab pertanyaan Anubhawa. Nggak tahu kenapa, takut kali aku melakukan hal itu. Nggak ingin aku menerima kenyataan buruk nantinya.

Anubhawa benar-benar tiba saat aku selesai berpakaian rapi. Jadi, langsung saja kami berjalan ke tempat tujuan.
Namun, lama kali perjalanan kami ini nggak sampai-sampai.

“Mau ke mana kita?” tanyaku pada Anubhawa.

Namun, hanya tersenyum dia menjawab pertanyaanku. Kesal aku jadinya. Akhirnya, kuputuskan saja untuk membuka-buka gadgetku.

“Kenapa pula kita ke sini? Bukannya kita mau pergi makan?” protesku saat motornya berbelok ke arah Ancol.

Ah, kalau kutahu dia hanya ingin membawaku jalan-jalan, sudah kubeli nasi bungkus untuk mengganjal perutku. Kalau macam ini, bisa kelaparan aku.

Akan tetapi, ternyata dia membawaku ke tempat yang nggak biasa. Tempat apa ini? Kalau kutengok macam restoran, tetapi kenapa pula banyak ikan dan berbagai binatang laut di dalam aquarium?

“Mau ke mana kita?” tanyaku sekali lagi. Penasaran kali aku dengan Anubhawa ini. Namun, nggak juga dia menjawab. Hanya tersenyum dia kepadaku.

Setelah berkeliling melihat ikan, udang, cumi, dan berbagai kerang, berkatalah Anubhawa, “Selama sama kamu, saya tidak pernah melihat kamu makan seafood. Padahal, makanan laut seperti ini kaya sekali dengan nutrisi.”

Aduh, jadi binatang tadi untuk dimakan?

“Kamu mau apa? Saya ikan dan udang ini saja, ya, Mas?” ucapnya pada penjaga yang membawa pulpen dan sebuah buku.

Aku? Nggak tega aku mau memakan binatang-binatang lucu itu. Mereka itu hanya untuk pajangan, yang dilihat saja.

“Ayo, Ra, kamu mau pesan apa?”

“Bagaimana, ya? Nggak tega aku mau memakan ikan-ikan cantik ini, imut kali mereka.”

Anubhawa tersenyum. “Dicoba dulu!”

“Tapi .... “ Ai, bagaimana cara aku menolak makanan ini. Nggak bisa aku memakannya. Nggak tega aku.

“Insyaallah semuanya halal.”

Anubhawa pun memesan menu yang sama untukku.

Saat kami sudah mendapatkan tempat duduk, ada pula seorang cewek yang menghampirinya.

“Anubhawa!” jeritnya. “Lama banget kita nggak ketemu. Kan, jadi kangen.” Cewek itu pun duduk di samping Anubhawa.

Akrab kali kutengok mereka berdua. Mereka bicaranya luwes sekali. Meskipun tetap nggak ada acara pegang-pegang, tapi tetap iri aku melihatnya.

“Nu, aku baru saja move on, nih. Terima kasih ya, atas semuanya,” kata cewek itu lagi.

Anubhawa pun menimpali omongan cewek itu dengan asyik yang bikin aku nggak mau mendengarnya.

Satu hal lagi yang kukesalkan pada Anubhawa, kenapa dia nggak mengenalkanku pada cewek ini? Kalau hanya untuk bertemu ceweknya aku dibawa ke sini, untuk apa aku ini? Jadi kambing congek?
Karena kesal, kukirim pesan saja kepada Anubhawa.

Mora: Kalau kau mau menjadikanku obat nyamuk, mending aku makan di kosku saja. Aku juga nggak suke seafood. Jadi mending pulang sajalah aku.

Beberapa saat setelah kukirim pesan itu, ditengoklah Anubhawa gadgetnya yang bergetar. Setelah membacanya, melihat dia ke arahku.

“Pamit ya aku, Anubhawa,” ucapku lalu beranjak pergi. Kuyakin setelah ini dia akan mengejarku. Ternyata salah aku. Dia tetap saja di bangku bersama cewek itu. Kecewa kali aku, tetapi lega pula hatiku karena nggak perlu memakan ikan dan udang yang lucu-lucu itu.

Cinta Beda Suku #IWZPamer2023Where stories live. Discover now