Chapter 14

25.6K 1.2K 8
                                    

Lia sudah sangat tidak tahan dengan apa yang ada wajah dan kepalanya ini. Lia membuka topi, masker dan topi yang tadinya dipasang oleh Hito. Sejak dulu Lia mengakui diri jika tidak suka ia tidak akan menuruti permintaan orang lain.

"Jangan dilepas agar orang tidak mengenali kita," ucap Hito, ia maju untuk kembali memasangkan topi, masker dan kacamata itu. Dan lagi-lagi Lia malah mundur tidak ingin kembali dipakaikan hal yang sangat mengganggu.

Tentu saja mengganggu, Lia ke sini untuk melihat keindahan dunia luar. Tapi Hito malah menutupnya seperti itu, karena hal itu membuat Lia jadi melihat semua barang agak kehitaman karena kacamata hitam itu. Lalu dengan masker yang membuat nafasnya tidak nyaman dan apalagi topi yang sedikit menutup pandangannya.

"Kenapa tidak kamu saja yang pakai topi sama masker ini?" tanya Lia, ia melihat wajah Hito yang memang hanya terpakai kacamata saja.

"Aku tidak suka," jawab Hito.

Lia menghentakkan kakinya ia menatap tidak suka ke arah Hito. Terlihat sangat jelas jika Hito sangat egois, pria ini suka menyuruh orang lain agar melakukan seperti apa yang ia mau. Hanya saja saat orang lain yang suruh Hito akan sulit untuk menurut.

"Kamu taukan jangan sampai orang curiga kalau kita suami istri. Jadi tolong jangan membantah apa yang aku inginkan, ini juga demi kebaikan kita."

"Kebaikan kita? Kebaikan kamu aja kali," balas Lia, sejak awal Lia maunya itu pernikahan mereka diketahui semua orang bukan maunya ditutupi seperti ini.

Saat Lia melahirkan ia juga tidak ditemani sepenuhnya oleh Hito, saat ia hampir mati Lia hanya sendiri diruangan. Pria itu hanya datang saat akan mengazankan anak mereka lalu akan kembali lagi saat sudah tengah malam.

Sangat aneh bahkan untuk melahirkan anak saja Hito masih takut diketahui oleh rekan kerjanya, entah apa yang dikatakan pria itu saat sedang mengazankan anak mereka pada suster itu. Mungkin dia akan mengatakan bahwa Rian adalah keponakannya, ada pikiran jahat yang membuat Lia yang ingin nantinya mengatakan pada Rian bahwa Hito hanya pamannya bukan ayahnya.

"Yasudah kamu mau belikan aku apa?" tanya Lia saat sudah menemukan keputusan, lebih baik begini saja daripada Hito tetap akan marah seharian.

"Terserah baju atau tas?" tanya Hito, lagi pula kenapa tiba-tiba pertanyaannya Lia tidak nyambung sama sekali.

"Yasudah aku tunggu di mobil, kamu pilihkan saja," jawab Lia santai, ia tidak ingin mempermasalahkan semua ini melihat suasana di sekitarnya juga sudah cukup bagi Lia.

Melihat Hito yang diam membuat Lia berpikir jika Hito setuju dengan apa yang ia katakan. Langsung saja Lia memutar balik tubuhnya menghadap ke belakang. Tapi Hito malah menahan bahunya. "Apa lagi sih Mas? Udah ya Lia mau ke mobil aja."

Sabar Lia juga akan terpancing saat Hito terus membahas tentang hubungan mereka yang tersembunyi seperti ini. Semua hal yang ada di pernikahan ini hanya Lia yang dirugikan, Hito tidak dirugikan sama sekali. Semua pilihan yang Lia pilih sendiri membuat hidupnya menjadi seperti ini. Hanya karena cinta Lia membuang masa mudanya hanya untuk menikahi Hito yang tidak punya hati.

"Kenapa begitu? Kamu pilihlah sendiri aku mana tau seleramu. Dan kamu ini cepat banget marahnya ya, baru segitu udah marah aja."

"Baru segitu kata Mas? Aku tidak masalah Mas, aku tidak marah." Lia berbicara sambil tersenyum agar Hiro beranggapan bahwa ia tidak emosi, padahal sejujurnya Lia sekarang sangat emosi dengan sikap Hito yang sangat jahat.

"Kalau tidak marah kamu tidak mungkin tidak jadi belanja sendiri." Hito bukan orang bodoh, dari sikap Lia saja terlihat jika wanita ini sedang marah. "Kita sudah lama membahas hal tentang merahasiakan pernikahan kita sejak awal sebelum akad tapi sekarang kenapa kamu malah seperti orang yang tidak setuju dari awal kesepakatan ini."

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now