Chapter 44

30.1K 1.6K 202
                                    

Sebelum geser ke bawah tekan bintang di bawah pojok kiri..

***

Hito merasa ada yang memandangnya, ia melihat ke belakang dan seketika mereka semua berlari. Ia bingung apa mereka menatapnya, Hito sendiri memang sedikit merasa aneh. Tepatnya setelah ia berteriak bahwa istrinya yang sekarang dirawat. Akibat dari perkataannya, semua orang mula bergosip.

Rian memberontak dari gendongannya, ia menurunkan bayinya ke bawah. Dalam masa aktif, Rian berusaha berjalan dengan bantuan Hito yang memegangi kedua tangannya. Dan lagi Hito menatap tajam ke beberapa mata yang menatap ke arahnya, kenapa mereka terlalu penasaran. Itu membuatnya tidak nyaman, Hito menjadi canggung.

Hito langsung mengangkat tubuh Rian kembali ke dalam gendongannya. Melihat Rian yang aktif membuatnya yakin sebentar lagi anaknya akan bisa berjalan.

Ia melihat ke arah pintu yang masih tertutup, di dalam ada Dellia. Kira-kira Lia lagi ngapain ya? Ia melihat ke arah jam, jam istirahat hampir selesai. Ia akan kembali bekerja, dan jika begini Hito hanya bisa mengetuk pintu kamar beberapa kali. Tidak lama pintu terbuka, Hito berusaha mengintip hanya saja pintu langsung ditutup kembali.

"Hm, kak itu Lia lagi apa?" tanya Hito canggung tidak enak, ia bisa melihat wajah Dellia yang menatap tidak suka kepadanya. Sejak kejadian beberapa hari lalu, keluarganya yang awalnya sangat ramah padanya menjadi berubah mereka semua berpihak pada Lia.

"Lagi makan jeruk, mau kerja kan?" Dellia hendak mengambil ahli Rian agar ia gendong, tapi Rian malah mengeratkan pelukannya pada sang ayah. Hito jadi tidak enak tapi mau bagaimana lagi, ia mencoba melepaskan tangan Rian dari kerah bajunya lalu memberikan Rian kepada Dellia.

Tidak lama terlepas dari gendongannya, Rian langsung menangis sangat kencang.

"Tidak lama, nanti Ayah datang lagi."

Saat sudah masuk, tangisan Rian sudah berhenti pasti karena sudah Lia menenangkan. Tidak lama Sankara ke luar, keponakannya itu memberikan sebuah jam tangan pada Hito.

"Ini punya Om kan?"

"Iya." Hito mengambilnya ia tidak sadar jika jam tadi emang ia berikan pada Rian untuk dijadikan mainan.

"Hm, Kara jangan masuk dulu." Sankara tidak jadi masuk ia menatap Hito.

"Kenapa Om?" tanya Sankara.

"Kamu mau jajan nggak?"

"Jajan? Nggak papa deh Om, Kara udah kenyang baru makan nasi." Sankara tidak bisa bebas membeli makanan di luar, jadi uang jajan tidak akan begitu berguna untuknya.

"Hm mobil mainan mau? Yang besar itu loh." Rian mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan isi gambar dari ponselnya.

"Mau Om," balas Sankara semangat.

"Tapi ada syaratnya."

"Syarat? Jangan susah-susah ya." Sankara menatap minat pada gambar mobil yang ada di ponsel Hito. Ia sudah lama ingin sekali mobil itu.

"Tidak susah, kamu foto Kak Lia diam diam ya pakai ponsel Om."

"Siap."

"Jangan lama ya, ini Om mau kerja lagi."

"Siap." Sankara mengambil ponsel Hito dengan semangat.

"Kok lama?" tanya Dellia saat Sankara sudah masuk ke ruangan rawat kembali.

Sankara hanya tersenyum, ia menyembunyikan ponselnya di belakang tubuh. Tidak lupa ia berjalan menuju sofa, membelakangi mereka. Saat Mama dan Kak Lia asik mengobrol Sankara langsung mengeluarkan bakatnya. Ia mengambil foto tanpa henti.

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now