Chapter 21

24.2K 1.1K 15
                                    

"Katanya dia mau ketemuan di cafe," jawab Hito, ia tadi hanya bisa menurut saja lagi pula Fira mengajaknya pergi saat hari libur.

Hito menatap wajah Lia yang terlihat murung, biasanya Lia akan mengamuk atau akan memukul Hito jika ia berencana pergi dengan wanita lain tapi sekarang Lia terlihat tenang. Tapi dengan wajah yang tetap murung.

Hubungannya dengan Lia akan tetap berjalan seperti biasa, Lia tidak mungkin berani jauh darinya. Wanita itu sudah sangat tergantung dengannya semua hal Lia tergantung apalagi sekarang sudah ada Rian diantara mereka.

"Gimana menurutmu?" tanya Hito mencoba mengecek apa Lia akan marah lagi sekarang.

Lia menggigit pipi dalamnya mencoba menahan diri agar tidak kembali menangis. Ia sudah tidak sanggup lagi dengan sikap Hito yang semakin lama sangat berbeda, semakin tidak pernah mencoba untuk menghargainya sebagai istri. Lia sekarang sudah tidak terlihat berharga sedikit pun, Hito sudah sangat menyepelekannya. Hito kira ia adalah orang yang sangat gampangan, sekarang Hito saja sudah mampu untuk menanyai pendapatnya.

Untuk apa ditanya emang ada istri yang tertawa bahagia saat suaminya akan pergi dengan wanita lain? Maka sudah cukup sampai sini saja, Lia akan semakin cepat untuk pisah saja dengan Hito. Sangat menyakitkan ternyata bersama Hito, tapi Lia tidak mengelak dengan kenyataan yang mana membenarkan hatinya bahwa akan lebih sakit saat tidak bersama Hito.

"Apa sekarang minta izin? Kalau misalnya aku bilang tidak boleh gimana apa tetap akan pergi?" tanya Lia sambil tersenyum, pertanyaan Hito yang aneh dan menyakitkan. Fakta bahwa Lia juga tidak bisa menahan Hito juga membuatnya semakin sakit hati.

"Benar, pergilah jemputlah kebahagiaanmu," lanjut Lia lagi karena Hito hanya diam saja. Mereka berdua hidup di hubungan yang tidak sehat, memilih jalan masing-masing sudah benar.

"Bahagia? Kamu tau aku lakuin ini semua demi keluargaku," jawab Hito tidak terima, ia tidak tau kenapa malah tidak suka dengan ucapan Lia barusan. Intinya Hito emang melakukan semua ini demi keluarganya.

"Tapi kamu tidak mau ngelakuin apa pun demi aku dan Rian?" tanya Lia lagi, Hito bisa melakukan apapun demi keluarnya karena sayang. Tapi apa Hito tidak sayang dengannya dan Rian? Apa pria itu menganggap istri dan anaknya sebagai keluarga?

Apa sekarang Lia egois dengan meminta untuk diperlakukan istimewa?

"Apa sekarang kamu menyamakan kebaikan keluargaku dengan mu? Aku tidak berjasa apa pun bagiku." Hito berbicara sambil tertawa kecil.

"Benar aku dengan Rian tidak berarti dan tidak pernah membantumu." Lia mengangguk dua kali dengan kuat, ia malah mempermalukan dirinya sendiri sekarang. Karena Hito terlihat sangat meremehkannya.

"Aku hamil dan melahirkan dengan rasa luar biasanya sakit lalu aku menyusui dan kamu mengatakan bahwa aku tidak berjasa sedikit pun." Bukan hendak mengungkit atau apa pun, Lia ikhlas melakukan apapun untuk anaknya. Tapi yang ia katakan benar kan. "Oh atau kamu emang tidak menganggap Rian berharga jadi tidak pernah memperdulikan semua pengorbanan ku?"

"Cukup Lia tutup mulutmu itu." Hito membentak Lia sangat keras bahkan Lia sampai tersedak ke belakang karena terkejut begitu pun dengan Rian yang sudah menangis karena ikut terkejut.

Hito melihat ke arah Rian yang menangis kencang begitu pun dengan Lia yang juga menangis. Ia menarik nafasnya kasar lalu menghembuskannya, ia terlalu emosi dengan Lia yang terlalu mengatur dalam berbicara.

"Dengar aku, aku tidak tau kedepannya gimana. Tapi kamu sudah tahu akibat dari apa pun yang kamu lakukan, aku harap ini akan membuatmu bahagia." Selama berbicara Lia berucap dengan nada tersedak-sedak karena tangisannya.

"Apa sih Lia kamu berlebihan banget." Entah kenapa Hito jadi tidak tenang dengan cara Lia berbicara. Ia tidak suka dengan Lia yang terlalu aneh akhir-akhir ini, biasanya Hito emang akan sangat kesal melihat sifat Lia yang terlalu memaksanya tapi sekarang ia malah heran dengan Lia yang banyak berubah dimulai dari sekarang ia terlalu mengalah dengan keputusannya untuk kembali dengan Fira.

Hito menjambak rambutnya frustasi sangat bingung karena tidak tau sebenarnya ia mau apa.

"Sini, anakku menangis." Terlalu banyak bicara sampai tidak memperdulikan Rian yang menangis. Kasian sekali bayi saja sudah melihat orangtuanya bertengkar.

Lia langsung mengambil Rian dan lalu masuk ke dalam kamar. Ia akan menyusui Rian sampai tenang tidak menangis lagi. Setelah Rian tenang Lia akan kembali melihat perlengkapannya sebelum pergi. Ia berencana untuk pergi besok subuh saja.

***

Hito melihat ke sekeliling mencari keberadaan Fira, tidak lama ia melihat seorang wanita dewasa yang melambaikan tangannya saat melihat Hito. Walau sudah lama tidak bertemu tapi Hito ingat di wajah yang terlihat sangat bahagia sekarang.

Ia pun berjalan menuju Fira yang tidak pernah melunturkan senyumannya. Hito pun membalas dengan senyuman tipisnya dan duduk di depan Fira. Saat ini mereka memilih untuk bertemu saja di restoran mewah yang ada di kota ini.

Fira berdiri dari duduknya lalu langsung memeluk Hito dengan erat, Hito tidak membalasnya karena ia terlalu canggung untuk melakukan ini dengan wanita lain. "Tidak mau cium aku?" tanya Fira.

"Hah? Tidak perlu." Hito tersenyum canggung, ia tidak biasa berciuman dengan banyak wanita. Ia hanya berciuman dengan Lia saja selama ini, mengingat istrinya itu kira-kira lagi apain ya? Tadi Hito langsung berangkat tidak berpamitan karena percuma berpamitan yang ada Hito dan Lia malah kembali bertengkar.

"Gimana kabarmu?" tanya Hito membuka pembicaraan mereka.

"Baik banget apalagi setelah kita bertemu lalu bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik."

Fira memperhatikan Hito yang semakin tampan saja, tidak banyak berubah dari wajah itu semakin terlihat sangat berkelas.

"Gimana dengan pekerjaanmu?" tanya Hito, ia tahu bahwa Fira juga seorang dokter sama seperti dirinya.

"Cukup baik aku akan segera kembali bekerja."

"Selamat kamu memang dokter yang luar biasa."

Fira tersenyum dengan hati yang berbunga-bunga, rasanya dipuji oleh Hito adalah anugerah bagi hidupnya. "Kamu juga dokter yang luar biasa."

"Kalau begitu ayo makan," ajak Fira, tidak baik membiarkan makanan yang nganggur di depan mereka.

Setelah makan mereka duduk terlebih dahulu sambil saling menatap satu sama lain.

"Apa ada yang ingin kamu bahas?" tanya Fira lagi, ia ingin membuat peka bahwa sekarang Fira ingin membahas tentang pernikahan mereka.

"Tidak ada, semua sudah selesaikan. Mari pulang sudah terlalu larut."

"Jangan, ada yang masih ingin ku bicarakan denganmu," balas Fira tidak terima, mereka baru saja bertemu kenapa Hito sangat buru-buru.

Hito mencoba bersabar, padahal sekarang sangat ingin pulang saja di sini tidak menyenangkan sama sekali. Soal makanan lebih baik Hito makan makanan Lia yang lebih enak di mulutnya. Hito membenci fakta bahwa ia ketagihan dengan masakan Lia.

"Lebih baik kita pergi ke suatu tempat dulu."

"Di mana?" tanya Hito.

"Ketempat yang sangat indah, tempat yang dulu sangat ingin aku pergi. Kamu harus mau ikut."

Hito mengangguk saja tidak tau harus bagaimana menjawab, terpaksa harus kembali menurut.

***

Lia sedang belanja bulanan dengan mata memerah karena habis menangis, tadi saat mendengar suara mobil dari Hito saat itu juga Lia langsung menangis

Saat mau mengambil sayur ia malah berpapasan dengan Dellia, Lia tidak siap langsung bertemu dengan Dellia ia mundur dan hendak pergi tapi sebelum itu tangannya sudah ditahan oleh Dellia.

"Akhirnya kita ketemu, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu."

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now