Chapter 34

31.3K 1.8K 200
                                    


Tiba di depan jalan, ia melihat ambulance. Setiba di dalam mobil, Hito tidak bisa menahan tangisnya. Ia sedikit mundur membiarkan petugas rumah sakit memberikan pertolongan pertama. Pikirannya tiba-tiba kosong seketika.

"Lia," Saat Lia masih membuka matanya, Hito langsung mendekat dan mengelus wajah Lia yang tercetak jelas bekas tamparan. Berusaha menahan tangis ia mengeluh kepala Lia.

"Mas," jawab Lia.

"Iya ini aku, kamu buka mata terus ya. Lihat wajah aku."

Lia menatap wajah Hito sambil menahan sakit. Kenapa ia tidak langsung pingsan saja, Lia tidak tahan dengan rasa sakit ini. Ia berusaha untuk menahan rasa sakit ini dan menatap wajah Hito yang terlihat memerah.

"Maafin aku ya, tadi seharusnya aku kasih uangnya." Hito mengaku salah, ia seharusnya ia percaya dengan Lia. Bayangan Lia meninggalkannya membuat jantung Hito seakan berhenti.

"Sakit banget." Lia tidak lama menutup matanya pelan, ia bisa merasakan pipinya yang ditepuk pelan. Tapi ia tidak dapat mempertahankan kesadarannya lagi.

"Bentar lagi Lia! Jangan berani kamu menutup matamu."

Di rumah sakit, pihak rumah sakit langsung mengambil tindakan operasi. Pandangan Hito hanya pada satu titik dengan wajah datar dengan pikiran yang berputar-putar bajunya juga penuh darah dibaju putih.

Beberapa petugas yang tadi menghalangi jalan Hito hanya bisa memandang Hito dengan pandangan penuh tanya dan rasa bersalah. Mereka tidak tahu jika Hito tadi hendak menolong orang yang tertembak. Mereka tadi jelas menghalangi langkah Hito.

"Di mana keluarga pasien?" tanya Huna.

"Saya," jawab Hito pelan.

"Maaf Dokter, kami butuh tanda tangan dari keluarganya untuk segera melakukan operasi. Apa bisa segera dihubungi sekarang sudah tidak bisa ditunggu lagi keadaan pasien memburuk."

"Saya keluarganya."

Huna kebetulan juga adalah keponakan dari Alva, ia tahu jika pasien ini sepertinya bukan dari keluarganya.

"Kak jangan main-main," balas Huna yang sudah kesal, pasien sudah sangat kritis. Karena Hito yang membawanya jadi Huna tidak tahu harus bertanya siapa.

"Saya suaminya apa kamu tuli!" Teriakan Hito membuat Huna terkejut begitu pun beberapa pasien yang berada di samping mereka. Jika terus merahasiakan ini pada Huna bisa-bisa nyawa Lia tidak tertolong.

Hito membuka ponselnya lalu memberikan foto pernikahan begitu pun dengan video di mana akad terdengar.

"Baik, ikut saya." Huna berbicara dengan nada tercekat, ia tidak tahu tentang pernikahan ini. Kenapa ia tidak diundang?

"Jangan kamu bongkar tentang pernikahan aku." Huna yang awalnya bingung sekarang mengerti bahwa pernikahan Hito emang sengaja disembunyikan. Ia tidak bisa terlalu memikirkan masalah orang, ada orang yang perlu ia tolong.

Setelah selesai menyelesaikan administrasi, Hito kembali duduk di depan rumah sakit. Ia tidak kuat lagi menahan tangis, hingga tangisan itu pecah, ia menutup wajahnya menggunakan tangan. Hito malu sebenarnya dilihat oleh banyak orang, tapi ia sungguh tidak bisa menahan rasa takutnya.

"Ada apa Hito? Baju kamu banyak darah, sudah berobat? Ayo saya antarkan." Taris, salah satu rekan Hito menatap orang sekitar kesal kenapa melihat ke arah sini semua sepertinya mereka penasaran dengan salah satu dokter yang biasanya sangat kaku bisa menangis sekeras itu. Ia yang melihat darah dibaju Hito menduga jika pria ini sedang terluka.

"Ayo saya antar." Taris mencoba menarik tangan Hito tapi Hito tidak kunjung bangun dan sekarang malah menghempas tangannya dengan kasar.

"Aku tidak sakit," balas Hito dengan suara serak, ia ingin mengusir Taris ia tidak butuh diajak bicara.

"Jadi darah pasien? Ya sudah ganti bajumu kenapa pakai baju berdarah seperti itu."

Hito tidak menjawab, tidak lama beberapa orang berlari ke arahnya tepatnya ke arah Hito. Taris tau itu keluarga Hito, ia beranjak bangun. Taris langsung pamit untuk kembali ke ruangannya, ia tidak pantas mendengar informasi yang tidak berhubungan dengan dirinya.

"Kenapa dengan Lia?" tanya Dellia dengan panik, ia tahu kabar ini dari Huna. Ia sangat terkejut tadi saat Huna menghubunginya, Huna menghubungi Dellia karena ia rasa keluarga inti Hito pasti mengetahui kabar ini.

Hito terdiam beberapa saat, ia heran dari mana Dellia tau Lia. Dan apa Dellia sudah mengetahui bahwa ia sudah menikah selama ini. Hito membenarkan cara duduknya, lalu berdiri menghadap Dellia.

"Kami datang karena Huna yang menghubungi kamu, katanya istri kamu sakit." Dellia ikut duduk di samping Hito dengan Rian yang berada digendongannya, keponakannya ini emang ia bawa karena tadi pagi Lia yang menitipkan.

Hito berusaha untuk terlihat tegar ia menatap ke arah bayi yang digendong Dellia yang sedang tertidur nyenyak. Ia ingin membawa Rian tapi sekarang kondisinya kotor.

"Huna memang tidak bisa menjaga janjinya," lirih Hito dengan kesal.

"Janji? Bahkan tanpa Huna aku tau pernikahan kamu dengan Lia." Dellia sudah tidak bisa menahan suara agar terus bersikap lembut pada pria yang menurutnya sangat kurang ajar.

"Jadi dari mana Kakak tau?" tanya Hito, ia berpikir apa Lia yang membongkar semuanya.

"Apa kamu mau berpikir buruk lagi tentang Lia? Tentang pernikahan kalian sudah kakak ketahui sejak lama, tapi Lia yang menyuruh kami untuk tidak ikut campur." Dellia tidak bisa menahan air matanya, ia ikut sedih dengan apa yang dialami oleh Lia.

Hito terdiam tidak berani untuk melawan lagi, ini semua salahnya. Hito pada akhirnya hanya bisa duduk menunggu sambil sambil terus menatap ke arah Rian yang terlihat masih nyenyak tidur, hingga tidak lama Rian malah menangis histeris. Hito reflek hendak mengambil Rian dari gendongan Dellia.

"Kamu harus membersihkan diri dulu." Hito yang terlalu terkejut dan panik melupakan hal penting seperti itu, ia melepaskan tangannya dari punggung anaknya.

"Sepertinya dia terhubung dengan ibunya," balas Adam, ia rasa anak ini tau ibunya sedang sakit.

Dellia terkejut mendengar suara dari arah belakang, tanpa melihat wajahnya Dellia tau itu suaminya. Sebelumnya ia juga sudah memberikan kabar atas kejadian yang menimpa Lia.

"Suruh Hito gendong Rian! Dia bisa sakit jika terus menangis," teriak Adam kesal, Adam ingin membentak Hito atau memukulnya sampai pingsan. Ia tidak tahu apa penyebab pasti Lia bisa tertembak tapi ia rasa Hito ikut adil dalam kejadiaan ini. Tapi sebenarnya Adam rasa ia tidak boleh berpikir buruk jika tidak mengetahui yang sebenarnya.

Hito berlari menuju ruangannya untuk bersih-bersih, untuk beberapa pasiennya yang menunggu sudah ia minta tolong untuk digantikan dengan salah satu dokter yang syukurnya bisa untuk sementara menggantikan posisinya.

Dellia membuka tas dan mengambil air asi Lia yang sudah disiapkan di dalam botol. Ia mengarahkan dot itu ke mulut kecil itu, tapi Rian malah semakin menangis tidak mau minum.

"Nanti Mama sembuh jangan nangis," sambung Dellia sambil mengayunkan tubuh Rian untuk beberapa saat supaya tidak terus menangis.

***

Jika memenuhi target ini = 680 vote + 230 komen + 25 followers untuk besok, ak bkln lngsung update.

Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini
‪+62 838‑6394‑7842‬.

Bab 35 sampai bab 39 harga 10k
Bab 35 sampai bab 47, harga 20k (paket hemat)

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now