Chapter 32

30.7K 1.3K 90
                                    


"Tidak perlu, gue masuk dulu." Hito langsung masuk ke dalam rumah.

Berbeda dengan Hito, Adam menelepon seseorang dengan menjaga jarak ke samping agar tidak ada yang mendengar.

"Ada apa Pa?"

"Jadi gini, kamu taukan pernikahan ini dipercepat." Alva dihubungi oleh keluarga Fira dan memberikan saran agar pernikahan antara Fira dan Hito dipercepat.

"Aku belum tau." Hito tampak terkejut.

"Apa Fira tidak mengabarimu."

Hito terdiam, mungkin Fira terus menghubunginya untuk mengabari hal ini.

"Mungkin dia lupa, berapa hari lagi."

"Sebulan lagi."

Hito memijat kepalanya sakit, ia ragu ia teringat dengan tangisan Lia yang menyuruhnya untuk tidak menikah lagi. Lalu ia saat itu malah memarahi wanita itu dan sangat yakin untuk menuruti perintah Alva. Sekarang saat semua dipermudah saat Lia tidak menuntut apa-apa lagi, Hito malah ragu.

***

"Kakak akan menginap disini untuk malam ini," Keinginan Dellia yang membuat Lia semakin tidak enak.

"Apa tidak apa-apa dengan Bang Adam?"

Tidak enak melihat Dellia yang sudah banyak meluangkan waktu hanya untuk membantunya dan sekarang malah harus meninggalkan suaminya walaupun hanya untuk malam ini.

"Tidak apa ini demi kamu, kamu itu adik kakak jadi biasa saja kita kan keluarga."

Lia tersenyum saat mendengar kalimat itu, ia senang dianggap keluarga oleh orang lain. Tapi, senyumnya langsung lenyap ia merasa apa Dellia hanya sedang bersandiwara.

"Sebenarnya niat kakak apa?" tanya Lia, ia rasa pasti ada sesuatu kan.

"Kakak ikhlas membantumu Lia."

"Kak, gimana nanti setelah anak kita udah tidur kakak ngajarin Lia ngaji." Dari penampilan Dellia, Lia yakin bahwa ilmu pengetahuan Dellia tentang agama pasti bagus.

"Boleh, kakak senang kamu mau belajar." Dellia mengelus rambut Lia dengan sayang, ia menganggap Lia seperti adiknya sendiri. Walaupun mereka tidak lama baru bertemu tapi Dellia bisa merasakan bahwa Lia adalah orang yang baik.

***

Lia tidak bisa berhenti tersemyum saat diterima bekerja sebagai ahli gizi. Sebelumnya Lia emang sudah lulus kuliah, hanya saja saat itu Lia memilih mengabdi pada Hito dan tidak menggunakan ijazahnya. Sekarang ia menggunakan ijazah hasil dari ia belajar selama ini.

Lia terlalu gegabah sebenarnya memilih untuk menikah, padahal seharusnya ia dulu bekerja dulu. Apalagi sangat banyak pengorbanannya dari belajar dengan giat agar mendapatkan beasiswa lalu bekerja paruh waktu. Saat Sekarang Lia kembali masuk kerja seperti biasanya. Ia tidak bisa lagi ia meliburkan diri, perihal kerja sangat penting sekarang untuk kehidupannya. Bertemu atau tidak dengan Hito di sana itu bisa dipikirkan lagi.

Ia membuka ponsel dan melihat sebuah nomor yang mengaku sebagai Hito menanyai keberadaannya dan menanyai di mana ia bekerja.

Bekerja? Lia terkejut apa selama ini Hito tidak tahu jika mereka bekerja ditempat yang sama? Lia menutup mulut terkejut.

"Ini serius dia tidak tahu? Benar-benar suami durhaka." Lia baru sadar jika selama ini ia memang tidak mengatakan dimana ia bekerja dan selalu memakai jas kerjanya saat di rumah sakit. Mungkin pengaruh ruang dan rumah sakit yang terlalu besar membuat Hito tidak tau keberadaannya.

Lamunanku terhenti saat rekan kerjanya mengajaknya ke suatu tempat. "Lia kamu ada yang ajak ketemu di cafe dekat butik itu."

"Hah? Siapa?" Lia melihat jam dan ini benar jam istirahat, tapi tidak biasanya ada yang mengajaknya bertemu.

"Kamu dipanggil sama Pak Gian," lanjut Tika lagi setelahnya ia langsung pergi.

"Pak Gian?" Lia jadi teringat dengan atasannya
Tapi kenapa tidak langsung bertemu di sini?

Tidak ada perasaan curiga sedikitpun, Lia menaiki taxi menuju cafe yang teman kerjanya katakan.

Setiba di cafe dan setelah menanyai keberadaan Pak Gian, pria itu ternyata memesan kursi di lantai paling atas tepatnya di lantai tiga. Di Lantai paling atas ini memang sepi tidak seperti di lantai bawah. Langkah Lia berhenti tepat saat ia melihat bahu dengan baju biru membelakanginya.

"Pak?" panggil Lia karena pria itu membelakanginya. Perasaannya tiba-tiba tidak enak, dari belakang tidak mirip dengan atasan tempat ia bekerja.

Tidak disangka pria itu malah berjalan mendekat ke arahnya dan mengarahkan sapu tangan di mulutnya hingga Lia tidak sadarkan diri.

***

Saat pertama kali membuka mata Lia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat ia melihat Devri berdiri di depannya dengan senyum miring yang membuat Lia langsung bergetar ketakutan. Ia melihat tangan dan kakinya yang terikat, ia tidak sanggup berbicara karena sulit melawan rasa takutnya. Semua kenangan buruk saat dulu tinggal bersama paman terus memutari ingatannya. Dulu bahkan Lia pernah dipukul dengan ikat pinggang padahal ia tidak salah apa pukul.

"Om?" Li a berucap dengan suara yang sangat lirih, sudah ini pertanda berakhirnya ia hidup. "Bisa lepasin Lia?" tanya Lia pelan ia menahan tangis.

"Lepasin? Emang kamu lupa siapa yang membuat saya terkurung di sel?" Devri menatap Lia dengan penuh dendam, ia masuk ke penjara karena wanita ini yang telah melaporkannya.

"Maafin Lia." Walaupun tidak salah tapi bisakan dengan kata maaf Devri melepaskannya. Lia tidak pernah berpikir sebelumnya jika hal ini akan terjadi, ia saat melaporkan Devri karena sudah tidak sanggup melihat tantenya yang dipukul.

"Maaf? Kenapa kaget saya sudah ke luar dari penjara? Senang membuat saya masuk penjara ? Saya dengar kamu tidak tinggal dengan tantemu lagi." Tentu saja sebelum menangkap Lia, Devri harus mencari tahu dulu kemana Lia. "Kamu sudah membelanya tapi malah dibuang." Devri terakhir kali melihat mantan istrinya sedang bersantai di sebuah cafe. Tapi Devri akan melepaskan wanita itu karena yang ia tahu hanya Lia yang melaporkannya ke penjara.

"Keadaan Om gimana sekarang?" tanya Lia terbata-bata, ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Keadaan saya? Hahaha lucu kamu.' Tidak lama Devri malah menamparnya hingga tubuh Lia terjatuh ke tanah. Lalu Devri menarik rambut Lia dengan kuat. Lia memperhatikan sekelilingnya berusaha mencari bantuan, tapi nyatanya ia malah hanya melihat pohon yang lebat.

"Om jangan pukul Lia, seharusnya Om berubah sekarang." Lia menatap Devri dengan tatapan memohon. Ia kira selepas keluar dari penjara, Devri akan berubah nyatakan pria tua ini tidak pernah berubah.

"Apa kamu kira setelah saya dipenjara, saya akan berubah. Malah selama dipenjara saya mencari cara untuk bisa membalas dendam denganmu, dan lihat saya bisa bertemu denganmu walaupun harus mencari selama lima bulan." Devri rela menjual tanah sisa yang ia punya hanya untuk membayar orang untuk mencari keberadaan Lia.

"Tolong!" teriak Lia dengan kencang, lalu Devri malah kembali menamparnya hingga bibirnya mengeluarkan darah.

"Percuma, tidak ada orang di sini. Kira-kira hukuman apa yang pantas untukmu?"

"Maafkan Lia salah, maafkan Lia." Air mata terus berjatuhan dari wajah Lia yang memerah dan bercak darah di bibir.

"Setelah menyiksa saya selama empat tahun dipenjara kamu kira saya akan memaafkanmu begitu saja?"

"Salah Om kenapa Om mukul Lia sama tante." Lia berusaha membalas, apa pria tua ini tidak kunjung sadar bahwa perlakuan kekerasan yang dilakukan selama ini itu salah.

"Itu karena kamu sama Tante kamu hanya jadi beban bagi saya."

***

Mana tim Lia meninggoi? Wkwk

Jika memenuhi target ini = 390 vote + 150  komen + 10 followers aku bakalan double update hari ini.

Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini
‪+62 838‑6394‑7842‬.

Bab 33 sampai bab 43, harga 20k ( paket hemat)

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now