Chapter 37

31.6K 1.6K 178
                                    

"Lia, kamu kenapa nggak bangun?" Hito duduk di samping tempat tidur. Ia mengenggam tangan Lia yang sekarang sudah terasa hangat tidak seperti kemarin yang terasa dingin.

"Kamu tau nggak aku takut banget pas kemarin Dokter bilang kondisi kamu menurun. Untungnya sekarang udah tidak apa-apa kan, ini sudah lima hari kamu tidur. Tidak kangen sama aku dan Rian? Bayi kecil itu manggil kamu tadi terus nangis deh, sekarang dia lagi sama Dellia." Sudah menjadi kebiasaan Hito yang selalu banyak bercerita saat Lia seperti ini, ia harap Lia dapat mendengarkan semua apa yang dikatakannya.

Lia sendiri menahan air mata agar tidak jatuh, ia juga kangen dengan Rian. Tapi Lia tidak merasa kangen dengan Hito, untuk apa menjaganya. Dan lagi suara isakan dan tangannya yang basah membuat ia sadar jika Hito menangis. Untuk apa dia menangis? Apa lagi menangis seperti anak kecil seperti itu, dengan napas yang tersedak-sedak.

Lia bahkan tidak mengingat atau emang tidak pernah melihat jika Hito menangis. Lia sedikit membuka matamya untuk mengintip dan benar pria itu sedang menangis dengan menyembunyikan wajahnya di tangan Lia.

Apa ada yang ingin Hito lakukan atau sampaikan? Hingga ia terlihat sangat memerlukan Lia agar bangun, apa yang direncanakan oleh pria itu sebenarnya?

Lia merasa tidak nyaman dengan rasa ngilu yang berada di atas dadanya. Luka tembak ini rasanya menyakitkan. Ia kembali menutup matanya rapat.

"Aku menyesal Lia tidak percaya dengan semua yang pernah kamu ceritakan. Seharusnya aku memberikanmu uang itu sehingga kamu tidak perlu berbaring kesakitan seperti ini."

Lia tau ia jahat tapi ia juga rasa Hito jahat. Mereka sama-sama jahat bukan? Lia yang memaksa Hito agar menikahinya dan Hito yang selalu menyakitinya selama pernikahan mereka berlangsug. Kalau dipikir lagi emang lebih baik tertembak saja dari pada memberikan uang sebanyak itu untuk paman yang jahat, lagi pula ia tidak meninggal.

"Penyesalan ini telat ya? Tapi kamu bangun ya. Aku janji nanti kita ulang kisah kira jadi yang lebih baik."

Lia mau muntah rasanya mendengar semua perkataan Hito. Ia tidak mau kembali lagi ia ingin bercerai.

"Cepat bangun, aku janji akan menuruti apapun maumu jika kamu segera bangun." Hito mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir yang ranum itu. Setelahnya Hito juga mencium kening Lia dan setelahnya langsung ke luar. Di luar ternyata ada Icha, teman Lia. Tampa menyapanya Icha langsung masuk ke dalam ruangan.

Icha yang sudah masuk ke dalam ruangan meletakkan buah segar ke atas meja. "Pria itu sudah pergi."

Saat itu juga Lia langsung membuka matanya, ia menatap ke arah Icha dengan wajah murung dan Lia juga mengusap bibirnya dengan tisu berulang kali.

"Ada apa dengan bibirmu?" tanya Icha.

"Dia menciumku." Lia juga mengusap dahinya menggunakan tisu.

"Apa dia sebau itu?" tany Icha sambil tertawa pelan.

Lia hanya diam, pria itu tidak bau tapi malah wangi hanya saja ia menjadi tidak suka saat pria itu berada didekatnya.

"Apa kamu sudah begitu membencinya? Aku tidak akan membelanya Lia, setelah mendengar ceritamu memang sangat menyakitkan saat ia tidak percaya denganmu."

"Tidak, aku malah sekarang bersyukur karena aku juga tidak meninggal. Dari pada uang sebanyak itu diberikan pada orang jahat dan digunakan untuk keburukan bukannya lebih baik ia tidak percaya saja. Akan semakin besar rasa bersalahku jika sampai dia mengeluarkan uang itu."

Lia rasa ini semua sudah cukup, ia tidak akan memperpanjang masalah ini. Lagipula Lia juga tidak ada niatan membatalkan niatnya untuk berpisah, mungkin sekarang ia memang sudah tidak bisa melarikan diri karena kondisinya dan Lia juga sudah malas untuk sembunyi.

"Tapi tetap saja, karena peluru itu hanya menggores jika bukan hanya menggores apa kamu tetap akan bisa berpikir untuk memaafkan pria itu?" Ia tau sudah ikut campur, tapi Icha ikut sakit hati. Bagaimana bisa ada suami sekejam itu.

"Memaafkan? Tidak ada yang aku pikirkan tentang itu Icha, yang aku mau sekarang aku tidak mau lagi jatuh cinta hingga menjadi bodoh pada pria itu. Keputusanku tidak pernah berubah untuk minta pisah padanya."

"Jadi sampai kapan kamu terus berpura-pura belum sadar?" tanya Icha, ia tau Lia sudah terjaga sejak kemarin sore hanya saja Lia melarangnya memberitahu mereka.

"Aku tidak akan menyembunyikannya lagi Icha, karena aku ingin memberi asi anakku." Lia sudah rindu untuk memeluk bayinya ia memegang atas dadanya yang nyeri, peluru apa itu sampai membuat luka yang dalam rasanya sangat sakit.

"Apa perlu dipanggilkan dokter?" tanya Icha.

"Tidak perlu, aku." Belum selesai mengeluarkan suara pintu kamar terbuka kembali dan Hito lah yang masuk ke dalam ruangan.

Hito yang lupa mengambil ponselnya di atas meja ruangan Lia harus kembali dan terkejut melihat Lia yang sudah sadar ia mendekat ke arah istrinya sambil tersenyum. Ia memegang pipi Lia dan mengelusnya.

"Sana!" Lia menghempaskan tangan Hito dari pipinya ia menatap Icha yang malah ke luar ruangan. "Icha!" teriak Lia memanggilkan temannya itu, tapi Icha tidak peduli dan tetap keluar dari ruangan.

Bukannya menjauh seperti kemauannya Hito malah memegang tangan yang tadinya menghempaskannya. Hito tersenyum bahagia, ia senang saat mata itu terbuka dan juga menatap matanya. Hito mencium semua permukaan wajahnya dari dahi, pipi dan bibirnya. Lia hendak mendorong Hito tapi tangan pria itu menahannya apalagi ia tidak bisa bergerak cepat karena tangan satunya lagi dekat dengan luka.

Hito kembali mendekatkan bibir mereka dan melumat bibir pink itu dengan lembut. Lia menggigit bibir Hito karena hanya cara itu Hito bisa melepaskannya dan bukannya lepas karena sakit tapi Hito tidak menghentikan aksinya.

"Syukurlah kamu sudah bangun," ujar Hito setelah selesai mencium Lia, ia juga mengambil tisu untuk mengelap bibirnya yang berdarah. Ternyata gigitan Lia keras juga, ia menatap wajah Lia yang terlihat menahan amarah. Hito tersenyum jika sudah marah berarti kondisi sudah lebih membaik.

"Hm sini lebih dekat." Lia tersenyum tulus dan Hito dengan senang hati kembali mendekatkan diri dan kenyataannya Lia malah menjambak rambut Hito dengan keras. "Jangan pernah menciumku lagi."

"Puas kamu membuat aku menderita? Puas kamu?" Hito yang mendapatkan serangan mendadak memegang tangan Lia mencoba melepaskan. Ia tidak berani mengeluarkan tenaga untuk melepaskan istrinya ini yang ada malah melukai lukanya.

Hito bahkan tidak mencoba menghentikan Lia lagi dan pada akhirnya Lia sendirilah yang melepaskan tangannya dan mendorong Hito hingga mundur beberapa langkah.

"Lia aku dengan tulus minta maaf, tapi iya aku emang salah tapi bukannya kamu tidak mencoba berpikir bahwa aku saat itu juga terkejut karena kamu yang hilang tiba-tiba kembali menghubungiku makanya saat itu aku mengira kamu ada niatan lain. Tapi setelah terjadi aku benar-benar minta maaf dan berjanji hal ini tidak akan terjadi lagi, aku akan menuruti apa maumu dan akan lebih percaya."

Hito menatap lekat pada Lia yang hanya diam tidak lama Lia ikut juga menatapnya. Tapi Hito seperti menatap mata yang berbeda, tidak tatapan cinta yang diberikan Lia seperti dulu.

***

Lia sudah sangat emosi 😹

Jika memenuhi target ini = 600 vote + 150 komen + 40 followers ak bkln double update hari ini.

Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini 
‪+62 838‑6394‑7842‬.

- Bab 38 sampai bab, 49 harga 20k (paket hemat)

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now