Chapter 22

24.9K 1.2K 12
                                    

Dellia memang sudah berencana untuk bertemu dengan Lia, ini adalah hari yang ia tunggu sebenarnya. Ia hanya terus mengulur waktu hingga Fira pulang saja, dan saat Fira sudah pulang mereka malah dipertemukan secara tidak sengaja seperti ini. Dellia sendiri merasa khawatir melihat Lia yang wajahnya memerah.

"Ada apa ya kak?" tanya Lia canggung, lagi pula mau berbicara apa dengannya. Kan mereka hanya tau sebatas bertemu saat di mall saat itu.

"Tidak bisa berbicara di sini, kita harus ke sana." Dellia menunjuk sebuah cafe yang berada di ujung jalan.

"Maaf kak ada perlu apa ya?" tanya Lia lagi ia tidak ingin salah langkah dan kembali membuat Hito murka. Ia tau jika Dellia itu sangat berpengaruh juga bagi hidup Hito. Ia memeluk Rian lebih erat ia membutuhkan dukungan sekarang karena tangan Lia saja sudah berkeringat dingin.

Ia ingin pergi dari hidup Hito jangan sampai ia malah membuat dirinya gagal untuk kabur. Sudah cukup menderita hanya untuk kembali menurut pada orang lain.

"Kamu takut?" Dellia memegang tangan Lia yang emang dingin. "Maaf aku tidak bermaksud menakutimu." Dellia memeluk Lia dengan agak berjarak agar tidak mengganggu Rian yang ada di gendongan Lia.

Lia menangis terisak ia tidak sanggup menahan lagi, ia butuh teman untuk cerita. Dengan pelukan ini saja ia menjadi tidak kuat untuk menahan rasa sakitnya selama ini. "Kak, aku sedih."

"Iya, sedih kenapa?" tanya Dellia sambil mengelus rambut panjang Lia. "Sini biar Rian aku yang gendong." Dellia lebih dahulu menyemprot tangannya lalu mengambil Rian dari gendongan Lia.

Saat ia melihat wajah Rian, tebakkannya emang benar jika Rian yang dititip oleh Hito dulu emang sebenarnya adalah anak Lia dan Hito. Sungguh tega Hito tidak mengakui anaknya sendiri.

"Mau menceritakannya padaku Lia? Tidak usah takut sekarang kamu adalah adikku. Ayo kira ke sana." Bukan hendak memaksa tapi inilah yang terbaik untuk Lia kedepannya, ia adalah wanita sama seperti Lia ia tidak sanggup jika membiarkan Lia disakiti seperti ini.

Sesampai di cafe mereka langsung duduk di tempat yang berada di paling belakang cafe. Di sana tidak ada banyak orang yang duduk jadi tidak akan ada yang mendengar. Sebelum duduk Dellia lebih dulu menghubungi Adam agar segera datang ke sini.

"Jadi kakak mau ngomong apa?" tanya Lia, ia sudah tidak menangis lagi sekarang. Lia malu bisa-bisanya ia tadi menangis di depan Dellia dan di tempat umum.

"Kita tunggu abang Adam dulu ya," jawab Dellia, lebih baik ini dibicarakan bersama-sama saja.

"Hah? Bang Adam?" Lia seperti pernah mendengar nama itu tapi ia tidak tau siapa cowok yang bernama Adam.

"Iya dia abang Hito."

Abang Hito? Lia menutup wajahnya, kenapa lagi ada abangnya Hito. Ada apa ini sebenarnya. "Kak kalian sebenarnya mau apa? Kalau kakak tidak bilang ada apa sebenarnya ini Lia tidak akan mau berbicara Lia mau pulang."

Dellia menatap lekat ke arah mata Lia yang hitam pekat. "Dengarkan kakak, ini semua ada alasannya. Jadi sebenarnya kakak sudah tau kalau kamu sama Hito itu adalah pasangan suami istri." Sambil berbicara ia masih tetap memperhatikan wajah Lia, adik iparnya itu terlihat membeku dan wajahnya juga menjadi pucat seketika.

"Bagaimana bisa?" tanya Lia dengan nada terbata-bata.

"Tau semuanya saat di mall, maaf bukan berniat apa tapi kakak mendengarkan semua pembicaraanmu dengan Hito saat di samping toko topi itu.

Lia langsung lemas ia menjatuhkan kepala di atas tangannya yang berada di meja. Bagaimana ini Lia sekarang sudah tidak berani lagi berhadapan dengan Hito. Akibat Lia yang tidak mau menurut sekarang keluarga Hito sudah mengenalinya. Lia tidak sanggup untuk dibentak lagi dengan masalah ini, mungkin ia akan segera diceraikan juga oleh Hito saat semua ini terungkap.

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now