Chapter 41

25.9K 1.3K 28
                                    


Setelahnya hanya tersisa Lia saja. "Kamu tenangkan Rian, dia menangis." Lia tidak bisa mengangkat anaknya, tubuhnya masih terasa sakit apalagi di tempat bekas tembakan.

Hito langsung menggendong Rian sambil memberikan susu. Ia memberikan susu sambil mengusap darah yang berada di ujung bibirnya.

"Kamu bikin malu, mana ponsel ku. Aku harus meminta maaf padanya."

Hito tidak menjawab ia hanya diam. Ia tidak akan memberikan apa yang diminta oleh Lia.

"Segera Hito, kalau tidak ceraikan aku sekarang juga!" Hito mengumpat pelan.

"Jangan mengumpat di depan anakku," balas Lia tidak suka.

"Ini anakku juga."

"Bukan, dia hanya anakku saja," lanjut Lia lagi.

"Apa perlu ku perjelas gimana bisa ada Rian?"

"Sejak awal kamu tidak ada rencana memiliki Rian bukan? Jadi sekarang Rian hanya anakku saja."

Hito tidak tahu lagi untuk membalas apa lagi, ia emang rencana tidak mau memiliki anak. Hingga tidak disangka Rian hadir. Tapi setelahnya ia sangat menyayangi anaknya dan sangat menyesal sempat menolak kehadiran anaknya.

"Mana ponselku?" Kini Lia mengulangi pertanyaannya.

Dengan terpaksa Hito memberikan ponsel Lia.

Sekarang Hito sedang memberikan makanan khusus bayi yang tadi dibawakan oleh orang suruhan Sarah, ibu angkatnya itu sudah sangat sayang dengan Rian.

Setelah selesai makan, Hito bermain dengan Rian yang sekarang sudah mulai belajar berjalan. Ia hanya bisa berjalan pelan sambil dipegang.

"Papa," guman Rian dengan tawa lucunya.

"Iya, coba jalannya pelan-pelan aja dulu." Hito kembali mengajari Rian, Lia sendiri malah mengantuk ia langsung tidur karena tidak tahan lagi.

Saat sedang mengajari Rian berjalan, kaki Hito berhenti saat mengingat bahwa nama pria tadi sangat mirip dengan nama anaknya. Hito mengeram marah bagaimana nama Rian sangat mirip dengan Zian nama pria tadi. Ia tidak terima nama anaknya sama dengan pria itu.

Hito sangat marah, ia ingin menghancurkan semua barang yang ada di depannya. Ia menatap wajah Rian yang menatapnya dengan raut kebingunggan. Melihat wajah Rian membuat Hito sedikit tenang, setelah ini ia akan meminta penjelasan dengan Lia.

***

Rasa ingin mengeluarkan air kemih membuat Lia membuka matanya dengan malas, ia sedang kondisi sakit saat ini jadi untuk ke kamar mandi saja susah. Ia melihat ke arah samping di mana terdapat Hito yang tidur sambil memeluk Rian di atas sofa yang besar. Mereka terlihat sangat nyaman saling berpelukan, anak dan ayah yang sangat serasi. Lia akan memanggil bantuan ke pihak rumah sakit saja.

"Kenapa?" tanya Hito yang malah langsung terbangun, ia malah terbangun begitu saja seperti menyadari Lia yang terbangun. Hito beranjak dengan Rian yang berada digendongannya, ia menaruh Rian di kasur khusus itu.

"Aku mau pipis."

"Yasudah ayo biar aku bantu."

"Tapi mau, panggil suster aja."

"Sudah malam biar aku saja." Hito hanya beralasan saja, padahal para perawat akan ada yang bisa membantu.

"Tidak mau." Lia malas dengan Hito, lagi pula kenapa Hito bisa berubah baik begini. Ia padahal sudah merasa mantap tidak berharap lagi.

"Tapi kamu harus izinin perawat itu masang celana kamu, kamu tau aku dokter di sini. Akan sangat bahaya bagi kamu jika sendirian di dalam seperti itu."

Lia malu, apa ke Hito saja. Jujur Lia malu ia emang selama ini menolak bantuan Hito. Tapi rasanya menyakitkan saat ia terpaksa menyuruh perawat agar tidak menolongnya terlalu jauh hingga memasangkan celana, karena malu.

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now