Chapter 35

32.3K 1.6K 164
                                    

Beberapa kemudian tangisan Rian masih terdengar, namun tidak sekeras tadi dan bertepatan saat itu Hito datang dengan pakaian yang lebih bersih dan langsung membawa bayi enam bulan itu ke dalam gendongannya. Ia mengusap dahi Rian dengan lembut beberapa kali, tidak lupa ia menciumi pipi kemerahan itu. Tidak lama Rian lebih tenang dan saat itu juga Hito langsung meminta botol yang berisi asi yang sebelumnya disiapkan oleh Lia dan memberikannya pada Rian.

"Maafkan Papa." Hito mencium mengeluh punggung kecil Hito saat bayinya tidak lama tertidur kembali dalam pelukannya.

"Ada apa ini Hito?"

Suara orangtua angkatnya Hito membuat ia kembali membeku beberapa saat sepertinya kehidupannya akan berakhir sekarang. Itu suara Sarah, ibu yang sudah merawatnya dari kecil.

Sarah juga semakin terkejut saat Hito yang menyebutkan dirinya sendiri sebagai papa. Sebelum ke sini Adam yang menghubunginya katanya Hito sedang menunggu istrinya yang sakit. Tentu saja Alva dan Sarah sangat terkejut pada saat itu dan semakin terkejut saat tau ternyata Hito juga sudah memiliki anak. Ia hampir jatuh tidak habis pikir dengan apa yang terjadi di hadapannya saat ini, Alva menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Aku yang membongkar semuanya pada Mama dan Papa, aku rasa tidak ada yang perlu ditutupi pada keluarga sendiri Hito!" Adam awalnya emang mau saja diam, tapi semakin lama ia rasa menyembunyikan hal sepenting ini adalah hal yang memuakkan.

"Ikut saya!" perintah Alva dengan nada marah. Hito menatap Alva sambil menggeleng pelan, ia tidak mau kemana-mana. Hito masih mau menunggu kabar Lia setelah melakukan operasi.

"Kamu berani melawan! Ikuti perintah saya." Alva harus meluruskan ini semua, walaupun tidak ada hubungan darah. Ia tidak pernah ada niatan membedakan kasih sayang atau perhatian yang ia berikan kepada Hito.

"Mas jangan terlalu keras." Sarah juga marah, tapi ia juga harus bisa sedikit lebih tenang menghadapi situasi yang juga tidak mengenakkan bagi Hito.

Hito berdiri dari duduknya. "Tapi, jangan lama."

Alva mengangguk singkat dan memimpin jalan yang diikuti oleh Hito yang masih menggendong Rian. Anaknya merengek tidak nyaman saat Hito ingin menitipkan pada Dellia.

"Kenapa bisa begini?" Sarah mengusap air matanya, lalu ikut duduk di samping menantunya.

"Mama yang sabar ya, Dellia juga belum tau pasti ini gimana kedepannya." Dellia mengusap punggung mertuanya yang terlihat sangat sedih.

***

"Hito tidak mau, tidak mau menikah dengan Fira. Lia ninggalin Hito karena itu." Tidak tau dengan jelas ada apa sebenarnya terjadi padanya hingga ia berani melawan seperti ini. Ia tidak berniat menikah lagi, rasanya ia tidak mau berpisah dengan Lia. Atau dua istri? Bisa mati di depannya dirinya, satu istri saja membuatnya sakit kepala apalagi dua.

"Apa?" tanya Alva marah, ia sudah merencanakan semua ini. Bahkan kerja sama sudah berjalan lancar di perusahaan. Tapi walaupun begitu tetap saja perusahaannya tidak akan bangkut jika membatalkan kerja sama hanya saja akan mengalami kerugian.

"Berani kamu berbicara seperti itu setelah apa yang terjadi!" Alva tidak habis pikir seharusnya Hito membatalkan perjodohan itu dan mengungkap pernikahan itu. Seharusnya Hito mengaku sejak awal dan mereka bisa membuatkan pesta bukan diam-diam seperti ini.

"Hito, tidak akan menikah lagi. Jika Hito dibuang, buang saja. Hito tidak akan menjadi Dokter lagi, ini semua dari Papa kan? Ambil saja semuanya." Hito sadar diri ia hanya anak angkat saja, tidak layak bukan jika Hito tetap mengambil semua yang sudah diberikan oleh Alva tapi tidak menuruti semua permintaannya.

Alva langsung melayangkan tamparan yang keras ke arah wajah Hito.  "Saya ini Papa kamu! Berani kamu berbicara seperti itu." Alva tidak menyangka jika Hito masih saja beranggapan harus membalas jasanya. Seumur hidup ia tidak pernah berniat meminta balasan.

Rian yang digendongan Hito yang tadinya mau bangun karena ribut akhirnya terhenti saat Hito mencium pipi Rian dan mengusap punggung putra kecilnya dengan sayang. Rasa sakit tamparan yang ia terima tidak sebanding dengan apa yang dirasakan Lia.

"Apa yang ada di otakmu itu, hingga berpikiran papa sejahat itu. Kamu tidak menganggap saya orang tuamu?" tanya Alva dengan syarat sangat kecewa.

"Tidak, bukan begitu." Hito susah untuk menjelaskan, ia tidak mungkin tidak menganggap mereka orangtuanya. Hanya saja sangking baiknya mereka, Hito rasa ia tidak pantas tidak menuruti apa yang Alva mau. Baru saja Hito ingin menjelaskan, Alva sudah duluan pergi dari hadapannya.

***

Di atas kasur yang berserakan dengan baju dan tas, saat ini Fira sedang melihat foto calon suaminya diponselnya sambil terkekeh pelan. Ia awalnya menolak dijodohkan hanya saat melihat siapa yang dijodohkan dengannya, Fira langsung setuju. Melihat wajah tampan dan tubuh yang tinggi membuat Fira merasa jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Apa aku hubungi saja ya, dari tadi ia tidak membalas pesanku." Fira menatap lama chatnya yang tidak dibaca sejak beberapa jam lalu.

Fira membuka profil Hito yang kosong, ia harap secepatnya profil itu berubah menjadi wajahnya. Apa ia terlalu berlebihan sampai berpikir demikian? Fira tidak peduli ia tertawa sejenak. Ia langsung menghubungkan panggilan dengan Hito dan tetap tidak jawab hingga lima panggilan.

Pintunya kamarnya diketuk tiga kali lalu dibuka, salah satu pelayan masuk ke dalam kamar dan menyerahkan cake yang diminta olehnya.

"Apa kau pernah punya pacar sebelumnya?" tanya Fira pada pelayan yang terlihat masih muda.

"Belum pernah."

"Tidak ada gunanya ku tanya, sudah ke luar." Tanpa melawan pelayan itu langsung keluar dari kamar.

Fira kembali teringat kejadian terakhir kalinya ia bertemu dengan Hito, saat pria itu malah memandangi wanita yang sudah memiliki anak di tempat mereka makan. Apa Hito tergoda dengan wanita bersuami itu? Fira melempar tasnya ke sembarang arah dengan kesal.

***

Hito kembali mendekat ke arah ruangan di mana Lia sedang berjuang antara hidup dan matinya. Ia berhenti sejenak saat melihat Sarah terlihat menangis, Hito merasa tidak nyaman. Ia tidak rela melihat wanita yang sudah merawatnya menangis. Apa Sarah begitu kecewa karena perjodohannya dengan Fira bisa batal akibat Hito yang sudah memiliki istri.

Sarah yang melihat kehadiran Hito berusaha menahan tangisnya dan bersikap normal tidak bersandar pada Dellia lagi. Ia mengusap air matanya dengan pelan.

"Ma, maafin Hito." Hito tidak tega melihat Sarah yang menangis, mau gimana pun Sarah sudah baik selama ini dengannya.

"Mama sedih melihat keadaanmu sekarang."

"Bukan sedih karena perjodohan Hito bisa batal karena kabar bahwa Hito sudah memiliki istri dan anak?"

"Ya ampun Hito bisa-bisanya kamu berpikir seperti itu. Mama ikut sedih dengan keadaan menantu yang mama yang sedang sakit dan lebih sakit hatinya lagi, bahkan Mama tidak bisa melihat kalian menikah dan baru tau sekarang saat kalian sudah mempunyai anak." Sarah tau sekarang bukan saat yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan, tapi untuk menahannya rasanya Sarah tidak sanggup.

***

Siapa penasaran Lia pas bangun gmn nantinya hahaha atau emng ga bangun si lia ahhaha 🙀

Jika memenuhi target ini = 680 vote + 230 komen + 25 followers untuk besok, ak bkln double update hari ini.

Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini 
‪+62 838‑6394‑7842‬.

Bab 36 sampai bab 40 harga 10k
Bab 36 sampai bab 47, harga 20k (paket hemat)

Hidden MarriageWo Geschichten leben. Entdecke jetzt