Chapter 47

23.3K 1.6K 206
                                    

Lia yang sudah berada di atas tempat tidur belum kunjung menutup matanya, berbeda dengan anaknya yang sudah tidur sejak satu  jam yang lalu. Ia tidak bisa tidur karena kepikiran dengan keadaan Hito. Sebenarnya Lia sudah berusaha untuk menenangkan pikirannya tapi entah kenapa bayangan Hito yang terlihat menyedihkan membuat Lia jadi kepikiran yang berlebihan.

Satu jam yang lalu juga Hito mengirim pengasuh anaknya dan beberapa pekerja untuk membersihkan rumah untuk pengenalan terlebih dahulu. Dan tadi Lia juga melihat beberapa pria berseragam hitam berada di luar. Mereka semua adalah orang suruhan Hito untuk menjaga rumah ini.

"Apa dia sudah membersihkan lukanya?" gumam Lia sambil mengelus pipi Rian yang sedang merengek dalam tidurnya, seperti sedang bermimpi. Bertambahnya umur Rian membuat anaknya itu semakin mirip dengan ayahnya. Walaupun mirip dengan Hito, Lia tidak pernah kesal melihat wajah bayinya.

Lia mengambil ponselnya, tanpa bisa melawan kata hatinya. Ia membuka ruang obrolannya dengan Hito, lalu ia membatalkan blokir. Saat hendak membuka profil tanpa sengaja ia menekan panggilan telepon.

"Apa ada masalah?" tanya Hito di seberang sana, Lia yakin Hito terkejut juga karena ia telepon malam-malam begini.

"Aku." Bisa-bisanya Hito mengangkat panggilan teleponnya secepat itu, hingga belum sempat ia matikan sudah keburu terhubung. Lia sendiri tidak tahu harus berkata apa, ia gengsi tapi ia penasaran dan khawatir. Ia tidak mau Hito jadi tersanjung karena ia perhatikan, tapi Lia juga penasaran dengan kondisi Hito sekarang.

"Apa Lia?" tanya Hito lagi karena Lia tidak kunjung mengeluarkan suaranya.

Dan hanya keheningan yang tercipta, tidak lama sambungan telepon mereka terputus. Lia menatap ponselnya dengan heran, ada apa dengan Hito? Bisa-bisanya langsung mematikan seperti ini. Biarlah Lia akan tidur saja, lagi pula Hito sudah besar untuk apa Lia terlalu memikirkannya.

Baru saja memejamkan mata selama lima belas menit, pintu rumahnya kembali digedor kencang sambil berteriak dengan menyebut namanya berulang kali.

"Itu suara Hito." Lia berjalan ke luar lalu mengintip ke luar siapa yang datang. Ia hanya takut malah membuka pintu untuk pencuri. Lia sekarang di dalam rumah sendiri, pekerja yang akan bekerja di rumah ini akan mulai bekerja mulai besok. Hanya ada beberapa penjaga di luar rumah.

Ternyata memang Hito yang mengetuk pintu malam-malam begini. Lia langsung membuka pintu. Hito yang berada di luar langsung melangkah masuk, ia menarik tubuh Lia pelan hingga bertabrakan dengan dadanya ia memeluk tubuh istri dengan erat.

"Apa ada dia lagi di sini?" tanya Hito yang sudah melepaskan pelukkan mereka, lalu mengecek seluruh tubuh Lia.

"Dia? Dia siapa?" tanya Lia bingung.

"Om kamu."

"Tidak ada." Lia menatap heran ke arah Hito, kenapa juga Hito tiba-tiba ada di sini.  Hito mencium kening Lia dalam, ia bersyukur bahwa apa yang dikatakan bawahannya itu benar bahwa tidak terjadi apa-apa di rumah.

Hito menghela nafas lega, ia bahkan membawa mobil seperti orang kesetanan tadi. Ia kira ada orang yang akan menyakiti Lia lagi karena Lia tidak membalas pertanyaan saat di telepon tadi.

"Kenapa?" tanya Lia dengan menatap Hito aneh, wajah Hito penuh keringat dan baju yang terbalik. Ia baru pertama kali selama hidup melihat Hito yang terbalik memakai baju, pria ini bahkan ingin sempurna setiap apa yang dilakukannya.

"Aku kira tadi kamu nelpon karena ada orang jahat," balas Hito yang kembali memeluk Lia dan mencium rambut Lia berulang kali.

"Tidak ada." Lia melepaskan tangan Hito dari pinggangnya, ia sedikit mundur ke belakang.

"Lalu kenapa menghubungi aku?" tanya Hito lagi yang sudah bisa mengontrol tubuhnya agar lebih tenang.

"Hm tidak ada, kamu pulang aja," lanjut Lia lagi, tidak mungkinkan jika Lia jujur kalau dia khawatir, yang ada dia bakalan malu sendiri.

"Nginap boleh?" tanya Hito sambil menerbitkan senyum lebar.

"Nginap?" tanya Lia lagi memastikan.

"Iya boleh?" Sekarang Hito menunduk pelan, ia berharap Lia tidak menolak permintaannya.

Lia hanya diam, ia tidak tahu harus menjawab apa hingga Hito tampak mengangguk pelan tanda mengerti. "Aku pulang." Hito tidak bisa memaksa takutnya Lia semakin marah padanya.

"Hito." Lia memanggil suaminya yang sudah berada di depan pintu rumahnya. Lia hanya takut menyesal dan membiarkan pria itu pulang saat sudah mau tengah malam, besok pagi ia akan berusaha mengusir Hito.

Hito berbalik lalu tampak menggelengkan kepalanya tidak suka. "Jangan panggil Hito lagi, panggil aku seperti biasanya."

Lia mengedikkan bahunya tidak peduli, kenapa pula harus mengubah panggilan. "Boleh menginap sehari."

"Serius?" tanya Hito dengan berbinar-binar, tidak menunggu balasan dari Lia ia kembali bertanya. "Dimana kamar kamu?"

Lia terdiam beberapa saat baru teringat satu kamar lagi tidak ada kasur, karena rumah ini diberikan emang baru. Tapi Lia merasa masih canggung jika harus seranjang dengan Hito setelah permasalahan mereka.

"Tidak ada kasur lagi di sini selain kamar."

Hito mengerti maksud dari perkataan Lia, bahwa tidak mau seranjang dengannya. "Baiklah aku tidur di lantai." Hito langsung masuk ke kamar yang paling dekat dengannya ini pasti kamar Lia karena wangi bayi. Saat masuk pandangannya langsung kagum karena sangat indah. Rupanya ini adalah kamar impian Lia, karena biasanya Lia pasti tidak berani membongkar kamar mereka dulu yang terlalu berwarna gelap.

"Anak Papa udah tidur." Hito mengelus pipi berisi milih bayinya yang masih tidur dengan nyenyak.

"Udah malam banget, kamu langsung tidur saja," pinta Hito saat pintu kamar terbuka dan Lia ikut masuk ke dalam kamar.

"Kamu belum obatin tangan kamu." Berhubung Hito memakai baju lengan pendek, terlihat beberapa lecet di tangan.

"Tidak perlu, bisa sembuh sendiri. Jangan begadang lagi, langsung tidur saja kamunya." Hito beranjak bangun dari tempat tidur, ia lalu duduk di kursi kecil yang berada di ujung kanan kamar.

Lia tidak tenang melihat orang kesusahan seperti itu. Ia rasa Hito tidak mau tidur di lantai dan malah memilih tidur di atas sofa kecil.

"Tidur di sini," ucap Lia menepuk tempat tidur di samping Rian, hingga sekarang anak mereka berada di tengah.

"Serius?" tanya Hito dengan raut senang, ia langsung menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya sambil menyamping ke arah kanan, tepat di mana Rian dan Lia berada. Hito mendesah lega saat tubuhnya sudah berada di atas kasur yang empuk.

Melihat tubuh Hito yang masih tersisa bercak darah, Lia mengambil obat obatan lalu membersihkan luka dan memberikan obat. Dan beberapa lembam ia berikan salep. Setelah selesai ia lega, ia menatap ke wajah Hito yang menatap ke arahnya dengan mata memerah, ia kira Hito tadi sudah tertidur.

"Makasih," ucap Hito setengah mengantuk setelah nya lanjut tidur. Tapi tidak tidak disangka tiba-tiba tangan Hito menarik bahunya hingga tubuhnya jatuh tepat diatas tubuh Hito. Lia tidak bisa menghalau rasa ingin membalas pelukan itu. Berhubung Hito tertidur, ia langsung memeluk erat tubuh Hito. Yang tadinya ia susah tidur sekarang Lia malah bisa tidur dengan mudah.

***

Target 1100 Vote + 200 komen + 30 Followers aku bakalan double up hari ini

- part 48-sampai end = 18 ribu (paket hemat) wa ke nomor ini ya = ‪+62 838‑6394‑7842  Yang tidak sabar menunggu bisa di pesan ☺️

Hidden MarriageOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz