Chapter 27

29.8K 1.2K 71
                                    

"Biasa kamu nemenin aku kan kalau makan." Hito hendak memukul mulutnya sendiri saat mengeluarkan perkataan yang membuatnya malu sendiri, lagipula kenapa ia harus mengajak Lia biasanya juga ia tidak peduli dengan Lia yang selalu menemaninya makan.

Permintaan yang sedikit membingungkan, tapi Lia tetap berjalan mendekat ke arah Hito. Biasa Hito juga tidak peduli dengan keberadaannya.

"Hah? Bukannya kamu pernah nyuruh aku tidak usah temenin makan ya." Lia tidak habis pikir dengan apa yang sebenarnya Hito mau, dulu ia emang beberapa kali disuruh pergi saja dari meja makan. Tapi Lia tetap bertekad untuk tetap menemai Hito, sekarang saja ia sudah malas untuk terlalu banyak berinteraksi dengan Hito.

"Iya kan itu sudah lama, dan kamu tetap nemenin aku saat itu," ucap Hito sambil mendorong kursi di sampingnya. "Duduk," lanjut Hito lagi.

Lia tidak banyak bicara ia duduk di samping Hito. Daripada kembali bertengkar lebih baik ia harus mulai banyak mengalah dan menurut saja.

"Kenapa tidak makan?" tanya Hito lagi sambil melihat ke arah Lia yang hanya terus menatap ke arah wajahnya saja.

Lia tidak membalas, ia memilih untuk mengambil piring dan meletakkan nasi lalu lauk dan ikut makan. Rencana ia akan makan setelah Hito makan. Suasana hening membuat Hito menatap Lia dengan bingung. Tidak bisanya Lia diam, biasanya kalau bukan menanyai tentang kegiatannya maka Lia akan terus membahas masalah pernikahan mereka atau tentang wanita yang akan dinikahi.

"Kamu udah sehat?" tanya Hito.

Lia mengangguk, ia emang sudah kembali sehat. "Udah, makasih ya."

"Ada apa sih?" tanya Hito yang sudah kesal, ia tidak suka dicuekin seperti ini.

"Kamu kenapa Mas?" tanya Lia yang menatap Hito heran, kenapa juga Hito marah-marah. Lia bingung kalau begini harus seperti apa.

"Kamu yang kenapa!"

"Kamu benci banget ya sama aku?" tanya Lia lagi.

"Benci apa sih, kan tidak jelas lagi."

"Aku rasa semua apa yang aku lakuin itu salah, kamu selalu ketus dan marah-marah. Aku jadi tidak tau harus bersikap seperti apa." Lia menatap tajam Hito, jarak mereka sangat dekat hingga ia dapat melihat mata suami dengan dekat. Lia menatap tidak habis pikir pada pria yang akan segera menjadi mantan suaminya itu karena ia sudah tidak mau bertahan di pernikahan ini.

"Kamu salahin aku lagi sekarang?" Hito menatap kesal ke arah Lia.

"Aku minta maaf," lanjut Lia, ia menarik napas pelan dengan memejamkan mata sejenak untuk memcoba menahan emosi yang hanya akan membuatnya menyesal nantinya.

"Maaf terus kamu buat salah apa lagi?" tanya Hito, ia sekarang mulai curiga kalau Lia pasti melakukan kesalahan hingga bersifat aneh sejak kemarin. Hito menatap curiga Lia, apa wanita itu sudah berpikir untuk melakukan kejahatan?

"Kamu udah kenyang?" tanya Lia yang sudah tau jika Hito sudah kenyang sebenarnya diliat dengan nasi yang sudah habis dipiring, ia hanya mencoba menghentikan Hito yang terlihat marah tidak jelas.

"Tidak usah alihin pembicaraan. Kamu lagi ngerencanain apa? Jangan macam-macam, aku tidak akan segan-segan masukin kamu ke penjara."

Lia menggebrak meja dengan keras, ia sudah tidak tahan lagi. Matanya sudah berkaca-kaca, penjara? Beraninya pria itu berpikir seperti itu.

"Mas mikir apa emangnya? Kalau boleh tau kamu kenapa marah-marah, apa ada masalah di tempat kerja? Atau masalahnya ada di aku? Terus apa maksud bilang masukin aku ke penjara? Kamu gila! Aku bahkan belum selesai memberi asi untuk anakku." Walaupun pada akhirnya Hito tidak akan menceritakan masalahnya, setidaknya ia sudah mencoba bertanya. Rasanya sangat lelah menjadi tempat Hito melampiaskan amarahnya.

Hito tertegun dengan keadaan Lia yang sangah marah ia menyesal mengucapkan kata itu, Hito mengulum bibirnya menyesal tidak seharusnya ia berkata seperti itu.

"Maaf aku kelepasan," ucap Lia sambil menyentuh lembut tangan Hito dan mengenggamnya erat. Ia tidak seharusnya kembali melawan Hitokan?

Hito semakin heran dengan Lia yang malah kembali lembut padanya, bukannya yang salah dirinya karena berbicara seperti tadi.

Lia emang sangat baik sejak dulu hanya saja sejak memberitahu akan menikah dengan Fira. Sejak saat itu Lia lebih sering marah-marah atau terus mendesaknya untuk mengesahkan pernikahan mereka dan memaksanya untuk membatalkan niatnya untuk menikah lagi.

"Kamu kenapa minta maaf?"

"Bukannya aku selalu seperti ini ya Mas? Aku tau sejak tentang Fira aku lebih sering marah-marah, aku sadar itu. Maaf ya aku menyesal sekali, aku jujur menyesal." Menyesal memang menjadi pilihan yang buruk, tapi mau bagaimana lagi tidak bisa menampik bahwa kemarahannya selama ini tidak membuat perubahan apa pun dari Hito. Pria itu tetap pada pendiriannya untuk menikah lagi.

"Kamu tidak salah," ucap Hito yang jadi merasa tidak nyaman dengan setiap bait kata yang dikeluarkan oleh Lia. "Wajar kamu marah-marah karena aku mau menikah dengan wanita lain. Tadi aku hanya kesal karena kamu terlalu cuek padaku." Hito jujur karena ia tidak suka melihat sikap Lia yang seperti menjaga jaraknya. Ia sudah terbiasa diberi perhatian lebih oleh Lia

"Oh itu ya." Lia tersenyum lembut lalu mengusap lengan Hito. "Tidak ada kok, aku tadi cuman bingung aja," lanjut Lia sambil memegang tangan Hito dan mengusapnya pelan.

"Bingung apa?"

"Bingung harus gimana aku banyak salah sama kamu."

Inilah kesalahannya karena sudah memaksa Hito untuk menikahinya. Jadi Lia berusaha untuk terus menyalahkan dirinya saja atas semua kesalahan yang Hito buat untuknya.

"Salah apa?" tanya Hito dengan gugup, tatapan Lia yang menatap dalam matanya membuat ia tidak bisa berpikir jernih.

"Salah karena marah-marah terus sama kamu."

Hito hanya diam. "Jadi kamu tidak marah lagi dengan hubungan aku sama Fira?" tanyanya lagi memastikan. Hito menatap Lia dengan lekat ia sangat menunggu jawaban selanjutnya.

Lia menggenggam tangan Hito erat, ia menatap Hito dengan yakin. "Iya tidak marah lagi," lanjut Lia dengan tegas. Ia tau ini hanya dusta tapi mau bagaimana lagi sekarang pilihan yang ada hanya menyingkir dan menjauh.

Hito langsung bangun dan pergi bergitu saja, entah kenapa ia sangat kesal dengan jawaban Lia. Seharusnya ia senang karena Lia tidak marah lagi, tapi kenapa ia malah takut jika Lia tidak lagi mencintainya dengan tidak lagi cemburu.

Langkahnya terhenti saat pemikiran aneh datang, takut? Untuk apa ia takut Lia tidak mencintainya lagi, bukankah itu pilihan yang benar. Ia bisa terbebas dari segala perilaku Lia yang terlalu agresif.

Dengan tetap marah tanpa alasan Hito yang jelas, Hito berjalan menuju kamarnya. Ia langsung menuju kamar mandi setelah selesai, Hito langsung memakai baju yang sudah disiapkan oleh Lia yang berada di atas kasur.

"Mas kamu kenapa marah lagi? Aku salah apa, aku bingung kalau kamu begini." Lia memegang lengan Hito agar menghadap dirinya dan Hito malah menghempaskan tangannya.

***

Menurut kalian lebih besar kesalahan Lia atau Hito? Dengan Lia yang maksa buat nikah sama Hito atau Hito yang jahat yg mau aja di jodohin?

Ditunggu komen dan Vote nya 😊 terimakasih untuk antusiasnya 😊 spamm nexttt 👉🏻

Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini  ‪+62 838‑6394‑7842‬.
Bab 28 ampai bab 30, harga  5k
Bab 28 sampai bab 39, harga 20k

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now