34 - FALL OUT OF LOVE

13.1K 403 14
                                    

Tuscany yang berada di area pedesaan dengan lansekap perbukitan hijau dan lembah yang indah selalu saja sedap dipandang mata. Di pagi yang cerah dimana burung-burung warber berkicau riang di sekitar villa, Elia terlihat menuruni tangga kayu dari lantai dua. Ia terus berjalan hingga tiba di area belakang bangunan villa.

Elia mendiamkan langkahnya di depan pintu teras belakang villa. Ia lantas melihat Adrian tengah bersandar pada sebuah pilar sembari menelisik pemandangan kebun zaitun. Di tangan Adrian terdapat gelas berisi jus stroberi. Dan pria itu tampak nyaman menikmati suasana pagi yang tenang.

Bukan kebetulan Elia juga berada di teras. Ia memang berniat mencari Adrian. Setelah melewati satu malam dengan kehadiran Adrian di villa, Elia berpikir dan sekarang ia memutuskan untuk mau berbicara dengan Adrian.

Adrian langsung menoleh tatkala menyadari kemunculan Elia di belakangnya. Ia pun berbalik dan melihat Elia berjalan mendekat.

Adrian tak lagi memusatkan perhatiannya pada pemandangan alam yang hijau. Ia berganti mengawasi Elia lekat. Pagi itu Elia telah kelihatan jauh lebih segar. Elia terlihat fresh khas seseorang yang baru selesai mandi pagi. Wajahnya lembab, rambut panjangnya tergerai indah. Tadi Adrian mendengar samar suara hair-dryer dan menduga Elia usai mencuci rambut lalu mengeringkannya. Dan kini rambut panjang Elia nampak mengembang tebal dan sehat.

Elia juga makin terlihat girly dengan memakai dress berwarna cream berbahan katun dengan model sederhana. Elia bahkan tidak memiliki kesan tomboy sama sekali.

Cantik, girly dan cute adalah kata yang cocok untuk mendefinisikan Elia. Adrian dulu tak terlalu menyukainya. Kebalikan dari mandiri, pintar dan kuat yang ia suka, dimata Adrian Elia terkesan dependent. Ia bahkan menganggap Elia menyusahkan, centil dan manja. Ia dan Elia bagaikan dua elemen yang bertolak belakang, bagai air dan api.

Namun kali ini semua berubah. Adrian memandang Elia bak perempuan paling menawan, feminin, memancarkan aura princess yang membuat hati Adrian berdesir.

Akan tetapi pagi itu, Elia nampaknya justru sedang tidak ingin menjadi putri yang lemah lembut. Elia bertekad ingin mengkonfrontasi Adrian dengan berani.

Elia mengepalkan tangannya dan berdiri berhadapan dengan Adrian.

"Sebenarnya apa tujuan kakak kesini?" tembak Elia langsung pada inti masalah yang ingin ia bahas.
"Kenapa kakak belum merespon permintaan cerai Elia? Ini sudah enam bulan lebih, apalagi yang kakak tunggu?" Elia mencecar Adrian dengan pertanyaan yang sudah disiapkannya.

Adrian mencebik.
"Aku udah bilang sama kamu aku enggak ingin bercerai? You didn't take my words seriously hm?"
Adrian berkilah.

"Tapi keputusan Elia tetap enggak bisa diubah. Elia ingin bercerai!" Elia bersikeras.

Adrian mengangkat alis dan menampakkan ekspresi seolah Elia hanya menggertak.
Sial. Kenapa di pagi yang syahdu ini justru bahas perceraian? Mood Adrian langsung memburuk. 

"Apa kakak pikir Elia masih mengharapkan pernikahan palsu ini?" Elia bersungut-sungut. "Enggak. Enggak sama sekali" katanya mantap.

"Kamu belum dengar semua penjelasan aku"

"Elia enggak membutuhkan penjelasan lagi. Keputusan Elia sudah final. Lebih baik kakak pergi dan tinggalkan Elia. Kenapa kakak ada disini? Untuk apa?" Elia menyiratkan ia tak menghendaki keberadaan Adrian di sisinya.

Adrian terdiam lama sebelum kembali meneguk jus stroberi. 

Sementara Elia menunggu dengan wajah gusar dan tak sabar.

Hold Me With Your Lies [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang