51 - TOTAL MESS ⚠️21+⚠️

16.1K 289 14
                                    


Dalam waktu setengah jam lagi, Adrian sebenarnya mempunyai tugas berpidato sebagai perwakilan komisaris Aria.
Tapi ia kini justru lebih memilih bicara dengan istrinya - Elia, yang sudah sekian lama saling membisu.

Mereka sepakat bertemu di lorong yang cukup jauh dari ballroom dan kini berdiri saling berhadapan. Keduanya tampil rapi nan pristin dengan Adrian memakai setelan jas resmi, sedangkan Elia memakai dress pendek hitam dan mengenakan heels warna emas metallic di kaki.

"Kenapa kamu masih aja diamkan aku?" Adrian memulai protesnya pada Elia begitu ia buka suara.
"Sampai kapan kamu mau menghindar dan permainkan perasaan aku seperti ini?" ia mencecar.

"Gak ada yang permainkan perasaan kakak" Elia menanggapi malas-malasan. Ia bahkan buang muka agar tak balas menatap Adrian.

"Berhentilah pura-pura seolah kamu gak mencintai aku" nafas Adrian memburu. Setengah mati ia menahan lara hati yang menyiksa batinnya selama ini.

"Waktu itu di mobil adalah bukti kita saling mencintai. Aku ingat sekali kamu balas cium aku, kamu sebut nama aku, bahkan kamu-"
Adrian menahan diri untuk tak berucap vulgar yang bisa membangunkan amarah Elia.

Elia sudah bisa menebak bila Adrian akan menyinggung hal tersebut. Waktu itu memang adalah salahnya yang terbuai akan tindakan Adrian. Ia sempat merasa simpati dan membuatnya goyah. Tapi setelah merenung, ia merasa masih belum bisa menerima Adrian.

"Ayo sudahi perjanjian ini dan kembali bersama, sayang" Adrian mulai merayu  diikuti maju dan memegang dua bahu Elia.

Elia segera menurunkan tangan Adrian dari bahunya.
"Apa kakak tau kakak sudah melanggar janji buat gak sentuh Elia dan seharusnya kita sudah berpisah?" Elia justru mengingatkan batas di antara mereka.

"Oh come on, lupakan aja perjanjian konyol itu" Adrian mencicit gemas. Satu gelembung emosinya akhirnya meletup.

"Perjanjian konyol?"

"Elia, aku ini laki-laki. Aku suami kamu. Mana mungkin aku bisa tahan? - "

"Atau jangan-jangan kamu sengaja jebak aku? Kamu sengaja goda aku seperti itu buat bikin aku lepas kendali lalu kamu bisa salahkan aku dan minta kita berpisah?"
Adrian berubah memberondong Elia dengan sangkaannya.

"Ternyata kakak enggak bisa pegang kata-kata kakak. Enggak ada lagi yang bisa Elia percaya dari kakak" Elia menghardik kecewa. 

"Kenapa kamu harus bersikap sesulit ini sih, hm? Aku sampai pusing , aku gak selera makan, bahkan aku gak bisa tidur cuma buat pikirkan kamu. Dan kamu masih belum puas juga siksa aku?"

"Kakak sendiri yang melanggar janji"

"Aku gak bermaksud. Aku sudah berusaha-"

"Berusaha apa? Berusaha singkirkan teman-teman Elia?" Elia mendadak mengubah topik dengan mempermasalahkan tindakan Adrian yang sudah mengusir teman kakaknya.

"Apa maksud kamu?"

"Apa yang sudah kakak katakan pada kak Levi?" tembak Elia kemudian.

"Buat apa kamu bawa-bawa orang itu?"

"Apa kakak bicara macam-macam sama kak Levi?"

Adrian memejamkan mata jengkel kemudian seringai piciknya mengembang.
"Kalau iya kenapa? Betul aku ancam dia buat gak dekat-dekat kamu lagi. Kamu keberatan? mau bela dia?" emosinya makin bergejolak. 

"Kak Levi dan temannya enggak salah apa-apa. Kenapa kakak semena-mena -"

"Semena-mena?" Adrian mengerat bibir. "Ingat kemarin kamu marah-marah hanya gara-gara lihat aku ngobrol sama Tiara?" Ia melotot serta balik menyerang Elia.

Hold Me With Your Lies [COMPLETE]Where stories live. Discover now