55 - SERENITY

7.3K 274 8
                                    


"Susah banget cari mon coeur, cuma ada ini sayang"
Adrian mengulurkan pada Elia satu buket bunga quicksand roses; bunga mawar impor premium yang tadi dibelinya di sebuah toko florist saat pulang kerja. 

Adrian baru saja tiba di penthouse. Bahkan ia masih memakai pakaian kerja. Sesampai di dalam penthouse, ia segera menghampiri Elia yang tengah berdiri di depan island dapur. Ia lalu memberikan Elia jenis bunga yang merupakan favorit istrinya tersebut. Memang kala itu adalah inisiatifnya sendiri untuk membawakan Elia bunga.

Elia seketika menelisik bunga mawar berwarna campuran champagne dan pink di depannya bergantian dengan wajah Adrian. 

Dengan sedikit ragu, Elia menerima mawar pemberian Adrian. Ia merangkum di tangannya dan menatap Adrian walau hanya singkat.
" Makasih" ucap Elia pelan. 

Direspon baik oleh Elia, Adrian tak bisa menahan senyumnya untuk tak mengembang, wajahnya pun bersinar berseri-seri. "Sama-sama, sayang" balasnya sumringah. 

"Masak apa hari ini?" Adrian lanjut menanyakan kegiatan Elia. Malam itu adalah malam langka yang membuat hatinya berdebar-debar. Setelah sekian lama menghindar, akhirnya Elia bersedia mengabulkan ajakan makan malam bersamanya di penthouse. Bahkan Elia bersedia memasak sendiri. 

"Steak. Nanti Elia siapkan di meja" jawab Elia singkat lalu meletakkan bunganya di sisi lain island untuk ia susun di vas nanti. 

"Ah" Adrian mengangguk paham. Ia mengira mungkin Elia sedang tak ingin repot memasak hidangan yang rumit. Apapun itu, Adrian tetap merasa senang. 

Elia kemudian kembali pada kesibukannya yang tadi tengah mengupas dan memotong-motong buah melon. 

"Ini mau dibuat apa?" Adrian menggumam. Masih mencoba akrab bercengkerama dengan Elia. 

"Ini dessert-nya. Elia cuma siapkan buah melon" kata Elia lalu mulai mengiris melon dengan pisau. 

"Hati-hati, sayang" ucap Adrian memperingatkan. Ia cukup ketar-ketir melihat Elia berkutat dengan pisau besar. 

Elia merespon peringatan Adrian dengan sebuah tarikan bibir dan sempat melirik Adrian sekilas. Namun ia tetap lanjut mengiris santai buah melon dan meletakkan di piring.

"Boleh cicip sedikit enggak?" Adrian mendadak bertanya. 

Elia refleks mendongakkan kepalanya untuk menatap Adrian.

Saat pandangan keduanya bertemu, Adrian justru larut memandangi paras cantik Elia. Ia bahkan menggunakan mata elangnya untuk menelusuri bibir Elia yang merah basah dengan tatapan sendu. 

Elia ternyata sadar bibirnya terus ditelisik oleh Adrian. Dan ia memilih mendengus pelan kemudian buang muka. 

"Ehm" Adrian tau ia telah menimbulkan kecanggungan dan memutuskan mulai menjabarkan maksudnya. 

"Maksud aku, cicip melon-nya" kata Adrian menambahkan.

Namun Elia lalu kembali menilik Adrian dengan mengerutkan kening. Pasalnya baru saja Adrian mengatakan kata 'melon' sembari membentuk dua buah bulatan dengan meregangkan jemari di depan dada. 

Adrian pun menyadari ia melakukan kesalahan lagi karena gerak tangannya seakan merujuk pada 'melon' yang lain.
Entah memang niat bercanda atau tak sengaja?

"Maksudnya it- itu" Adrian terbata sambil menunjuk melon di piring dengan tatapan mata. Ia takut Elia akan marah mengira ia membercandainya dengan candaan mesum. 

Elia tak ayal meraih satu potong melon dan mengangkat tangannya untuk menyuapkan pada Adrian. 

Adrian sontak menatap haru karena Elia bersedia mengabulkan permintaannya tanpa banyak protes. Adrian pun tersenyum gembira. Dan ia lantas menunduk untuk memasukkan melon yang disodorkan Elia ke dalam mulutnya. 

Hold Me With Your Lies [COMPLETE]Where stories live. Discover now