64 - HEARTSTRINGS

8.3K 307 12
                                    

Waktu sudah memasuki malam tatkala badai akhirnya tiba dan menghantam manor. Petir menyambar-nyambar. Suaranya mengagetkan bak petasan bahkan kadang lebih seram seperti dentum meriam yang ditembakkan.

Cahaya kilat turut berkelap-kelip setiap beberapa detik. Menampakkan kilau perak diikuti suara gelegar halilintar yang amat menakutkan. Sementara angin kencang bertiup tak berkesudahan, membawa air hujan lebat dan membasahi apapun yang dilintasinya.

Dari dalam bangunan manor situasi terasa begitu mencekam. Apalagi di luar. Tak terbayang bagaimana keadaan mereka yang terjebak badai di perjalanan. Begitu pula yang dipikirkan oleh penghuni hall. Memikirkan nasib sang pewaris utama Axton Group yang hilang kontak di tengah cuaca mengerikan, sungguh memilukan hati.

.

Detik demi detik berlalu seakan begitu lambat bagi Elia. Ia sama sekali buta akan kabar kondisi suaminya. Tak mendapat pencerahan apapun membuatnya merasa tersesat. Terbayang di depan matanya berita yang terburuk. Tidak, tidak... Elia menggelengkan kepala, ia tak akan sanggup.

Namun bagaimanapun juga penantian itu tak akan berlangsung selamanya. Sama halnya dengan penantian oleh mereka yang teguh, solid dan sabar menunggu kabar dari Adrian. Sebentar lagi telah berakhir.

Seluruh anggota keluarga yang sedari tadi tak patah arang mencari informasi, justru menerima pesan tak terduga dari Andre yang beberapa menit lalu keluar hall kemudian kembali masuk dengan nafas terengah-engah.

"He is here" Andre memekik antusias.

"Adrian is here" katanya yang disambut dengan pelototan berpasang-pasang mata lalu saling mengerling satu sama lain.

Andre baru saja memberitahu bahwasanya Adrian telah pulang ke manor. Ia mendapat kabar dari security yang berjaga di gerbang. Tapi masalahnya, bagaimana keadaan persis Adrian belumlah diketahui secara pasti.

Lalu semua orang berdiri dari kursinya. Tanpa buang waktu mereka berlari keluar hall demi menuju area depan manor.

Mereka berjalan beriring-iring menuju pintu masuk utama dengan menyusuri lorong yang dingin. Tergopoh-gopoh di depan; ada Tommy dan Linda sebagai orangtua Adrian yang paling menggelegak menyambut kepulangan sang putra. Di belakangnya disusul saudara Adrian, para kerabat; om-tante dan juga keluarga mertua Adrian.

Sedangkan, istri Adrian - Elia, berlari tersendat paling belakang sembari mengangkat gaun panjangnya.

Blam!

Terdengar suara pintu utama yang amat besar, tinggi, dan terbuat dari kayu alder tebal, menutup rapat.

Dan di ambang pintu akhirnya terlihat dari pandangan. Sosok tegap nan gagah, tampan memukau, walau sekarang nyata berpenampilan cukup berantakan, ia berdiri kokoh menghadang mereka yang berjejalan dan telah sampai pada area foyer.

Adrian menelisik banyak pasang mata di depannya dengan memamerkan raut heran.

Sementara itu, Tommy dan Linda segera maju guna meraih sang putra yang telah kembali dalam keadaan baik-baik saja.

"Thank God you're okay" desis Linda penuh kelegaan diiringi memeluk Adrian singkat.

Ia lalu mundur dan mencermati Adrian. Ia tak bisa menyembunyikan iba saat melihat dahi Adrian berhiaskan gurat luka dengan nampak bekas aliran darah yang sudah diseka dan mengering di pangkal rambut. Di bawah mata kanan Adrian juga terdapat goresan merah.

Bagian bahu baju Adrian pun basah lantaran menerobos hujan saat masuk ke dalam manor. Rambutnya juga sedikit basah. Ada noda darah dan kotor di kemeja Adrian yang bewarna gading, licin terbuat dari sutra.

Hold Me With Your Lies [COMPLETE]Where stories live. Discover now