49 - LEAP IN THE DARK

8.9K 266 10
                                    

tok tok tok

Terdengar ketukan pelan pada daun pintu ruang kerja Elia yang terbuka.

Elia yang tengah duduk di depan meja kerjanya sontak menengok ke arah pintu.

"Masuk" Elia mempersilahkan sosok pengetuk pintu untuk beranjak mendekatinya. 

Kemudian Bertha- sekretaris Elia, terlihat menjejakkan kaki melintasi ruangan.

"Ada apa?" Elia mempertanyakan keperluan Bertha begitu sang sekretaris tiba di seberang mejanya.

"Maaf Bu, di depan ada Bu Tiara. Beliau menanyakan apakah bisa bertemu dengan ibu sekarang?" Bertha menyampaikan pesan yang ia bawa untuk Elia.

"Kak Tiara?" ulang Elia.

"Betul Bu" jawab Bertha.

Elia merenung lalu melirik ponselnya di atas meja. Kemarin-kemarin Tiara memang mengirimkan pesan untuk mengajaknya bertemu. Tapi ia masih mengabaikan pesan tersebut dan belum merespon.

"Sama siapa?" Elia bertanya lagi.

"Hanya bu Tiara sendiri, Bu" terang Bertha. Ia terus memanggil Elia dengan sebutan sopan kendati gadis itu berusia tujuh tahun lebih muda darinya. Tentu semata karena status Elia yang merupakan atasannya.

Elia menimang lumayan lama sementara Bertha menunggu dengan sabar.

Kemudian disertai mendengus pelan, akhirnya Elia memberikan keputusan.

"Mm.. ya sudah, suruh masuk aja" ucap Elia walau sedikit ragu.

Bertha pun dengan segera lanjut melaksanakan perintah Elia. "Baik" katanya.

.
.

*
.
.

Setelah berulang kali mencoba membuat janji temu, siang itu Tiara akhirnya berhasil mewujudkan keinginannya untuk bicara empat mata dengan Elia.

Kini ia dan sang adik tengah duduk berhadapan di sofa ruang kerja Elia.
Sementara ia mempersiapkan diri agar lebih santai, Elia terduduk di depannya dengan menggenggam ponsel di pangkuan.

Selama beberapa menit, Elia menanti sepatah dua patah kata untuk meluncur dari bibir Tiara. Namun sang kakak tak jua bergeming dan hanya duduk tenang sembari menahan senyum.

Kerena tak sabar, akhirnya Elia lebih dahulu berceletuk.
"Kakak cuma mau diam terus sambil lihatin Elia?" Elia membuka percakapan sebab sedari tadi suasana terasa hening dan senyap. 
"Mau ketemu cuma buat ini?" ia mengernyitkan keningnya heran.

Elia menunggu Tiara bereaksi sembari menelisik kakaknya yang siang itu tampak cantik. Tiara memang selalu tampil layaknya eksekutif wanita yang anggun, tegas, dengan citra independent woman yang melekat kuat.

Dulu Elia sering merasa iri dengan kakaknya ini. Apalagi karena Tiara tampak lebih serasi bersanding dengan Adrian. Tapi saat cintanya pada Adrian tak lagi menggebu, rasa kecewanya pada Tiara turut mengendur. Membuatnya sekarang lebih tegar bersitatap dengan Tiara.

Senyuman tipis yang sedari tadi Tiara bekukan akhirnya mengembang juga. Ia pun sama halnya juga tengah mencermati Elia. Jika Elia pernah iri padanya, ternyata ia juga demikian. Wajar apabila kakak beradik saling iri bukan?

Walaupun bukan hal besar, tapi Tiara juga pernah mempunyai kecemburuan pada Elia. Salah satunya, Tiara selalu memimpikan punya rambut panjang seperti milik adiknya itu. Entah mengapa rambutnya sendiri sangat susah untuk bisa tumbuh melewati bahu.

Hold Me With Your Lies [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang