52 - DESPAIR

8.4K 291 15
                                    

Elia memerhatikan sepiring gnocchi gorgonzola di depannya dengan menahan rasa mual. Ia baru menyendok sesuap saja dan berangsur merasakan perutnya bergejolak hingga ada rasa asam menjalari tenggorokannya.

Tak biasanya Elia tak bersemangat menikmati salah satu jenis hidangan yang cukup ia gemari tersebut. Siang itu ia justru hanya duduk diam sembari memandangi gnocchi-nya dengan tatapan antipati.

"Kenapa, Elia?" Nila, direktur keuangan Aria yang tengah makan siang bersama Elia, menyadari gelagat Elia yang seakan tak berselera. Ia terus menelisik Elia yang kini meletakkan jemari di depan bibir. 

Elia menengadah dan memandang Nila canggung. 

"Sebenarnya Elia baru enggak enak badan, Tante" ucap Elia pelan. Ia memilih jujur karena merasakan tubuhnya semakin lemas. Walaupun jelas ia merasa sungkan pada Nila karena baru sampai pada hidangan awal, ternyata ia harus menyerah. 

Nila mengernyitkan kening. "Kenapa enggak bilang dari tadi" ia berucap heran. 

"Maaf, Tante" balas Elia tak enak hati. Memang adalah salahnya yang terlanjur menyetujui untuk makan siang bersama bahkan sudah memesan makanan. 

"Kamu mau pulang saja buat istirahat?" Nila menawarkan sarannya atas nama kesehatan Elia. 

Elia menggeleng. "Elia temani Tante makan dulu" tolaknya.

"Jangan paksakan diri, Elia" Nila segera menyahut.
"Just take a rest at home" saran Nila menunjukkan empati kala mencermati semburat wajah Elia bertambah pias.

"Tapi-"

"Enggak usah pikirkan meeting sehabis ini. Nanti aku sampaikan sama Papa kamu kalau kamu sedang enggak enak badan" Nila berujar.

Elia diam dan memandang Nila penuh rasa bersalah. 

Nila mengerti arti tatapan Elia lalu mencoba kembali menenangkan gadis itu. "It's okay. Pulihkan dulu kesehatan kamu baru setelahnya boleh pikirkan pekerjaan" sambung Nila dengan sedikit memaksa layaknya senior.

Senyum singkat terulas di bibir Elia.
"Terima kasih Tante" katanya bersyukur akan pengertian Nila.

.

Seusai kabur dari makan siangnya yang hanya sekejab bersama direktur keuangan Aria, Elia kini dalam perjalanan pulang menuju penthouse bersama sang supir pribadi.

Elia tampak duduk di kursi belakang mobil dan tengah bersandar pada punggung kursi. Sesekali ia memandangi pemandangan luar dengan kepala terkulai.

Namun kemudian Elia beringsut ketika ia menyadari suatu hal yang sempat terlupa olehnya.

Elia mengangkat ponsel di genggaman tangannya kemudian memindai layar untuk memeriksa tanggal. Ia lalu membuka kalendar dan menyadari ia telah melewatkan periode datang bulan-nya hampir selama tiga minggu. Karena kejadian yang menimpanya belakangan, ia bahkan sampai tak sadar siklus bulanannya tersebut sudah terlewat jauh.

"What...?" Elia melirih gelisah diikuti menggigit bibir. 
Satu pemikiran spontan lewat di benaknya. 'Apa karena stres atau...?'
Elia membatin diam-diam

"Pak Adi" celetuk Elia kemudian pada sang supir pribadi yang tengah mengemudi.

"Iya Bu?" respon Pak Adi dengan setengah menengok ke belakang.

"Nanti mampir ke apotik di sebelah gedung dulu ya Pak" Elia memberitahukan keinginannya.

"Baik Bu" Pak Adi langsung mematuhi permintaan Elia tanpa bertanya lebih jauh.

*

Elia mengeluarkan dua test pack yang ia beli. Ia lalu mencelupkan ujungnya pada air seninya yang sudah ditampung dalam sebuah wadah kecil. 

Hold Me With Your Lies [COMPLETE]Where stories live. Discover now