Part 18 : Suasana Malam.

34.6K 2K 350
                                    

Jika malam telah menjelang, cahaya bulan mulai berpendar. Makhluk dari dunia lain mulai menampakkan eksistensi mereka.

Terlebih jika malam mulai larut. Di saat para manusia mulai menghentikan aktivitas mereka. Para makhluk tak kasat mata malah memulai aktivitas nya.

Di mulai dari suara tawa yang melengking, suara geraman yang entah dari mana asalnya. Hingga suara jeritan pilu yang mampu membuat bulu kuduk meremang.

Mereka menjalankan aktivitas seperti biasa. Semuanya terdengar sinkron, menyatu dalam keheningan malam yang pekat.

Aku di sini, sendirian terdiam di dalam kamar. Mendengar suara-suara mereka. Mendengarkan dengan saksama tiap melodi yang mereka keluarkan.

Suara rintihan tak tertahan, seolah menahan sakit. Sering sekali aku dengarkan. Aku sering bertanya dalam hati.

Rasa sakit seperti apakah yang ia rasakan, hingga dia menahan pilu hingga seperti itu.

Seberapa sakit kah luka yang makhluk itu rasakan. Hingga terkadang aku juga bisa ikut merasakan nya.

Tawa yang menggema juga sudah menjadi lagu kusut yang terdengar hingga ke dalam kepala ku. Mereka tertawa, entah apa yang mereka lihat hingga mereka tertawa dengan sebegitu kencang nya. Belum lagi suara tawa yang terkikik. Seperti suara angsa namun ini terdengar lebih mengerikan.

Suara menggeram acap kali aku dengarkan. Suara nya sangat berat, geraman itu terdengar tertahan.

Entah apa yang membuat nya kesal hingga sang makhluk terus menggeram.

Apakah aku telah membuat nya marah?. Itu sangat aneh, aku bahkan tidak pernah mau berbicara dengan mereka.

Atau mungkin dia terganggu dengan keberadaan ku. Itu tidak benar. Justru mereka lah yang membuat ku menjadi tidak nyaman dengan suara mereka

Suara ketukan jendela. Tiap malam aku sering mendengar ada sesuatu yang sedang mengetuk jendela ku. Mengetuk intonasi yang berbeda, terkadang pelan namun pernah juga terdengar sangat keras membuat ku takut dan merasa terganggu dengan suara tersebut.

Jendela kamar ku berada di samping rumah dan samping rumahku adalah pekarangan rumah tetangga yang di biarkan kosong tanpa ada bangunan dan hanya ada beberapa pohon pisang yang tumbuh di sana. Jika kita memakai logika. Mana ada manusia yang iseng mengetuk jendela rumah orang lain pada tengah malam.

Terlebih itu masih dalam satu area pekarangan milik orang lain. Tidak ada yang bisa memasuki areal tersebut kecuali tetanggaku. Dan tetanggaku itu adalah orang lanjut usia. Tidak ada anak kecil atau anak remaja yang tinggal disana. Jadi untuk apa mereka melakukan kejailan semacam itu. Itu tidak mungkin menurut ku.

Jadi pikiranku langsung tertuju oleh para makhluk tak kasat mata yang memang menghuni sebuah pohon di samping kamarku.

Gending lagu jawa terdengar mengalun lembut di sekitaran kamar.

Mampu membuat ku terbuai dengan melodi yang mereka mainkan. Tempo nya yang lembut, terasa sangat klasik namun misterius. Suara gamelan dan alat musik lain terdengar sangat sinkron. Mereka seperti pemain. musik handal.

"Belum tidur? " wira bertanya padaku

Aku yang kala itu masih duduk, mendengarkan setiap suara yang dikeluarkan oleh para makhluk tak kasat mata tersebut.

Indigo Stories - Telah TerbitWhere stories live. Discover now