Part 22 : Cerita Tukang Nasi Goreng.

31K 1.7K 317
                                    

Tepat jam sembilan malam, aku berjalan ke dapur dan mencari makanan yang bisa aku makan. Terlalu lama tidur di dalam kamar sejak sore tadi membuat perut ku terasa sangat lapar.

Berjalan ke area meja makan dan menatap sedih karena ternyata tidak apapun disana yang dapat ku makan.

Membuka kulkas pun ternyata sama saja.

Hanya ada bungkusan tempe kemarin yang belum di goreng. Bersama dengan beberapa telur dan susu yang menghiasi isi kulkas.

Tempe kemarin yang sudah tak layak pun tidak bisa ku goreng, aku terlalu sering makan telur hingga sekarang aku bosan untuk memasak nya. Bahkan sekotak susu pun tak mampu mengganjal perut ku yang sangat lapar.

Berjalan gontai, aku mencoba bertanya pada ibu. Semoga saja ibu masih punya masakan yang bisa aku makan.

"Bu, agni lapar. Ibu tidak masak ya?"

"Duh ibu lupa masak. Tadi ibu habis ngurusin tetangga yang lagi tahlilan. Ibu kira kamu tidur sampai pagi, makanya ibu tidak masak" ucap ibu

Aku meringis menahan lapar. Sambil memegang perut yang terus berdenyut bak sebuah handphone yang tengah dalam mode getar.

"Terus agni makan apa bu?" ku tatap ibuku dengan wajah memelas

"Kamu beli apa kek di luar. Nih ibu kasih uang" ibu memberi ku uang dua puluh ribuan, menyuruh ku untuk mencari makan sendiri

Ku tatap uang berwarna hijau yang tengah ku genggam.

Kenapa aku ini terasa seperti anak malang, mencari makanan di luar sana sendirian. Terlebih sekarang sudah malam.

Aku berjalan keluar rumah sambil menatap ke sana sini. Di luar sana sudah sangat sepi, hanya ada segelintir orang yang lewat. Hanya ada suara motor yang dapat memecah keheningan malam yang pekat.

Aku menunggu sebentar di depan sebuah warung deket rumah. Berharap ada tukang bakso atau tukang sate yang biasa lewat.

Aku menunggu dengan sabar, semoga ada tukang makanan yang lewat. Aku sungkan berjalan hingga ke perempatan jalan di depan sana.

Ada banyak rumah kosong yang terbengkalai dan aku sangat malas jika harus melihat para sosok tak kasat mata.

Menunggu memang hal yang paling menyebalkan dalam hidup. Sedari tadi aku menunggu, tidak ada satupun abang-abang tukang makanan yang muncul di hadapan ku. Aneh, biasanya mereka selalu melewati daerah ini.

Itu membuat ku kesal, apalagi rasa lapar yang melanda perut ini sudah tak bisa di pertahankan.

Akhirnya, kuhentakkan kaki dan berjalan ke tempat tukang nasi goreng langganan ku yang letaknya di perempatan jalan di ujung kompleks.

Berjalan sendirian sambil ngedumel tak jelas, berjalan dengan langkah cepat.

Aku berjalan menunduk, tak melihat ke arah rumah-rumah kosong yang sudah lama tak di tinggali tersebut. Rasanya sangat malas jika harus berhadapan dengan makhluk malam seperti mereka.

Terdengar suara tertawa bercampur lirihan tangis dari si drama queen alias mba kunti ini. Tak lupa suara geraman keras dari dalam rumah kosong yang terlihat sangat menyeramkan.

Indigo Stories - Telah TerbitWhere stories live. Discover now