II

4.8K 260 9
                                    

🥀 After Years 🥀

Keterkejutan menjadi teman awal bagi Inaya ketika ia membuka mata. Diikuti perasaan bingung yang memabukkan kepalanya. Bagaimana bisa sekarang ia berada di sebuah ruangan besar dengan langit-langit yang menjulang dan dekorasi kuno bagai sebuah kamar di kerajaan lama Korea.

Inaya mengernyitkan dahinya-mengingat kejadian semalam. Oh! Mata Inaya membelalak sempurna seirama tangannya yang bergetar terangkat pelan untuk menutupi mulutnya yang tengah tercengang, ingatan tentang kejadian semalam berputar layaknya putaran jarum jam yang bergerak cepat. 

Secepat kilat Inaya mengkibaskan selimut putih polos yang sedari tadi bersarang menutup rapat tubuhnya. Syukurlah, pakaian itu masih utuh disana.

Inaya mengecek keseluruhan badannya mulai dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, menggerakan anggota tubuh yang mungkin terasa sakit atau ngilu namun hasilnya nihil. Tidak ada tanda-tanda kekerasan yang tercetak dikulit Inaya. Inaya bisa bernafas lega setelah cukup lama menahannya.

Pintu kamar Inaya diketuk tiba-tiba dari luar yang membuat Inaya terperanjat kaget. Jantungnya benar-benar diuji semenjak menginjakkan kaki di Negri Gingseng ini. Saat pintu terbuka ada dua sosok wanita muda tapi terlihat lebih tua dari-nya menghampiri dan membungkukkan badan.

"Nona, silahkan bergabung di meja makan," ucap salah satu wanita ketika sudah berada di depan kasur Inaya.

"Kehadiran nona sudah di tunggu," lanjut wanita satunya.

Inaya bingung, siapa mereka dan kenapa mereka memanggilnya Nona? Inaya pun tersenyum ramah dan merespon pada mereka.

"Maafkan aku bertanya, tapi kalian siapa? Dan tolong jangan memanggil ku dengan sebutan itu. Sungguh, kalian lebih tua dari ku…sepertinya," ucap Inaya skeptis.

Kedua wanita yang memakai pakaian bewarna putih abu-abu dengan desain seperti seorang pembantu membalas senyuman Inaya tapi masih dengan kepala yang setengah menunduk.

"Kami adalah pelayan di sini. Bagaimana pun juga kami harus menghormati Nona," jawab salah satu wanita itu.

Inaya mengangkat alisnya sebelah, "Kenapa? Maksud ku, kenapa harus menghormati ku. Aku tidak memiliki pelayan bahkan di Negeri orang sekali pun."

"Maafkan kami tapi lebih baik jika Nona segera ke meja makan. Nona bisa bertanya banyak hal disana," balas pelayan lainnya.

Mendengar jawaban yang tak di inginkan, Inaya mendengus pelan-melangkahkan kaki hendak pergi dari ruangan. Namun, gadis itu lupa sedang ada dimana dia sekarang. 

"Ehherrmm," Inaya membalikan tubuhnya menghadap dua pelayan tadi, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebagai pelampiasan atas rasa malu-nya barusan. 

"Aku tidak tau dimana ini begitu pun tata letak ruang makan. Bisakah kalian mengantarkan ku?" tanya Inaya cengingiran. 

"Tentu, mari ikuti kami Nona."

🥀

Setelah menyusuri lorong-lorong panjang nan remang dengan ditemani dua pelayan yang membuat Inaya cukup was-was. Pasalnya, kedua pelayan wanita itu memiliki kulit yang sangat pucat, tatapan mereka juga terlihat tajam. Mencoba untuk tetap tenang, Inaya berjalan santai dan tak lama ia sampai di tempat yang dimaksud. 

Sebuah pintu kayu berukuran sangat besar dengan ukiran-ukiran unik menyambut kedatangan mereka. Kedua wanita tadi mendorong pelan pintu itu dengan mudah tak terlihat berat. Inaya terkejut saat tau isi dari ruang makan itu.

'Sungguh besar' fikirnya.

Inaya melangkah masuk masih memperhatikan arsitektur disana namun saat netranya menangkap dua belas penghuni yang tengah menunggu, ia terkejut!

Ada tujuh pria yang dibalut setelan suit dan lima wanita yang menggenakan gaun panjang membentuk lekuk tubuh. Perpaduan klasik antara sang berwibawa dan si anggun di pesta malam. 

Inaya mengerjapkan matanya berkali-kali, merasa begitu familiar dan mengenal ketujuh pria di depannya itu. Mereka-yang lagi di-lihati-pun hanya tersenyum kepada Inaya kecuali dua orang yang memasang wajah datar.

Inaya bersuara "K-kalian…B-BTS!!?"

Seruan Inaya dibalas dengan anggukan pelan dari kelima pria itu. 

"Dulu," singkat seorang pria yang duduk di kursi paling tengah.

Inaya tau siapa dia, 'Kim Seok Jin,' batinnya.

Kegirangan menyelimuti dopamine Inaya saat ini karena dia memang sejak lama mengidolakan musisi papan atas dari Korea Selatan itu tapi Inaya pandai dalam menjaga ekspresi.

"Duduklah dan kau akan mengerti," titah pria lainnya.

'Kim Nam Joon. Apakah ini mimpi ? Hebat!!' batin Inaya bersuara lagi.

"Duduklah dan makanlah dulu setelah itu kami akan menjelaskan kepadamu."

Inaya menatap seorang wanita yang barusan mengajaknya bicara, bagi Inaya wanita itu cantik. Rambut pirang yang terurai dengan mata yang besar dan gingsul di giginya memberikan kesan manis. Inaya menanggapi perintah itu dengan anggukan.

Kini, Inaya duduk bersama dengan mereka di meja makan berbahan kayu yang sangat panjang kemudian mulai memakan makanan yang tersaji.

Banyak pertanyaan yang berputar di kepala Inaya. Sempat ia ragu untuk makan makanan yang disuguhkan tapi kepalang lapar dan makanan-makan itu cukup menarik, ia tetap menyantapnya lahap.

Inaya benar- benar bingung sekarang karena untuk apa BTS tinggal di tempat seperti ini? Seperti sebuah kastil tua? Ah, lebih terlihat seperti bangunan kerajaan usang.

Bahkan Inaya heran kenapa mereka semua hanya minum-minuman dari gelas emas dengan tempelan pertama.

'Bts adalah boyband yang terkenal dan sukses. Mereka bisa membeli sebuah mansion tapi kenapa mereka malah membeli banguan tua bak istana ini?' batin Inaya yang tak henti-hentinya bergumam.

 Mereka bisa membeli sebuah mansion tapi kenapa mereka malah membeli banguan tua bak istana ini?' batin Inaya yang tak henti-hentinya bergumam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*******************🥀🥀🥀*******************

Selalu dukung After years ya ✨
Setidaknya, bantuan vote dari readers
sangat author hargai.

Augustus 4th, 2019.
(Revisi pertama. March 10th, 2022)

After Years || KTH BTS ✔️Where stories live. Discover now