XVI

1.8K 147 0
                                    

🥀 After Years 🥀

Malam yang cukup mengerikan bagi Inaya karena cahaya bulan penuh itu langsung menembus jendela kamar menjadikannya terlihat lebih horor-dramatis.

Angin membuat suhu ruangan semakin dingin-menambah rasa ketakutan dalam tubuh mungil yang tengah memeluk lutut itu.

Bahkan dipaksa untuk tidur pun tetap tak membuat Inaya tenang. Entahlah, gerangan yang mendorongnya merasakan sensasi seram malam ini.

Guna menetralisir rasa gusar, Inaya fikir bisa mencari teman untuk sekedar berbincang sampai ia merasa kantuk. Mungkin para eonni belum tidur.

Inaya berjalan pelan dengan kedua tangan yang terkulum sedemikian rupa-memberi sedikit rasa hangat. Namun kening Inaya berkerut, bingung kenapa tempat ini terasa begitu sunyi dan sepi.

"Kemana semua orang? Apa mereka sudah tidur? Tapi...kan baru jam tujuh malam. Gak mungkin juga tidur, kan mereka Vampire," gumamnya.

Walau sedikit takut dengan hipotesisnya sendiri saat ini, Inaya tetap melanjutkan perjalanan-menaikki anak tangga satu persatu. Penambahan lampu hias memberikan kesan lebih mewah dan elegan sangat cantik dengan perpaduan cahaya bulan purnama.

Sampailah ia di balkon utama kasil kerajaan usang tersebut. Balkon yang bisa membuatnya memandang tenang seluruh pemandangan. Bahkan di malam hari pun tempat itu masih bisa menyuguhkan lukisan indah.

Saat sedang asik dengan aktivitasnya, menghirup dan menghembuskan udara secara perlahan, Inaya di kejutkan oleh gesekan antar dedaunan dan suara ngauman dari dalam hutan.

"Oh tidak! Apalagi itu? Ih!!! Kenapa di tempat ini selalu aja nyeremin," eluhnya.

Bagaimana tidak? Daun-daun di bawah itu bergoyang hebat dan suara bak dengkuran serigala makin jelas di telinga. Ah! Inaya ingat sesuatu! Tangannya semakin kuat mencengkram ujung gaun tidur putih polosnya.

Werewolf dan Vampire dimana pun cerita dan legenda mereka bersuara tetap saja lekatan sebagai musuh sejak leluhur tidak bisa dihapus.

'Lama-lama aku bisa gila ada disini!' batin Inaya menjerit, tanpa aba-aba pun langsung berlari masuk ke dalam istana-tergesa menuruni tiap anak tangga.

"Bangun Nay! Ayok bangun! Semua ini pasti cuma mimpi! Apa mungkin aku koma?" kata Inaya yang masih punya ragu di dalam hatinya. Walau telah berkali dia usaha untuk menganggap yang fana jadi nyata.

''Aishh!! So scary!!!" umpat Inaya menoleh ke belakang-memastikan tidak ada yang mengikutinya. Tapi,

Brukkk...

"Awh!!"

Tubuh mungil itu sedikit terhempas ke lantai.

"Ya Tuhan! Tolong maafkan saya nona. Saya tidak melihat nona tadi. Tolong...tolong ampuni saya," mohon seorang pelayan yang tak sengaja Inaya tabrak, pelayan tadi pun membantu Inaya berdiri.

"Sudah tak apa. Ini salahku yang tak melihat jalan," balas Inaya ramah dengan memegang pergelangan tangannya yang sedikit terkilir.

Sang pelayan menunduk takut.

"Hei, sudahlah aku tak akan menghukum mu. Tapi, bisa kau katakan pada ku dimana semua orang berada?" tanya Inaya.

"Mereka sedang berburu nona. Setiap bulan purnama rasa haus Vampire berada di puncaknya dan mereka harus meminum darah manusia untuk menghilangkan nafsu besar mereka itu," terang si pelayan masih dengan menunduk sopan.

Inaya terkejut mendengar hal itu, detik berikutnya ia melangkah mundur.

"K-kau juga Vampire, a-apa kau juga akan menghisap darah ku?" tanya Inaya takut.

"Tidak nona, saya bukanlah Vampire, saya hanya manusia biasa sama seperti nona."

"Benarkah?" Inaya skeptis tapi tetap berfikiran positif. Beruntung, dia punya teman sekarang.

"Aku adalah seorang yatim piatu dan tidak memiliki tempat tinggal. Oleh Tuan Suga memperkerjakan aku disini."

"Kau tidak takut?"

"Awalnya iya namun mereka semua begitu baik dan sopan pada ku. Walaupun aku hanya seorang pelayan tapi mereka tidak melupakan bagaimana caranya berbicara dengan orang yang lebih tua," jelas pelayan berumur tua namun perawakan muda itu-membuat Inaya tanpa sadar semakin mengagumi Bangtan Boys.

"Kapan mereka akan kembali?"

"Besok pagi nona. Disaat mereka telah sepenuhnya lega akan rasa haus."

🥀🥀🥀

Setelah percakapan tadi kini Inaya duduk seorang diri di ruang tengah. Ia tak bisa tidur, makanya hanya berdiam diri menatap lukisan besar raja Goryeo ke empat yang terkenal.

Bosan baginya terisolasi tanpa smartphone, tv, atau bahkan radio. Inaya juga teringat akan gonggongan yang ia dengar tadi. Menurutnya, tempat paling aman saat ini adalah banguna tua yang sekarang bisa dia sebut sebagai rumah.

 Menurutnya, tempat paling aman saat ini adalah banguna tua yang sekarang bisa dia sebut sebagai rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*******************🥀🥀🥀*******************

Akhirnya bisa kembali menyapa
Bagaimana kabar hari ini? Semoga semuanya baik-baik saja.

Jangan lupa klik lambang bintang ya teman-teman ku

September 12th, 2019.
(Revisi pertama. April 13th, 2022)

After Years || KTH BTS ✔️Where stories live. Discover now