Bab 2

5.1K 185 1
                                    


Setelah mulut "rombeng" kurang ajarnya yang berani membalas perkataan seorang Joshua Kim yang terhormat, disinilah Briana berakhir sekarang, di ruang guru fisika yang terkenal dengan muka datar dan super duper galak itu.

"Kamu tahu kan apa alasan kamu saya panggil kesini?" tanya Joshua, sedangkan yang ditanya masih saja menunduk tidak berani seperti tadi, nyalinya menguap, hilang entah kemana, sambil sesekali menganggukan kepala saat Joshua bertanya atau memarahinya.

"Kamu liat apaan sih, lagi ngitungin ubin, kalau guru tanya itu dijawab bukannya malah nunduk begitu, saya jadi berasa bicara sama nisan, karena nggak ada  yang ngerespon," kata Joshua galak.

"Dia nyamain gue sama nisan?"  batinnya tak terima.

"Iya Pak, maaf tadi saya lagi kesel, terus mulut saya jadi nggak bisa dikontrol gitu," dengan memberanikan diri, dia meminta maaf pada Joshua.

"Halah ngeles aja kamu kayak bajaj, oke kali ini saya maafkan, lain kali kalau kamu ulangi, saya nggak akan segan-segan laporin kamu ke Pak Anwar, bisa kena poin kamu," kata Joshua panjang lebar

"Baik Pak, kalau begitu saya permisi dulu," pamit Briana sambil berdiri ingin kembali ke kelasnya.

"Siapa yang nyuruh kamu pergi, duduk! Saya belum selesai bicara," mau tak mau Briana kembali duduk dengan wajah yang sebisa mungkin menahan amarah.

"Bunuh orang dosa nggak sih, pengen gue pites nih guru gadungan satu ini," batin Briana.

"Kamu anak XI IPA 5 kan?" Tanya Joshua Kim.

"Benar Pak," jawab Briana.

"Umumin nanti pas jam saya ada ulangan, sekarang kamu boleh balik," perintah Joshua.

Tanpa disuruh lagi, Briana pun dengan senang hati untuk pergi dari meja guru yang sudah masuk dalam daftar orang yang harus dihindarinya, sepertinya setelah ini dia akan membenci hari Senin untuk seumur hidupnya.

***

Di kelas XI IPA 5

"Eh Brie, lo habis dihukum di lapangan tadi, lo pasti dihukum lagi kan sama Pak Joshua" tebak Alexa.

Briana tidak menjawab dan hanya mengedikkan bahunya tak acuh, tebakan Alexa hanya membuat suasana hatinya semakin buruk.

"Eh guys, nanti jamnya Pak Joshua ada ulangan harian," umum Briana di depan kelas.

"Jangan bohong deh Brie, biasanya Pak Josh ngasih tau dulu ke kita atau nggak ke chat grup kelas kan," sahut Ara.

"Kalau nggak percaya, mending lo tanya aja sana ke kantor," jawab Briana cuek.

Setelah pengumuman dari Briana, tentu saja teman sekelasnya heboh, dan langsung membuka buku fisika, tentu saja untuk belajar dadakan, apalagi fisika adalah mata pelajaran yang sering kali menjadi momok bagi anak-anak IPA tak terkecuali Briana, tapi pada dasarnya Briana terlalu cuek, jadi, dia tidak seperti teman-temannya yang sedang sok sibuk belajar.

Prinsip Briana dalam pelajaran fisika adalah " gue belajar, nggak belajar itu sama aja, nggak bakalan paham," sudah negatif thinking dulu memang, maka dari itu nilainya juga selalu dibawah KKM.

Briana itu paling benci dengan pelajaran fisika, apalagi kalau sudah berhadapan dengan rumus dan turunannya, dia bakalan banyak ngeluh ini-itu mulai dari menyalahkan Newton yang dulunya terlalu kurang kerjaan, karena menurutnya "ngapain nungguin apel jatuh dari pohon, padahal tinggal petik kan beres", dan lain-lain. Padahal pada kenyataannya Newton sedang berpikir mengapa buah apel bisa jatuh dari pohonnya dan berakhir dengan penemuan gaya gravitasi. Dasar Briana gila.

Between Love and Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang