Bab 22

4.3K 174 0
                                    


Pagi ini Nara kembali berangkat kerja. Seperti biasa, Nara mengemudi menuju kantornya, yang terletak di 8th ave, sesampainya di kantor semua orang menatapnya bagaikan sedang melihat benda teraneh di dunia, termasuk Cassandra Claire, sahabatnya sejak ia kuliah di CU dulu. Nara merasa kikuk saat hampir seluruh teman pria di divisinya memandangnya dengan tatapan sendu, seolah mereka telah kehilangan idola mereka, sedangkan teman-teman perempuannya menatapnya dengan tatapan tajam mereka dan itu membuat Nara ingin ditelan bumi saat itu juga.

"Pasti ini gara-gara gosip kemarin, huh," Nara mendengus pelan lalu berjalan ke kubikelnya, kemudian disambut heboh oleh sahabatnya, Cassie yang merangkul pundaknya dan mengedipkan mata jahil padanya.

"Wah, I'm so jealous, Nara. Kau mendapatkan aktor tampan itu, aku jadi iri, tapi aku bahagia akhirnya kamu udah taken juga," kekeh Cassie, yang hanya ditanggapi Nara dengan mendecakkan lidahnya kesal.

"Ambil saja bila kau mau," jawab Nara datar, lalu memasuki kubikelnya.

"Tak perlu cemburu begitu Ra," goda Cassie sambil terkikik geli.

"Cih, yang benar saja, dia kira aku cemburu karena laki-laki itu," kata Nara dengan wajah datar, sampai akhirnya seseorang memanggilnya untuk pergi ke ruang atasannya. Ia merasa kali ini pasti gara-gara ulah Cecill, si anak magang itu pasti  berulah sampai ia terkena imbasnya, Nara segera memasuki ruang kerja atasannya yang galak dan sudah ada Cecill disana, duduk di lengan kursi atasannya dan sedang bergelayut manja.

"Silakan duduk Miss," lalu Nara duduk di hadapan dua makhluk yang menurutnya sangat menjengkelkan.

"Wah kerja bagus Miss, Anda tidak menyusun berita dengan benar, Anda ditugaskan untuk mengerjakan berita penting itu kemarin, kenapa Anda malah menyuruh Miss Cecill untuk mengerjakan tugas Anda."

"Tahukah itu bukan sikap profesional dari seorang jurnalis, Miss, dan Anda malah sibuk pacaran dan bermesra-mesraan dengan seorang aktor tampan di Washington Square Park. Anda bisa saya laporkan kepada direktur, dan Anda bisa dipecat Miss karena ini," peringati atasannya dengan nada halus namun tajam dan terkesan mengejek, hal itu membuat Nara tersenyum sinis.

"Seharusnya Anda mengatakan itu pada kekasih Anda, Tuan. Berita itu bukan tugas saya, saya hanya ditugaskan untuk menggantikan posisi kekasih Anda saat meliput, selebihnya bukan tanggung jawab saya, dan soal pacaran, apakah kekasih Anda tidak punya cermin, atau perlu saya belikan?" tanya Nara sarkastik.

"Bukankah dia yang seharusnya bertugas meliput dan membuat artikel beritanya, tetapi dia malah sibuk berpacaran dengan atasannya dan melimpahkan tugas itu pada saya, apakah sikap kekasih Anda itu yang dinamakan profesional?" kata Nara tenang sambil melirik ke arah Cecill yang pucat pasi.

"Dan ah ya, sebelum Anda melaporkan saya kepada direktur dan akhirnya beliau memecat saya, mulai hari ini saya berhenti bekerja," kata Nara halus namun sarat akan emosi.

Kemudian ia berdiri dari tempat duduknya, berbalik meninggalkan sepasang kekasih yang sepertinya menahan emosi karena perkataannya, lalu membuang tanda pengenalnya ke tempat sampah yang ada di dalam ruang kerja atasannya itu, ia berlalu pergi ke kubikelnya untuk mengemasi barang-barangnya, kemudian dia menelepon kakeknya, menyetujui tawaran untuk mengelola bisnis kuliner kakeknya.

"Halo Kek, mulai besok aku akan mengelola restoranmu yang ada di Korea Town," kata Nara sungguh-sungguh.

"Apa kau serius,"

"Ya, aku serius," jawab Nara.

"Apa kau yakin,"

"Apa kakek ingin aku berubah pikiran?" tanya Nara, setelah itu ia menjauhkan ponsel dari telinganya karena suara keras kakeknya yang tiba-tiba memekik girang, lalu ia berpikir sejenak mungkin inilah saat terakhirnya menjadi seorang jurnalis setelah dua tahun bekerja. Kenapa rasanya sangat berat baginya, ia sudah terlampau mencintai pekerjaannya.

Between Love and Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang