Bab 15

3.2K 160 5
                                    


Setelah kejadian ia pingsan, kadar kejutekan Briana pada Nico menjadi berkurang. Ia menjadi sedikit ramah dan jarang berbicara ketus saat Nico menyapanya atau mengajaknya bicara, bahkan sekarang mereka menjadi agak akrab.

"Nic, gue mau  ucapin makasih ke lo, karena waktu itu lo yang bawa gue ke UKS," ucap Briana.

"Sama, sama Brie, sesama teman harus saling tolong kan," ujar Nico.

Pintu kelas Briana menjeblak terbuka, menampilkan sosok cantik yang sekarang berjalan melenggak-lenggokkan tubuhnya bak model, menuju ke arah Nico.

Briana mendengus melihat cewek itu, "mukanya saja yang cantik tapi hatinya tidak" batin Briana.

"Nico, kamu ngapain sih ngobrol sama dia," ucap Chelsea dengan nada manja yang terdengar menjijikan di telinga Briana.

"Sabar Brie, sabar, orang sabar jodohnya Nico, eh?" batin Briana.

"Ya jelas aku ngobrol sama dia, orang kami sekelas," kata Nico agak ketus.

"Oh, jadi sekarang kamu bentak aku, aku itu sahabat kamu dari masih kecil, pacar kamu, dan kamu malah belain orang yang baru kamu kenal," kata Chelsea mendramatisir keadaan.

Nico menghela napas lelah, ia sudah muak dengan tingkah Chelsea, dulu Nico memang suka pada Chelsea karena cewek itu selalu ada saat ia senang ataupun sedih, tapi Chelsea yang sekarang lebih sering bersikap kekanakan, posesif, dan kasar. Nico sudah lelah meladeni sikap Chelsea yang sekarang.

"Kamu sekali lagi bersikap kayak gini, mending kita udahan," kata Nico, meninggalkan Chelsea yang mulai menangis tergugu sambil menatap nyalang Briana.

"Semua ini salah lo, gue nggak terima kalo Nico mutusin gue demi lo, awas aja, hidup lo nggak bakalan bisa tenang habis ini," Chelsea hampir saja kalap dan memukuli Briana, jika saja Alexa tak segera menarik Briana untuk kabur.

"Udah gila tuh anak kali ya, posesifnya tuh udah berlebihan, sampai mau mukulin lo gitu," ujar Alexa.

"Love is Blind," gumam Briana.

***

Seminggu sejak kejadian Chelsea menangis, Briana jadi jarang bertemu dengannya, bahkan cewek itu sudah tak pernah mengunjungi Nico lagi, entah bagaimana hubungan mereka berdua sekarang, Briana sungguh tak ingin peduli.

Briana juga  jadi jarang berbicara dengan Nico kecuali jika itu memang dalam diskusi materi ataupun latihan soal, selain itu, ia akan selalu menghindari Nico yang selalu berusaha untuk mendekatinya. Briana sungguh tak ingin semua orang menyalahkannya apabila Chelsea dan Nico putus. Ia tak ingin disebut sebagai pihak ketiga.

Belakangan ini ia sangat disibukkan dengan berbagai pelatihan soal ujian nasional yang akan dilaksanakan tiga hari lagi, namun Briana yakin ia pasti bisa lulus dengan hasil yang maksimal, mengingat nilainya yang semakin bagus disetiap uji coba, namun tetap saja ia kalah dari Nico, yang meraih nilai hampir sempurna disetiap mata pelajaran, sedangkan dirinya selalu jadi runner up ataupun yang ketiga.

***

Briana gugup setengah mati, hari yang dia tunggu sekaligus dikhawatirkannya pun tiba, ujian nasional sudah ada di depan matanya. Sebelum ujian ia dan Alexa saling memberikan dukungan, begitu pula dengan Nico yang juga memberikan ucapan semangat padanya.

Briana mulai memasuki ruang ujian, ia berusaha menetralkan detak jantungnya, setelah berusaha menarik napas, akhirnya Briana berhasil mengurangi kegugupannya.

Seminggu yang berat bagi Briana, ia belajar mati-matian sampai larut malam, bahkan sang mama  turut menemaninya walaupun dengan mata setengah terbuka, atau kadang mereka sama-sama begadang dengan dua kesibukan yang berbeda. Briana belajar sedangkan sang mama dikejar deadline.

Dan hari yang ditunggu oleh semua siswa kelas 12 pun akhirnya datang, ujian nasional telah berakhir, sudah tak ada lagi ujian kecuali mungkin bagi siswa yang mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi, termasuk Briana.

Mereka semua menghela napas lega, tinggal menunggu hasil dari kerja keras dan doa mereka, beberapa minggu lagi.

Setelah hari terakhir ujian nasionalnya, Briana menjalani aktivitas rutinnya di rumah, membersihkan rumah, menonton berita di tv, memasak, kadang membaca koleksi novelnya atau pun yang paling sering ia lakukan yaitu melukis, dari melukis itu pula, ia selalu merasa dekat dengan sang ayah, ia tak tahu ayahnya masih hidup atau sudah tak ada lagi di dunia ini.

Briana memasuki galeri lukis ayahnya, disana banyak sekali lukisan yang pernah ayahnya buat, disitu pula ada lukisan potret Briana yang sedang tersenyum lebar saat masih kecil dulu. Melihat semua lukisan sang ayah, Briana menitikkan air matanya, ia sangat merindukan sang ayah.

"Papa dimana, kenapa nggak pernah ngasih kabar ke Briana, Brie kangen banget sama Papa, emang Papa nggak kangen sama Brie?" tanya Briana pada foto ayahnya yang ada di ruangan itu, sambil bercucuran air mata.

Briana mengambil peralatan lukis ayahnya yang sempat terbengkalai, sebelumnya Briana tak berani menyentuhnya, karena sempat dimarahi oleh sang mama. Ia melihat sebuah buku harian sang ayah yang tergeletak, didalamnya terselip sebuah surat, Briana pun membuka isinya.

To : Rena Kim, tercinta.

Maafkan aku sebelumnya tidak pernah mengatakan kepadamu bahwa sebenarnya aku adalah seorang laki-laki yang memiliki satu anak.

Aku, ayah yang tidak bertanggung jawab, aku menitipkan anakku yang terdahulu pada ayahku, aku tak bisa mengurusnya sendiri, ibunya memberikan anak itu padaku, setelah ia bilang  sama sekali tak mencintaiku, ia tak pernah mau aku nikahi dan malah memilih lelaki lain. Sejujurnya aku tak merasa kecewa atau pun  menyesal dengan itu, karena akhirnya aku bisa menikahimu.

Aku takut kau tidak mau menerimaku sebagai suamimu, aku selalu takut jika kau tahu masa laluku, kau tidak akan mau menerimaku.

Tapi aku terlambat menjelaskan semuanya padamu, tepat setelah tujuh tahun kita menikah, perempuan gila itu datang dan merusak kebahagiaan kita, ia membohongimu, ia hanya masa laluku dan kaulah masa depanku. Percayalah.

Aku belum sempat menjelaskan hal ini padamu, tapi kau memintaku pergi, semoga lewat surat ini, kau mau kembali padaku lagi, atau setidaknya kita masih bisa berteman demi putri kecil kita, Abriana Nara Kim, nama yang kau pilih saat malaikat kecil kita lahir. Kurasa aku akan sangat bahagia saat kau juga mau menerimaku apa adanya.

Salam dari suami yang sangat mencintaimu.

Kim Dongjoon.

Briana meneteskan air matanya, jadi karena kesalahpahaman, orang tuanya berpisah, ibunya bahkan mengubah nama marganya menjadi Kang, padahal nama ayahnya menggunakan marga Kim.

"Sebegitu marahkah Mama?" gumam Briana di sela tangisnya.

Ia tak bisa memihak siapapun atas hal ini, kedua orang tuanya jelas-jelas bersalah. Briana segera menyimpan surat itu, dan akan memberikannya pada sang mama di saat yang tepat.

Between Love and Dream (END)Where stories live. Discover now