Bab 10

3.3K 171 0
                                    


Pukul enam pagi, Briana masih bergelung di sofa ruang tamu miliknya, sedangkan sang mama yang tidak tau bahwa Briana semalaman tidur di ruang tamu masih saja menggedor-gedor kamar Briana. Hingga lima belas menit kemudian sang ibu menemukannya dan langsung membangunkan dirinya.

Benar saja, ketika bangun tubuhnya terasa pegal, terutama bagian bahunya.

"Mama kira kamu udah mandi, ternyata kamu ketiduran di sini, cepetan mandi, mama juga udah siapin sarapan," kata sang mama yang hanya diangguki oleh Briana.

Setelahnya Briana memulai ritual paginya, sarapan, lalu bersiap-siap untuk pergi kesekolah.

Setelah menengok arloji kesayangannya, pukul enam lewat empat puluh, matanya melotot, menyadari ini sudah terlalu siang, apalagi jika ia harus naik bus, sudah dipastikan bahwa ia terlambat.

"Ma, anterin aku ya, kalau naik bus nanti telat," kata Briana membujuk sang mama untuk mengantarkannya ke sekolah.

"Oke, lagi pula mama berangkatnya jam 8 kok, jadi masih bisa," kata sang mama.

Setelah perjalanan hampir dua puluh menit menggunakan mobil akhirnya Briana sampai di depan pintu gerbang sekolah yang hampir ditutup oleh Pak Udin, satpam sekolah.

"Selamat pagi Pak, jangan ditutup dulu ya Pak," sapanya dengan manis saat Pak Udin sudah separuh menutup pintu gerbang utama sekolah.

"Iya, makanya berangkatnya lebih pagi, mentang-mentang habis semesteran," sindir Pak Udin pada Briana.

Briana dengan hati-hati menuju ke ruang kelasnya, namun tiba-tiba hoodienya ditarik, hingga tubuhnya ikut mundur ke belakang.

"Bagus Nona Kang, habis ujian malah asyik masuk siang," Briana hafal dengan suara itu, suara guru fisikanya yang menyebalkan.

"Eh, Pak Joshua, " kata Briana sambil tersenyum dipaksakan.

"Kamu itu sudah tau terlambat, malah cengengesan," kata Joshua Kim.

"Ya ampun Pak, ini sudah bebas jam pelajaran," elak Briana.

"Kamu ini, dibilangin malah ngeyel, mau saya potong nilai fisika kamu," mendengar hal itu Briana memutar bola matanya malas.

"Iya Pak," Briana mengalah dari pada nilainya jadi korban.

Briana menatap kesal Joshua, ingin sekali mencekik gurunya sendiri, ia sudah bosan dengan ancaman pemotongan nilainya itu.

Briana meneruskan jalannya menuju kelas, disana sudah ada Alexa, dan yang lain, ditambah beberapa murid cowok yang tidak remedi atau yang tidak membolos, mungkin.

Briana menaruh tasnya kemudian duduk di kursi sebelah Alexa.

"Gue kira lo mau bolos Brie," kata Alexa.

"Elah Lexa, gue ketahuan telat masuk aja, nilai fisika gue mau dipotong, apalagi ketahuan bolos, nggak dikasih nilai kalik sama tuh guru nyebelin, benci banget gue," sungut Briana.

"Maksud lo, Pak Joshua?" tanya Alexa sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, siapa lagi kalau bukan dia," keluh Briana.

"Ya udah yang sabar aja, semester depan Pak Joshua udah nggak ngajar kok," kata Alexa membuat Briana nyaris memekik girang.

"Yang bener lo Lex?" tanya Briana antusias.

"Baru rumor sih," kata Alexa yang membuat antusiasme Briana menjadi sedikit berkurang.

***

Liburan panjang telah dimulai, Briana mengisi waktunya hanya untuk bermalas-malasan di rumah, terkadang Alexa mengajaknya makan di restoran milik Tante Allesia, mama dari Alexa. Dan disana seringkali Briana melihat bagaimana para chef itu bekerja dengan cekatan.

Between Love and Dream (END)Where stories live. Discover now