Bab 24

3.2K 159 1
                                    


Nico baru saja mengunjungi Kim Seoksoon di rumah pria tua itu, sedikit mengorek informasi tentang apa yang disukai oleh Nara atau Nico lebih suka memanggilnya Briana.

"Oh, kau bertanya apa yang Nara sukai, eoh?" kata Kim Seoksoon masih dengan aksen Koreanya yang terasa pekat.

"Iya, apakah Harabeoji bersedia memberi tahuku?" tanya Nico penuh harap.

"Hmm, menurutmu apa yang perempuan sukai?" bukannya menjawab Kim Seoksoon malah bertanya balik pada Nico, dan membuat kening laki-laki 26 tahun itu sedikit berkerut.

"Entahlah, mungkin bunga dan coklat, atau perhiasan?" Jawab Nico tak yakin.

"Hmm, mungkin seperti kebanyakan perempuan menyukai benda dari jawabanmu, tapi Nara lebih menyukai Maroon 5 daripada coklat dan perhiasan kecuali bunga, dia penyuka lili putih," jawab sang kakek sambil tersenyum.

"Maksud Harabeoji, aku harus mengajaknya nonton konser Maroon 5?" tanya Nico.

"Kau tahu betul maksudku,"kata kakeknya.

***

Nico baru saja mendapatkan informasi jadwal show Maroon 5, mereka akan tampil besok malam, di Barclays Center dan sialnya tiketnya sudah sold out. Lelaki itu mendengus, bagaimana ia bisa mendapatkan tiket show mereka, lalu ia teringat dengan Joanna, sahabatnya saat ia kuliah di Cambridge dulu yang juga penggila Maroon 5 itu, pasti memiliki tiketnya.

Pria itu mendatangi Joanna di apartemennya yang berada di Lower East Side.

"Oh, seorang Nic Miller, mau mendatangiku rupanya?" kekeh Joanna saat Nico tiba di apartemennya.

"Apa kau punya tiket show music di Brooklyn, Anna?" tanya Nico.

"Kau tahu Nic, kau itu pria yang tidak pernah berbasa-basi," kata Joanna sambil kembali menenggak sodanya.

"Kau punya tidak?" tanya Nico tak sabaran.

"Ya ampun, kau ini, oke aku punya," jawab wanita itu pada akhirnya.

"Jumlahnya berapa?" sekali lagi Nico bertanya tanpa sabar.

"Kau ini, tentu saja dua, untukku dan Michael,"

"Bagaimana jika aku membelinya darimu, aku membutuhkan tiket show Maroon 5 itu segera," tawar Nico.

"Tidak bisa, lagi pula sangat susah mendapatkan tiket show mereka," curhat Joanna.

"Ya, ampun aku yakin Michael sudah membelikannya untukmu, jadi daripada tiketmu itu terbuang sia-sia, lebih baik kubeli, kan?"

"Hmm, aku akan bertanya pada Michael, apakah dia sudah punya tiketnya atau belum?"

"Oh ayolah Anna, kau tau temanmu ini dalam masalah jika aku tak mendapatkan tiket itu," Nico merajuk sambil menunjukkan muka sok imutnya.

"Oh ya ampun, kau tidak lihat mukamu sangat terlihat menjijikan kau tahu, jangan lakukan itu lagi," cibir wanita itu.

"Oh Anna, sahabatmu ini bisa saja batal tunangan jika tiket itu tak kudapatkan," kata Nico sambil memasang muka melasnya.

"Baiklah-baiklah ini dia," kata wanita itu sambil menyodorkan dua tiket VVIP, "Janganlah merajuk seperti anak kecil lagi, itu sangat tidak cocok denganmu, dan terlihat menjijikan," kata wanita itu sambil memasang muka jijik yang dibuat-buat.

"Oh Anna, kau memang yang terbaik," kata Nico sambil mencubiti pipi chubby Joanna.

"Hentikan, dasar bodoh, ini sakit, aku heran denganmu, dulu kau bisa lulus dengan predikat cumlaude, padahal otakmu saja mirip anak kecil," ejek Joanna.

Between Love and Dream (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora