Bab 16

3.2K 162 0
                                    


Hari yang ditunggu oleh semua murid kelas dua belas pun tiba, setelah penantian selama kurang lebih sebulan, akhirnya tiba di saat hasil ujian akan diumumkan.

Briana harap-harap cemas, ia tak ingin mengecewakan ibunya untuk kesekian kalinya, setelah ditolaknya ia dari Hardvard dan juga Oxford University. Briana berharap nilainya memuaskan, setidaknya setara dengan hasil uji coba terakhirnya yang mendapat peringkat 3 di sekolah, setelah Nico dan Nayla anak IPA 5. Namun setelah mendengar berita dari kepala sekolah bahwa mereka lulus 100%, Briana sedikit merasa lega, setidaknya berarti ia lulus.

Mama Briana hadir untuk mengambil hasil pengumuman. Ditangannya sudah terdapat amplop putih berisikan jerih payah dan doanya. Beberapa saat kemudian, mamanya keluar sambil berteriak bahagia, lalu memeluk Briana.

"Selamat sayang, akhirnya kamu jadi yang pertama," kata sang mama bangga.

"Maksud Mama, aku juara satu?" tanyanya setengah tidak percaya.

"Iya sayang," ucap sang mama.

"Cie yang udah nggak jadi runner up," kata Alexa.

"Bisa aja lo, tapi makasih ya Lex, lo udah mau jadi temen gue sejak kita masih MOS, gue sayang lo Lexa, gue bakalan kangen sama lo" kata Briana langsung nemeluk Alexa.

"Ehm, selamat ya Brie," kata Nico yang datang memberinya selamat.

Briana melepaskan pelukannya pada Alexa, " Makasih, lo juga," balas Briana pada Nico.

Lalu Chelsea yang sudah berminggu-minggu tidak dilihatnya, datang, seperti biasa, ia bergelayut manja dengan Nico, sambil menatapnya dengan sinis. Tapi Briana sudah terbiasa dengan pandangan seperti itu.

"Nak Lexa, tante pamit ke kantor dulu ya, sekalian mau nitip Briana ya Lexa," pamit sang mama pada Alexa.

"Oke Tante," jawab Alexa antusias. Setelah Tante Rena pulang, Alexa menariknya ke kantin, dan memaksanya untuk memberikan traktiran, bahkan yang tadinya hanya Alexa, tambah menjadi Tasya, Sandra dan Noura, yang juga meminta ditraktir. Ia bisa mendadak miskin karena menraktir mereka makan. Oke ini berlebihan.

"Eh Lexa, lo jadi kuliah dimana?" tanya Briana.

"Nggak tau gue, mama nyuruh gue ambil culinary art  sama bisnis tapi lo tau sendiri kan gue nggak bisa masak," keluh Alexa.

"Haha, lo kan bisanya makan," ejek Briana.

"Haha, tau aja," bukannya marah Alexa malah memasang cengiran superlebarnya.

"Gimana udah pengumuman belom tempat lo?" tanya Alexa.

"Udah, nggak lolos gue," jelas Briana dengan raut sedih.

"Sabar ya Brie, mungkin takdir lo bukan di Harvard," kata Alexa, Tasya, Noura dan Sandra, mencoba menguatkan sahabatnya.

Setelah mereka mengobrol panjang dan makan di kantin, dan sempat jalan-jalan ke toko buku, akhirnya Briana sampai di rumah setelah diantar oleh Alexa pulang. Seperti biasa Briana memasakkan makan malam untuk sang mama, kali ini Briana membuat masakan Italia berbahan pasta, Tortellini.

Setelah memasak ia membersihkan diri, lalu menunggu sang mama pulang dari kantor, dengan menonton tv, sesekali ia mengecek notifikasi aplikasi surel yang terpasang pada ponsel pintarnya.

Tidak ada. Briana mendesah kecewa karena belum mendapat balasan dari Columbia University. Setelah itu ia lanjut menyaksikan kartun kesukaannya.

***

Hari ini semua kelas dua belas mengadakan acara makrab (malam akrab) di sebuah tempat di Puncak. Tentu saja hal itu disambut baik oleh semua siswa kelas 12 termasuk Briana.
Acara inilah yang ditunggu-tunggu oleh mereka setelah tiga tahun sekolah, dan akan dibentuk kelompok-kelompok untuk acara outbound yang diadakan pada siang harinya.

Between Love and Dream (END)Where stories live. Discover now