Bab 21

3.6K 176 0
                                    


Pria asing itu tiba-tiba memasangkan sebuah cincin di jari manisnya, kemudian berlutut dihadapannya dan mencium punggung tangannya.

Belum sempat Nara menampar pria yang kurang waras di hadapannya itu, ia malah dihadiahi pelukan oleh pria sinting di depannya.

"Itu hadiah dariku karena kau membuat artikel yang salah tentangku," bisik lelaki itu tepat di telinga kirinya.

"Apa maksudmu huh, aku tidak mengenalmu, artikel apa?" ucap Nara emosi setelah pria itu melepaskan pelukannya.

"Jangan pura-pura tidak tahu, kau lihat ini," pria itu membuka ponselnya dan menunjukkan sebuah artikel padanya.

"Nic Miller, seorang aktor dan pewaris Miller Mining Corp. ternyata adalah seorang pecinta sesama jenis," Nara membaca judul artikel berita itu sambil menahan tawanya, jadi pria di depannya pecinta sesama jenis, lalu apa masalahnya.

"Ada apa denganmu, huh? Kau harus bertanggung jawab, sekarang banyak fans wanitaku yang tidak terima gara-gara artikelmu itu," kata pria itu.

"Apa kau sudah membaca siapa penulis artikel itu?" tanya Nara santai.

"Ehm sudah, namanya Nara Yoon, seorang wartawan wanita berdarah Korea," kata pria itu lagi.

Mendengar itu ia tertawa terbahak, menertawakan penerus Miller Mining Corp. yang ternyata bisa dibilang kurang cermat.

"Kau pikir yang bernama Nara, hanya aku?" kemudian ia menunjukkan tanda pengenalnya.

"Abriana Nara Kim," ucap pria yang bernama Nic Miller itu, kemudian ia mengernyit dan sedikit teringat masa lalunya.

"Jadi aku salah orang?" dan Nara mengangguk.

"Tidak-tidak, kau pasti menggunakan identitas palsumu kan, kau memang Nara Yoon kan? Jadi kau harus tetap bertanggung jawab," kata pria itu lalu memeluk Nara erat, "Kau harus mau menjadi tunangan sementaraku," bisik pria itu sambil menyeringai.

Nara mendelik, pria di depannya berbicara sembarangan, "Kau! apa yang kau bicarakan? Apa kau gila?"

"Tidak, tapi karena beritamu itu, banyak pria setengah jadi yang bertindak menjijikan di depanku," kata pria itu dingin.

"Aku bukan penulis artikel itu, aku bukan Nara Yoon, sekali lagi kutegaskan aku ini Abriana Nara Kim, seorang jurnalis dari New York Times, bukan jurnalis gosip murahan yang membahas orientasi seksual seseorang," balas Nara jengkel.

"Jadi kau tidak mau mengaku ya?" Kata pria itu menyeringai.

"Untuk apa, aku tidak sa..." belum sempat ia selesai bicara, pria itu mencium pipinya. Nara mematung, rasanya seperti dejavu, seperti saat Nico mencium pipinya dulu.

"Kau tau, banyak paparazzi yang sudah mengabadikan momen ini dari kejauhan, jadi jika pun kau bukan Nara Yoon, aku tak peduli, yang jelas kau tunanganku sekarang," kata-kata pria itu seketika menyadarkan Nara dari keterbekuannya.

"Jadi mau tak mau, kau adalah tunanganku sekarang," bisik pria itu menyeringai.

"Kau!" Nara sudah mengepalkan tinjunya, tapi kalah cepat dengan pria itu yang sekarang malah mencium keningnya.

Nara memandang tajam pria itu," Beraninya kau, memangnya siapa kau?" Nara sudah mengangkat tangannya dan ingin menampar pria gila di depannya, namun dengan cepat pria bernama Nic Miller itu memegang tangannya.

"Kau tanya siapa aku, aku Nicholas Franklin Miller, seorang aktor dan pewaris Miller Mining Corp.," kata lelaki itu angkuh.

Mendengar itu mata Nara berkaca-kaca, ia ingat dengan nama pria kejam yang membuat hatinya hancur dimasa lalu. Kemudian ia bertanya-tanya apakah mereka adalah orang yang sama, karena mereka tampak mirip, jika ya, dunia terasa sangat kejam baginya.

"Apakah kau pernah tinggal di Indonesia, dan mengenal Abriana Kang, seseorang gadis berdarah separuh Korea yang pernah ditampar oleh seorang pria kurang ajar?" tanya Nara sambil berkaca-kaca.

Pria itu terkejut saat mendengar nama gadis yang sampai saat ini belum bisa dilupakannya, ia sangat menyesal karena telah menyakiti hati gadis yang, ia sadari, ia telah mencintai gadis itu sejak lama.

"Bagaimana kau tau?" tanya Nico, karena tidak tahu jika gadis di hadapannya dan gadis yang pernah disakitinya adalah orang yang sama.

"Karena aku adalah gadis itu," kata Nara sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Nico.

"Tak mungkin, nama marga kalian berbeda," kilah Nico.

"Aku memang bermarga Kim, marga Kang itu bukan marga asliku, dan Nara adalah nama tengahku, kau tidak akan pernah tahu, karena yang ada dalam pikiranmu hanyalah Chelsea Winston, bukan?" tanya Nara sarkastik.

"Dan asal kau tahu, aku masih sangat dan akan tetap membencimu, Miller," ucap Nara dingin, setelah itu ia membuang cincin yang tersemat di jari manisnya, lalu membalikkan badan dan menjauh dari pria yang lagi-lagi membuat hatinya hancur.

Sedangkan Nico, ia masih mematung di tempat, gadis yang dicintainya ternyata masih sangat membencinya, di lain sisi Nico sangat bahagia bisa melihat Briana lagi. Namun di lubuk hatinya yang paling dalam, ia sangat sakit, melihat kebencian dari gadis itu.

***

Nara mengerjapkan matanya, kemudian merenggangkan badannya, merasakan ngilu pada kedua bahunya, karena semalaman ia menangis di sofa hingga akhirnya ketiduran.

Ia kemudian membaca berita pagi, setengah mengernyit karena namanya terpampang pada tajuk berita harian selebriti. Karena penasaran ia langsung membuka berita itu dan membacanya.

"Nic Miller, cucu pemilik Miller Mining Corp., kemarin baru saja melamar sang kekasih yang diketahui bernama Abriana Nara Kim, seorang jurnalis berita yang bekerja pada New York Times, pria itu pun sempat terlihat mencium kening gadisnya, hal ini tentu saja mematahkan artikel sebelumnya yang mengatakan bahwa aktor tersebut penyuka sesama jenis"

"Menjijikan, gosip murahan apa ini, ia harus mengadakan konferensi pers, aku tak akan terima diperlakukan seperti ini," ucap Nara Emosi. "Tapi tunggu, aku tak mau berurusan dengan pria itu lagi, biarkan saja gosip ini, nanti juga reda sendiri," ucapnya sambil menjentikkan jari.

Terdengar dering telepon dari ponselnya yang masih terletak di saku celana jeans denimnya, lalu bergegas memeriksa siapa si penelepon, ternyata dari kakeknya sendiri.

Nara menarik napas dalam untuk meredam emosinya sebelum menjawab telepon dari kakeknya itu, "Halo Kek, ada apa menelponku sepagi ini," tanya Nara dengan nada lelah.

"Aku sudah bisa pulang hari ini" ucap sang kakek di ujung sana.

"Oh syukurlah, lalu apa kau perlu aku jemput dan mengantarmu pulang?" tanya Nara.

"Tidak, aku akan diantar oleh cucu Jacob, Nico Franklin, calon tunanganmu," kata kakeknya dengan nada riang.

"Tunangan? Aku dijodohkan dengan Nico Franklin?" tanya Nara, kenapa hidupnya selalu dipenuhi dengan orang bernama Nico.

"Iya, bukankah kalian saling mencintai? Harabeoji kira kalian pacaran, setelah tahu dari artikel itu," kata kakek Nara masih dengan nada antusias.

"Artikel? Maksud Harabeoji, insiden di Washington Square Park itu?" tanya Nara.

Mendengar apa yang dibicarakan kakeknya lewat telepon membuat bahu Nara merosot, dia, Nicholas Franklin Miller, pria yang sudah membuat hatinya hancur di masa lalu kini juga merampas kebahagiaannya dan masa depannya, adalah calon tunangannya, lalu secara tak sengaja ia memutus sambungan  telepon dari kakeknya.

"Rasanya sebentar lagi aku pasti akan jadi gila," teriak Nara frustasi, itulah yang tengah dirasakan gadis berusia 25 tahun itu.

Between Love and Dream (END)Where stories live. Discover now