MK - 1

3.5K 283 13
                                    

Nama instagramnya AndreJee67, nanti gue bakal transfer bayarannya.

Ada senyum di bibir tipis dari seorang mahasiswi berambut panjang. Ia pikir hari ini akan kosong dan orang-orang melupakan jasa yang ia tawarkan selama ini. Steffi menarik lengan baju ke atas lalu mulai mengutak-atik komputer di hadapannya. Dalam gelapnya ruangan, hanya sinar dari layar komputer yang terfokus di mata Steffi. Lalu, perempuan itu mengerjapkan mata tak percaya, kali ini pekerjaannya selesai dalam waktu kurang dari 5 menit. Sebuah prestasi yang cukup besar baginya.

Berdiri dari duduknya, ia menuliskan apa yang baru ia perbuat dan menempelkan pada mading di sebelah tempat tidur. Menarik beker di atas nakas, ternyata masih jam 2 pagi. Masih banyak waktu.

Kembali duduk di depan komputer, satu pesan kembali muncul di balik layar ponselnya.

Udah?

Dengan bangga, Steffi membalas, memberi tahu bahwa instagram tadi berhasil ia retas. Untuk mengetahui sandi yang telah Steffi ubah, tentunya ia membutuhkan bukti transfer.

Udah gue kirim, 5 juta.

Segera Steffi membalas dengan sandi yang telah ia buat. Senyum kembali menebar, untuk semester depan ia tak pusing lagi memikirkan biaya.

Malam pun semakin larut, tak ada lagi suara yang menemani. Sesekali hanya suara mesin motor yang lewat. Ya, rumah Steffi berada tepat di pinggir jalan raya.

Bukan jam tidur, Steffi kembali membuka salah satu aplikasi yang digemari anak-anak kampus. Ia mendapati foto-foto Zan di halaman facebook klub musik. Di sana ada foto Zan yang mewakili kampus mengikuti perlombaan akustik se-provinsi.

"Azran ganteng banget!" serunya riang sembari memberi 'like' yang tentunya menggunakan akun palsu.

***

Tidak ada yang bisa menepikan kenyataan di saat ekspektasi begitu tinggi. Tak sadar, kini waktu telah menunjukkan bahwa jadwal kuliah akan dimulai setengah jam lagi, sedangkan Steffi masih berjongkok di toilet, berharap sebuah anugerah datang 'tuk menyadarkan.

Untungnya, Steffi bukanlah mahasiswi yang begitu peduli dengan penampilan. Cukup dengan menggunakan kemeja yang kancingnya sengaja ia buka memperlihatkan kaos putih polos dan jin panjang dengan sobekan beberapa di bagian paha hingga lutut. Tak lupa, memberi sedikit taburan bedak bayi di wajah dan mengikat rambut panjangnya asal-asalan.

Siap, itu saja. Penampilan seperti itu telah dipakai oleh banyak mahasiswa lain dan membuat Steffi tak begitu menonjol. Memang begitu yang ia harapkan.

Kini, perempuan dengan mata bulat itu telah duduk di dalam kelas. Memilih duduk di kursi tengah yang ia nilai sebagai bangku paling aman. Terlalu belakang, membuat dosen akan penuh pengawasan, terlalu depan tentunya membuat Steffi menjadi mahasiswa yang kaku dan seperti robot. Ya, itulah yang ada di pikirannya.

Kelas berakhir seperti sebuah kereta yang baru saja lewat. Lalu, menunggu 15 menit lagi untuk mata kuliah selanjutnya. Kursi yang tadinya rapi sudah berantakan kembali, sekumpulan mahasiswi telah membuat kubu dan siap mengeluarkan serta menerima bahan-bahan gosip yang mereka persiapkan.

Berbeda dengan Steffi, saat diajak untuk ikut kumpul, perempuan itu hanya mengangguk sembari tersenyum lalu menggeser kursinya sedikit untuk mendekat, padahal aslinya lebih memilih untuk tidur.

"Serius?" tanya salah satu teman Steffi.

Yang lain ikut berkomentar, "Masa, sih? Astaga gak nyangka banget tau, gak?"

Mahasiswi KukerWhere stories live. Discover now