Lagi-lagi pesan dari Dean menggetarkan ponsel Steffi.
Dean Playboy
Di-read doang, nih?Tidak ingin terlihat jahat, Steffi ingin membalas, tetapi diurungkan saat melihat Zan berjalan ke arahnya. Pagi ini, Steffi datang ke kampus karena mengetahui Zan punya acara pementasan.
"Zan!"
"Ngapain, Stef?"
"Mau nonton lo pentas!"
Zan tersenyum. "Em, pentasnya kecil-kecilan, kok."
"Gak apa-apa, gue pengin nonton."
"Entar malam, ya."
Steffi terlihat bingung. "Bukannya pagi ini, ya?"
Zan menggeleng. "Pagi ini gue latihan, sekalian gladi. Baru sore mulainya, dan malam bagian gue yang tampil."
Mendengkus kesal, lagi-lagi Steffi merutuki kesialannya. Entah kenapa, setiap mencari informasi untuk orang yang meminta jasa, informasi yang didapat selalu jelas dan tepat. Namun, informasi untuk dirinya sendiri, tak pernah sesuai dengan keinginan.
"Gimana dong, masa gue pulang dulu, udah jauh-jauh lagi," gumam Steffi.
Zan menggenggam jemari Steffi, membuat perempuan itu mendongak, mendapati wajah Zan yang tersenyum berseri. "Ikut gue latihan aja, gimana?"
Mata Steffi membulat berbinar mendengar ajakan tersebut. "Beneran?"
Zan mengangguk sembari menarik jemari Steffi membuat perempuan itu refleks berjalan bersebelahan dengan Zan. Ada getaran di tubuhnya merasakan jantung tak lagi berdetak normal. Aliran darah yang berdesir kencang pun terasa mengitari tubuh. Steffi seperti sedang berjalan menuju pelaminan.
Sesampainya di sana, ia melihat target yang sibuk dengan serulingnya. Dua hari ini ia tak lagi bertemu, juga berkomunikasi. Dengan cepat Steffi melepas genggaman Zan dan belari menuju Kanya. Perempuan yang dihampiri sempat terlihat kaget sampai pada akhirnya mengubah ekspresi tersebut dengan senyuman.
"Kanya, lo apa kabar?"
"Baik, Stef. Kamu lagi apa?"
"Diajak Zan nonton dia lagi latihan," jawab Steffi.
Diam-diam, Kanya menatap Zan dan Steffi secara bergantian sampai pada akhirnya ia memilih menunduk ke arah seruling, menyembunyikan genangan yang hampir saja terjatuh. Biasanya, tak sesesak ini. Namun, bukan Kanya jika tak dapat menyembunyikan perasaannya. Kembali, ia mendongak dan menatap Zan juga Steffi.
Mereka memang lebih cocok, batin Kanya.
***
Tak ada rasa bosan yang muncul dari Steffi selama 3 jam menonton Zan latihan. Ia tersenyum kala Zan menyanyikan lagu Cantik dari Kahitna dan sesekali menatap Steffi. Bukan hanya Steffi, Kanya pun yang duduk tepat di sebelah Steffi ikut tersenyum saat pandangan Zan jatuh pada mereka. Entah, pada siapakah tatapan itu.
Di tengah bising suara musik, ada rasa penasaran dari Kanya yang harus dituntaskan.
"Stef, kamu ke sini gak dimarahin pacar kamu?"
Steffi tertawa dengan sangat pelan lalu menjawab, "Pacaran aja gue gak pernah, lho!"
"Oh," gumam Kanya. Dalam pikirannya terus menduga-duga, siapa perempuan yang membuat hati Zan jatuh jika kedua dari mereka sama-sama tak pernah punya pacar. Selama ini bahkan Zan jarang terlihat dekat dengan perempuan lain.
Setelah latihan, Zan turun dari panggung, menghampiri dua perempuan yang sedari tadi setia menontonnya.
"Bosen, gak, Stef?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahasiswi Kuker
Mystery / ThrillerHai, kenalin nama gue Steffi yang sering disebut Mahasiswi Kupu-Kupu yang katanya Kuliah-Pulang, Kuliah-Pulang sama temen-temen sekampus. Mereka pikir dengan mereka yang menjadi Mahasiwa Kura-Kura atau Kuliah-Rapat, Kuliah-Rapat, akan terlihat keren...