MK - 25

1K 116 3
                                    

"Reno?" ucap Raja sedikit ragu, sebab rasanya sudah begitu lama ia tak berjumpa dengan manusia terdingin di UKM Mapala.

Yang disebut namanya berbalik, dengan satu alis yang ia naikkan, senyum miring ia persembahkan. Walau banyak perubahan, tetapi mimik wajah Reno benar-benar tak dapat berbohong. Laki-laki itu bertubuh lebih pendek lima senti dari Raja, tetapi tubuhnya cukup ideal dengan beberapa otot di lengannya. Tak lupa, tato di leher sebelah kirinya menggambarkan seorang peri tak berbusana.

"Gue bener, 'kan? Anjir, apa kabar lo, Ren?" tanya Raja begitu girang. Bagaimana tidak? Ia bertemu dengan sahabat lamanya. Ia pun juga sempat benci dengan Reno yang tiba-tiba menghilang begitu saja.

Reno tersenyum seadanya. "Seperti yang lo lihat, Reno si penguasa iblis selalu sehat."

Ya, semua anggota UKM Mapala tahu bagaimana Reno. Ia menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan Penguasa Iblis, dan semua anggota menyetujui itu akibat sifat dan sikap Reno. Berbeda halnya dengan Raja, setiap mendengar sebutan itu, ia hanya tertawa garing, karena sejujurnya hal tersebut terdengar kekanak-kanakan baginya.

"Oh, terus lo ngapain ke rumah sakit?" tanya Raja.

"Mau jengukin dia," tunjuk Reno pada pintu ruangan Zan yang berada di belakang Raja.

Raja mengernyit sedikit penasaran. Pun, ia merasa aneh. "Sejak kapan lo kenal sama sepupu gue?"

"Dia temen adek gue, jadi ya secara gak langsung jadi temen gue juga."

"Temen lo?" tanya Raja, sekali lagi.

"Budak si Penguasa Iblis," jawab Reno enteng.

Raja kembali tertawa mendengar itu. "Jadi secara gak langsung, sepupu gue jadi iblis juga?" Pertanyaan tersebut tentunya hanya sekadar candaan yang terlontar begitu saja di mulut Raja, tetapi mampu membuat Reno sedikit terhentak. Hebatnya, laki-laki yang selalu menggunakan topi tersebut  selalu mampu menutupi kesalahannya.

"Tergantung, kalau sepupu lo pengen jadi Iblis."

"Ya udah, Bro. Lo silakan masuk, dah. Sebenarnya gue pengen ngobrol-ngobrol lama sama lo, berhubung baru ketemu lagi, tapi sayangnya gue masih ada urusan, nih."

Reno sekali lagi memperlihatkan senyum penuh penindasan, walau di mata Raja itu adalah senyum terhangat dari seorang sahabat. "Gak masalah. Lain kali gue pasti bakal ketemu lo."

"Yakin, nih?"

"Di akhir cerita pun gue yakin kita bakal ketemu," jawab Reno.

Raja menggeleng seraya tertawa. Lalu, dengan menepuk pelan pundak Reno, ia berjalan menjauh.

"Di akhir cerita, lo akan benci sama gue, Ja. Karena kemenangan selalu ada di tangan seorang penguasa."

***

Raja sudah mengirimi pesan pada Zan bahwa ia akan pergi dulu. Kemungkinan meninggalkan Zan selama dua jam. Ya, ia yakin bahwa sepupunya akan baik-baik saja. Kini, laju motor Raja tak terkendali. Walaupun ia tengah menempuh perjalanan tanpa strategi, tetapi di benaknya tergambar jelas ke mana tujuannya saat ini.

Tentu saja, Universitas Pendar. Walau pemberitaan masih terus dibicarakan sana-sini, bahkan nama Steffi terus saja disebut-sebut, tak menutup ataupun membatalkan jadwal-jadwal yang telah ditetapkan. Salah satunya, pemilihan ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan. Dari info yang Raja dapatkan, Caitlin maju sebagai salah satu kandidat ketua.

Raja berdiri di ujung koridor, memperhatikan ruangan yang penuh orang-orang. Silih bergantu memasuki ruangan. Sayangnya, karena berbeda jurusan, rasanya Raja merasa asing jika tiba-tiba muncul di sana. Namun, pandangannya menajam saat menemukan Kanya di sana. Berdiri di sebelah Caitlin, bagaikan si tim sukses yang siap tempur. Aneh, karena ia tahu sendiri jika Kanya bukanlah mahasiswa dengan jurusan yang sama.

Mahasiswi KukerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang