15 | Segala Lara

14.7K 2.5K 585
                                    

Ia ada.

Dalam waktu yang tak terbilang.

Ia hadir.

Dengan harapan tak pernah hilang.

•••

Paramitha Festival sudah semakin dekat. Persiapan mereka setidaknya sudah mencapai angka 70%, tapi panitia belum bisa bernapas lega. Masih ada hutang 30% yang harus mereka tunaikan. Di antara padatnya rapat dan bimbingan belajar menjelang ujian yang mulai digelar oleh pihak sekolah, Nadine, Rae, Btari dan Gemilang memilih menyingkir sejenak. Di ruang tengah rumah keluarga Btari, keempatnya duduk membentuk pola setengah lingkaran.

Soto ayam yang baru saja matang diletakan Btari di tengah-tengah mereka, membuat mata Rae dan Nadine kontan berbinar.

"Wah, gila nggak masuk akal wanginya," Rae menatap semangkuk besar soto di hadapannya dengan tatapan takjub, membuat Nadine menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Kadang gue bingung, lo tuh sebenernya beneran orang kaya apa nyamar doang, sih? Ngelihat soto aja kayak orang nggak makan setahun."

"Berisik, sirik aja lo, sotonya Btari nih," ujar Rae sewot, cowok itu menyendok soto tersebut, lalu tanpa pikir panjang menyodorkannya ke depan Nadine. "Nih, cobain kalo nggak percaya."

Nadine menatap sendok yang disodorkan Rae ragu-ragu.

"Udah sih, cobain, Gio nggak tahu kok lo gue suapin."

Kalimat Rae kontan membuat Nadine melotot, bertepatan dengan Nadine yang merebut sendok dari Rae, ponsel Rae berdering nyaring. Nama Olivia tertera sebagai peneleponnya.

"Gio nggak tahu, tapi cewek lo tahu tuh kayaknya," Nadine berkomentar pendek, lalu menyuap kuah soto dengan sendoknya sendiri.

"Lo mau gue angkat atau enggak ini telepon?" Rae bertanya santai, membiarkan dering ponselnya semakin berisik.

Nadine menatap Rae aneh. "Pacar ya pacar lo, kenapa harus nanya gue?"

Rae mengembuskan napas kesal. Meletakan ponselnya yang berisik di meja, lalu mengunci Nadine di antara dua lengannya. Memaksa gadis itu untuk menjadikannya fokus utama.

"Lo ngapain, sih?!" Nadine berjenggit, tubuhnya kontan bergeser ke samping, menghindari tubuh Rae yang tiba-tiba terlalu dekat dengannya.

Rae melirik ponselnya yang baru saja mati, lalu mengulang dering yang sama. Telepon Oliv yang kedua. "Lo mau gue angkat atau enggak?"

"Apa urusannya sama gue, sih?!" Nadine menyentak risi. Ia tidak suka berada dalam jarak sedekat ini dengan Rae. Perpaduan wangi antara wangi bayi, sitrus dan mint menguar dari tubuh pemuda itu, membuat Nadine mulai merasa kehilangan kontrol atas tubuhnya sendiri.

Rae diam cukup lama, menatap Nadine lamat-lamat, sedangkan Nadine sendiri berusaha menghindari tatapan Rae. Nadine tidak tahu sejak kapan, tapi rasanya pertemanan antara ia dengan Rae bukan lagi jenis pertemanan yang sehat.

Ketika ponsel Rae berdering ketiga kalinya, Rae langsung menekan tombol off tanpa menunggu lama. Ponsel itu akhirnya bungkam.

"Kenapa nggak diangkat?" tanya Nadine datar.

"Karena lo sebenarnya nggak mau gue angkat telepon itu, iya kan?" sebenarnya kalimat itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan. Saat Nadine ingin mengelak, Rae terlanjur mengalihkan perhatiannya pada Btari. "Kenapa kamu Bi senyam-senyum?"

MencintaimuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin