22 | Dua Tempat

13.6K 2.4K 334
                                    

Kompas ada di tangannya,

Langkahnya terarah pada satu tujuan.

Untuknya yang tidak punya apa-apa;

Hidup tidak memberinya banyak pilihan.

•••

"

Om ayolah, teman Om kan banyak di KPK, masa iya Om nggak bisa bantuin temenku ketemu Harun Wisesa?"

Sudah beberapa hari terakhir Rae merengek pada Reza untuk membantu Nadine bertemu Ayahnya. Meski sering mengelak, Rae tahu sekretaris pribadi Ayahnya ini punya akses yang luar biasa. Sebelum mengabdi sepenuhnya pada Janadi Danureja, Reza merupakan salah satu pengacara yang bekerja di bawah firma hukum nomor 1 di Indonesia. Pada tahun pertamanya, Reza mampu mengantongi presentase kemenangannya di pengadilan adalah tujuh puluh persen.

Sebelum sempat menjajaki karirnya lebih tinggi, Kuntoro Danureja—kakek Rae sekaligus pendiri Danureja Group—berhasil menariknya untuk menjadi legal officer di perusahaan mereka. Reza dipantau dan digenjot habis-habisan untuk memahami betul seluk-beluk kantor. Insting seorang Kuntoro tentu saja tidak meleset, Reza adalah orang gesit, cerdik, dan yang terpenting setia. Kemampuannya dalam bernegosiasi dan memahami situasi sungguh luar biasa. Tidak perlu waktu lama untuk menempatkan Reza di posisi khusus, pada sisi Janadi Danureja. Selama hidupnya, Rae tidak pernah mendengar ada satu pun masalah yang tidak bisa Reza selesaikan. Baik kesalahan ayahnya, bahkan kesalahannya. Reza bekerja tanpa satu pun cacat dalam sejarahnya.

"Kalau kamu minta Om untuk ketemu Menteri, Om bisa bantu Rae, Papa kamu bisa bantu, tapi kalau urusannya sama KPK, Om susah, buat tahu rutannya Harun Wisesa saja Om udah ikut dicurigain," jawab Reza setengah tertawa. Sikapnya yang profesional selalu luntur acap kali berhadapan dengan Raesangga. "Lagipula ada apa sih antara kamu sama Nadine Wisesa? Kok kayaknya dia penting banget sampai kamu bela-belain begini?"

Rae sontak membuang wajahnya, menyembunyikan pipinya yang entah kenapa terasa memanas. "Bukan siapa-siapa, nggak penting dan nggak dibela-belain juga, kok."

Meski tangannya sibuk membalik dokumen, tapi mata Reza tetap awas mengawasi Rae. Ia tentu menangkap raut canggung Rae. "Hati-hati, kalian masih muda, tapi nggak lupa kan, kalau kamu pacaran sama Olivia dan Nadine bukannya pacarnya Gio?"

Rae memberenggut sebal. "Aku udah putus sama Oliv, Nadine juga."

"Oh ya?" Reza menaikkan sebelah alisnya, berpura-pura terkejut. Walau sebenarnya, ia sudah tahu hal tersebut. Ia mengetahui nyaris seluruh langkah yang putra majikannya ambil. Menjaga penerus Danureja merupakan salah satu bentuk kesetiaannya pada Janadi Danureja. "Sayang sekali, padahal kamu dan Olivia tampak cocok."

"Cocok apanya, ribut terus sama dia, makan hati."

"Oh, kalau sama anaknya Harun berarti cocok?"

"Om!" Rae berseru, membuat tawa Reza kontan pecah. Ia mengenal anak ini sebaik mengenal dirinya sendiri, Reza tentu bisa membaca perasaan Rae dengan transparan.

"Oke oke, sorry, Om nggak akan komentar lagi, tapi gimana soal permintaan Papamu tadi?"

"Aku udah mau ujian Om, nggak sempetlah magang-magang di perusahaan Papa, katanya disuruh rajin belajar, gimana sih?" Rae berdecak kesal. "Om mau tanggung jawab kalau Mama beneran jadiin aku tukang fotocopy?"

"Not bad, kamu bisa juga belajar fotocopy di sana."

"Ah, Om, beneran mau musuhan sama aku ya?"

MencintaimuWhere stories live. Discover now