25 | Harga Yang Pantas

14.2K 2.5K 845
                                    

Ada satu aturan yang selalu berlaku dalam hidup;

Harga sebuah percaya selalu berbanding lurus dengan kekecewaan yang tengah dipertaruhkan.

•••

“Mau sampe jam berapa lo di sini? Gue mau pacaran nih.”

"Berani ngusir gue, gue bilangin sama Mbak Rindu kalo lo yang matahin heels Louboutin kesayangannya buat belagak jadi Ibu-Ibu sosialita sama Gema,” balasan Rae kontan membuat Rangga mencebik.

“Kok lo ngancem, sih? Yaudah aduin aja, Rindu doang ini paling gue cuma di jam—”

“Dan gue nggak akan izinin lo lagi make rooftop kafe nyokap gue buat acara lo—”

“KOK LO GITU, SIH?!” Rangga kontan berseru heboh mendengar ancaman Rae. Meski dikatakan dengan nada datar, Rangga tahu, Rae bisa benar-benar serius dengan ucapannya.

“Makanya udah lo diem aja, jarang juga ini gue ke sini,” ujar Rae kesal. Pemuda itu membanting tubuhnya pada sandaran sofa, untuk kemudian memejamkan matanya. Saat ini ia sedang berada di kamar Rangga, partner in crime-nya semasa kanak-kanak. Meski sekarang keduanya jarang menghabiskan waktu bersama, Rangga tetap menjadi orang pertama yang Rae tuju tiap kali ia harus menghindari Btari dan Gemilang. Bisa dibilang, Rangga adalah satu-satunya teman Rae selain dua sahabatnya tersebut.

“Kenapa lagi sih lo? Ribut sama pacar lo yang model wanna be itu? Udah gue bilangin nggak usah pacaran sama model bikin ribet tau.”

Sorry? What? Lupa loh gue yang ngomong ini mantannya Kinanthi Sarasmitha,” Rae menyindir tajam.

“Kan udah mantan, suka banget ya bahas masa lalu kamu, beb?”

“Nggak punya waktu soalnya gue buat update kisah cinta lo, yang gue kenal cewek terakhir lo ya si Kinan, oh sama satu lagi, siapa tuh yang anak Nuski Modeling?”

“Iyis?” mata Rangga berbinar ketika menyebut nama tersebut, membuat Rae bergidik ngeri.

“Bukan anjir, yang diceritain sama Gema!”

Raut Rangga langsung berubah datar. “Itu mah Tasya, nggak usah ngadi-ngadi deh lo. Nih, cewek gue tuh ini, udah mau setahun ini gue anjir.”

Rangga menyodorkan ponselnya dengan berapi-api, memamerkan foto seorang gadis dengan rambut panjang dan pipi tembam yang menjadi wallpaper ponselnya.

“Oh, yang pernah lo pamerin fotonya ke Ibu-Ibu komplek?”

“Iya, yang gue tembak di kafe nyokap lo,” tukas Rangga jumawa. “Lagian, lo nggak lihat instagram gue apa? Perasaan gue sering update dia, deh.”

“Enggak, lo gue mute demi kesehatan mental gue, lagian gue kira lo balikan sama Kinan, orang tuh cewek tinggal di sini.”

“Memang teman tidak berakhlak ya anda, nggak usah minta pasokan sticker WhatsApp lagi lo sama gue.”

“Kok dia mau sama lo?” tanya Rae menuding foto di ponsel Rangga, membuat cowok lebay itu menatapnya dengan raut terluka.

“Ya mau lah, anjir! Gue cakep, dia lucu, cocok.”

“Iya, sih, dia lucu,” Rae mau tak mau mengangguk mengakui.

“Iyalah! Pacarnya siapa dulu, dong?!”

“Tapi masih lucuan Nadine ah.”

Mata Rangga kontan membulat.

Wait wait wait, first of all, kurang ajar banget anda, bisa-bisanya bilang ada cewek yang lebih lucu daripada Iyis.” Rangga bertolak pinggang sok galak. “Siapa itu Nadine? Yang gue tahu nama pacar lo Olip dah, apa nama panjangnya Nadine Olipia? Atau lo sekarang jadi fuck boy yang punya pacar dua biji?”

MencintaimuWhere stories live. Discover now