30 | Menemukanmu

12.5K 2.2K 280
                                    

Mereka bermimpi setinggi langit, namun sayang kesempatan yang mereka miliki terlalu sempit.

•••

Hanya mengandalkan ingatan seadanya, Nadine tiba di kota yang pernah ia datangi bersama Rae beberapa bulan yang lalu. Berbeda dengan waktu itu, kini Nadine harus ekstra hati-hati. Meski masih di Jabodetabek, tapi kota ini masih terlalu asing untuknya.

"Kalau nggak salah waktu itu ke sana ya?" Nadine mengerutkan dahinya, lalu menolehkan kepalanya ke arah yang berbeda. "Atau ke sana?"

Gadis itu mengembuskan napas keras-keras lalu mengikuti instingnya secara acak. Toh kalau memang tersesat, ia masih bisa menyusuri lagi jalannya. Lagi pula ini masih kota, bukan hutan yang berbahaya.

Pagi tadi tiba-tiba teringat rumah Bu Sukma dan Aisyah. Berdasarkan pengakuan Rae waktu itu, dapat Nadine simpulkan bahwa Rae cukup sering lari ke sana, dan hanya Nadine satu-satunya orang yang pernah diajak ke sana. Lantas di sini lah ia sekarang, bolos sekolah hanya demi mencari Raesangga Sombong Danureja.

"Gue sampe bela-belain bolos padahal udah mau ujian, awas aja tuh anak sampai ketemu, gue getok kepalanya pake sepatu," Nadine bergumam sendiri seraya melompati kubangan air di sepanjang jalan. Nadine mengernyit kala menemukan gedung departement store tak jauh darinya. Seingatnya waktu itu mereka tidak melewati bangunan ini, melainkan pasar dengan dinding berwarna kuning pudar. "Salah jalan lagi gue apa ya?"

Tepat saat Nadine ingin berbalik ia menabrak tubuh seseorang hingga terjatuh, lantas segalanya terjadi begitu cepat. Pada detik selanjutnya yang Nadine sadari adalah anak tadi menabraknya berlari cepat, lalu teriakan terdengar dari sekitarnya.

"Copeeet!"

Mata Nadine kontan mengerjap heboh, ia sendiri baru sadar bahwa sling bag yang semula ia selempangkan sudah ikut raib entah kemana.

"Mbak, mbak nggak apa-apa?"

Kepala Nadine masih belum dapat memproses segala yang terjadi, jadi yang ia lakukan hanya menganggukan lalu menggelengkan kepala. Ia mengikuti arahan tukang ojek yang tadi membantunya berdiri. Ibu-ibu yang tadi meneriaki copet tersebut pun ikut menghampiri Nadine.

"Tenangin dulu Mbak, hati-hati kalau di sini makanya, tas jangan suka dibawa sembarangan," nasehat beliau seraya menyerahkan sebotol air mineral pada Nadine.

Setelah beberapa menit terlewat dan kesadaran Nadine pulih sepenuhnya barulah Nadine tersadar masalah apa yang mengintainya saat ini.

"Mati gue!" cetus Nadine spontan, mata hazelnya yang bergerak panik, membuat orang-orang yang mengelilinginya turut menatapnya heran. "Maaf Pak Bu, tapi saya di sini nyasar, handphone sama dompet saya ada di—"

Kalimat Nadine terhenti saat tiba-tiba saja ada dua orang yang menghampiri mereka—seorang anak laki-laki dengan pakaian lusuh dan oleh ibu-ibu dengan rompi parkir. Sebenarnya tidak tepat kalau Nadine mengatakan mereka menghampiri Nadine, karena kenyataannya anak laki-laki itu diseret dengan kuping dijewer oleh Ibu-Ibu tadi.

Yang membuat mata Nadine kontan membulat adalah tasnya yang ditenteng anak laki-laki tersebut.

"Nih, mbak copetnya, gebukin aja nggak papa tapi jangan lapor polisi ya?" Ibu tadi mendorong tubuh anak laki-laki tadi lalu memukul kepalanya. "Minta maap kaga lu tong, emak lu susah-susah nyari duit halal anaknya malah nyopet, kasihan Bu Sukma bae-bae didik anak, punya anak bader bener, bener-bener lu tong tong, kaga ada akhlak."

"Iya Bu, nggak apa-ap—eh tunggu tadi Ibu bilang apa?"

Ibu-Ibu dan anak lelaki kumal yang belum minta maaf tadi jadi menatap Nadine heran. "Minta maap?"

MencintaimuWhere stories live. Discover now