10. Lepas kendali

26.9K 3.1K 116
                                    

'menjadi diri sendiri kadang terasa sulit, namun dengan menjadi orang lain juga sangat melelahkan.'

┼─͙─͙─͙─͙─͓─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙┼

   Happy Reading

˖࣪✩۪۟۟҂⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘


Valec menuruni tangga dengan kaki pincang bersama Gilang yang dibelakangnya.

"Ck! Lambat" Gilang berdecih lalu menggendong Valec seperti karung beras.

Valec yang menyadari tubuhnya melayang langsung memberontak ingin di turun kan.

"Sialan! Turunin bangsat! Turunin"

Seakan tuli Gilang tidak menurunkan Valec sama sekali,teriakan dan umpatan Valec tak ada yang mampu menembus dinding kesabaran Gilang dalam menghadapi adik manisnya(?).

"AKH!! BEGO HIKS...SAKIT ANJROT" Gilang tanpa sengaja meremas paha Valec yang dibaluti perban sehingga luka yang belum menutup itu mengeluarkan darah.

Valec sedikit terisak dikarnakan Luka itu terbuka sedikit, sekedar info disaat Valec mengalami Self Harm ia tak akan merasakan apa-apa hanya perasaan lega karna bisa mengalihkan sedikit rasa stresnya dengan rasa sakit dikarnakan posisi dan pikirannya dalam masa stres atau tahap depresi sulitnya menghadapi depresi Valec akan menganggap luka ditubuh nya ringan dan tidak membahayakan.

Gilang mengendur kan tangannya yang ada dipaha Valec. "Sorry abang gak sengaja" Ujarnya dengan raut datar.

"Goblog turunin gue! Gue bisa jalan sendiri" Ujar Valec Mengusap airmata yang mengalir.

Gilang tak lagi mendengar perkataan Valec, ia malah berjalan kearah sofa yang berisikan keluarganya (?), dengan santai nya Gilang mendudukan Valec disebelah Allegra.

'Aduh! Sibego kenapa harus duduk disebelah orang gila ini' batin Valec melirik Allegra yang masih anteng (baca: diam) dengan Leptopnya.

"Tunggu disini abang mau ngambil alat kedokteran" Ujar Gilang lalu pergi kekamarnya.

"Woy gue ikut" Khodam Valec keluar begitu saja, ia berdiri dari tempat duduknya.

Sret

Saat Valec akan berjalan seseorang menarik tangannya dan duduk dipangkuan orang tersebut,Valec yang risih langsung berdiri tetapi pergerakan nya berhenti disaat tangan kekar orang itu memeluk pinggangnya dan menyenderkan kepalanya dipundak Valec.

"Idih dih, siapa Lo? lepas gak" Ujar Valec sambil mengeplak muka handsome kakak ketiganya.

Elvano Greogory.

Puk

Valec merasakan nyeri dipahanya karna tangan besar Elvano menepuk pahanya yang terluka, Valec sedikit meringis dengan kasar Valec langsung mendorong tangan Elvano.

"Kau kasar sekali adikku" Bisik Elvano tepat ditelinga Valec dengan suara bass nya.

"Gue bukan adek Lo! Sekarang lepasin gue" Valec akan berdiri dari Elvano tetapi Tangan Allegra mencengkeram tangannya.

"Duduk" mata allegra menajam.

Valec langsung saja menuruti perkataan Allegra dikarenakan aura yang dikeluarkan Allegra sudah tak bisa dinetralisir oleh udara, terlalu pekat dan gelap.

Tap

Gilang berdiri didepan Valec, ia berjongkok untuk menyamai lutut Valec, dengan pelan Gilang membuka perban Valec yang sudah kotor karna darah, lalu membalut luka itu dengan pelan, ia bersyukur karna Valec memakai celana pendek jika panjang Gilang akan kesusahan menggulung celana itu karna takut luka adiknya (?) Terkena bahan kasar celana.

"Kenapa kau terluka?" Pertanyaan Arsen mewakili mereka semua termasuk ayah dan ibu mereka yang sendari diam karena  Yana sedang tertidur.

"Bukan urusanmu" jawab Valec ketus.

Tangan besar Calvin memegang telapak tangan Valec lalu menatap Valec dengan arti 'katakan atau tangan mu abang remas' begitu lah arti tatapan Calvin.

Valec hanya mendengus.

"Paling itu drama" kata Luis yang membuka suara.

"Mana ada orang yang melukai dirinya sendiri,ayah" Ujar Elvano.

'Dia membelaku' batin Valec.

"Itu cuma akal-akalan dia saja untuk mengambil simpati kita,sayang" Ucap Gracia.

"Jika itu akal-akalan Valex,tidak mungkin ia berani melukai dirinya sendiri" Bela Gilang yang mulai sadar akan kesalahannya dulu.

"Akal-akalan bapak mu peang!" Gumam Valec kesal tetapi bisa didengar Elvano dan Allegra.

"katakan Valex kenapa diam" Allegra bersuara dan ruangan itu menjadi hening.

"Ak-"

Drrtt

Insaflah wahai manusia bila dirimu berdosa~

Dhanel is calling

Suara telfon Valec sedikit mencairkan suasana tegang yang diciptakan Allegra, Valec menggeser tombol hijau itu keatas.

"Spiker dan keraskan suaranya" perintah Aslan mutlak.

Valec menuruti nya karna malas berdebat apalagi dia sendiri mereka ber emm delapan bisa mati konyol dia.

"Hallo Vall, anterin gue kebandara Yok~"

"Buat apa kebandara?" Suara lembut Valec menyapu pendengaran mereka semua.

"Oh Lo belum tau yh, Angga pulang dari korea, mau ikut gak? Sekalian kita ngelontay.g canda, kita kecafe gitu nongkrong kaya dulu, gue tau lo gak inget sama Angga apa engak kan secara alamiah Lo kan amnesia." Jelas Dhaniel dari sebrang sana.

"amnesia kok alamiah hahaha, gue amnesia juga gara-gara orang hehehe,kalo gitu gue ik- Argh!" sebelum Valec menyelesaikan ucapannya Arsen memegang luka di pergelangan tangan Valec sedangkan Calvin mengambil Handphone Valec.

"Valex tidak ikut kau saja yang pergi"

Tutt

Calvin mematikan sambungan telfon lalu melempar hp itu ke meja dengan perasaan kesal, sedangkan Valec hanya menahan sakitnya luka yang diremas oleh Arsen.

"Katakkan Valex Greogory!! Kenapa kau melukai diri mu sendiri!! Jawab kami" Arsen sudah kehabisan kesabaran mengadapi Valec yang dari tadi lebih memilih menahan sakit dari pada mengatakan apa yang membuatnya terkuka.

"Kenapa gue harus jawab pertanyaan kalian sedangkan gue bukan siapa-siapa kalian! Dan gue mohon,kembali kayak dulu..dimana kalian gak peduli sama gue dan hanya peduli sama kak Yana" Valec menekan kata 'kak' dalam kalimatnya.

Karna ia sadar bahwa Yana sudah terbangun dari tidur nya tetapi masih berpura-pura tidur.

"Kau itu adik kami kenapa kau selalu mengatakan bahwa kami seolah-olah tak peduli dengan mu!" Ujar Gilang.

"memangnya kalian pernah peduli dengan ku? Coba sebutin kepedulian apa yang Lo maksud?! Waktu gue kesepian Lo semua dimana?! Waktu gue nangis karna diejek yang seharus membela tapi  kalian entah dimana?! Waktu gue dibully pas Smp Lo semua juga dimana dan...waktu gue ngalamin self harm Lo pada lagi apa bangsat!!dahlah ngomong sama orang gila itu susah, yang waras bisa apa" Valec menghela nafas nya dikarnakan lepas kendali.

'Anjeng lah mau pergi tapi kaki pincang bisa ketangkep lagi nih, lo sih kenapa malah nusuk dipaha kan ribet' runtuk Valec didalam batin dan menyalahkan diri sendiri.

Mereka semua diam bahkan para maid dan Bodyguard pun diam tak ada yang bersuara, ruangan itu hening dan hanya mengisahkan aura dingin.

─────────✶──────────

'Satu kebohongan cukup untuk mempertanyakan semua kebenaran.'


TBC.

ZØDYK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang