27. Kalung.

16.5K 2.1K 47
                                    

'mulai sekarang hargai kehadiran siapa pun, percayalah diabaikan itu rasanya menyakitkan.'

┼─͙─͙─͙─͙─͓─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙┼

Happy Reading

˖࣪✩۪۟۟҂⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘


Plakk

Satu tamparan Valec layangkan pada pipi Yana, sedangkan yang ditampar hanya diam sambil memegangi pipi nya yang merah dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gila Lo!" Bentak Valec.

"Hiks... maafin Yana hiks.."

"Gak usah nangis! Lo yang salah disini bangsat!!"

Valec mengusap wajah nya kasar, tanpa sadar beberapa tetes air mata keluar dari matanya, cerita dimulai dari pukul 04:30 dimana Valec yang masih tertidur terbangun disaat merasakan seseorang masuk kekamar nya.

Bukan!

Itu bukan abang-abang nya atau orang tua sialan itu melainkan Yana dengan wajah polos nya masuk kedalam kamar Valec mengambil kalung berbentuk lambang Fiexander yang terbawa dari dunia nyata yang ia taruh di atas meja komputer.

kalung itu adalah barang yang sangat berharga bagi Valec, hanya benda itu yang dapat mengingatkannya pada rumah asli nya, hanya benda itu yang dapat membuat Valec bertahan sampai ke titik ini dan hanya benda itu yang membuat Valec mengingat kedua orang tua asli nya.

Valec langsung membuka mata nya, menyingkirkan tangan Cendric yang memeluk pinggang Valec posesif, beranjak dari kasur lalu mengejar Yana yang sudah berlari.

Yana menengok ke belakang, betapa terkejutnya kalau Valec mengejar nya tepat dibelakang hanya butuh 10 langkah ia akan tertangkap.

Sengaja atau tidak sengaja Yana melempar kalung Valec dari lantai dua sampai bandul kalung Valec pecah berkeping-keping saking keras nya benturan dari kalung dan lantai yang keras.

Valec yang melihat kejadian itu wajah nya mengelap dan tanpa sadar menampar Yana, kegaduhan itu mengundang beberapa orang keluar dari kamar masing-masing tak terkecuali para maid dan bodyguard yang sedang berjaga atau memasak.

"Hiks...maaf kak hiks...Yana ga sengaja, Yana cuma mau pinjem kalung nya karna cantik hiks..." isak Yana.

Valec mengambil Vas bunga yang berada disamping tangga lalu membanting nya di depan tubuh Yana, Yana yang melihat itu mundur beberapa langkah kebelakang untuk menghindari pecahan keramik yang bisa saja melukai nya.

"Gue udah sabar banget sama sikap Lo," Valec melangkah kearah Yana dengan tangan menggengam pecahan Vas bunga.

"Sesabar-sabar nya manusia pasti ada batas nya, ga semua orang bisa tahan sama sikap Lo yang kaya gitu, kalo ga bisa ngerubah sikap Lo yang kaya gitu mending Lo mati aja." Lanjut Valec menyeringai.

"Hiks...ja-jangan mendekat hiks..apa guna nya hiks... kalung itu buat kakak hiks...itu cuma kalung doang hiks..." Ujar Yana berjalan mundur.

Wajah Valec semakin mengelap, genggaman tangan nya semakin kencang mengakibatkan tangan nya terluka karena pecahan vas, "kalo itu sekedar kalung doang... kenapa Lo ngambil kalung Gue sialan?!"

"Hiks...kalung nya cantik hiks.. kalo pinjem pasti ga bakal dikasih hiks..."

"Heh....hhahahah BANGSAT mau Lo pinjem mau Lo ngambil bahkan Lo nyentuh ga akan Gue ijin in." Ujar Valec menatap dingin Yana.

"Tuan muda letakkan benda berbahaya itu, kami mohon ini untuk keselamatan tuan muda." Ujar salah satu Bodyguard yang sendari tadi memperhatikan.

"Benar tuan muda, kita bicarakan baik-baik tentang masalah ini." Ujar Bodyguard satu lagi yang berada di sebelah kiri tangga.

Valec melirik kearah kedua bodyguard tangan yang memegang pecahan vas ia lempar kearah salah satu Bodyguard yang berada disebelah kiri tangga.

Jleb

Pecahan vas hampir  mengenai kepala sang bodyguard jika saja teman satu Bodyguard nya tidak menarik nya ke samping alhasil pecahan itu meluncur bebas kearah meja kayu dan menancap apik di meja tersebut.

"Kalo ngomong baik-baik bisa ngembaliin kalung Gue yang rusak, oke bakal Gue ikutin perintah Lo, kalo enggak mending diem atau badan Lo ga punya kepala." Ujar dingin Valec.

Kedua Bodyguard itu terdiam lalu menunduk, tanpa mereka sadari Arga berada disana dengan wajah yang sangat dingin, wajah yang tadi nya dingin dibuat kaget karna perkataan serta tingkah laku Valec yang belum pernah ia lihat.

Menyeramkan!

Satu kata yang terlintas di fikiran mereka, satu kata yang mengambarkan betapa kacau nya ruangan itu, bahkan kan mata biru safir yang selalu teduh sekarang tak terdapat setitik cahaya, semuanya gelap.

Valec kembali menatap kearah Yana yang gemetar di ujung sana, dengan langkah cepat ia berlari kearah Yana yang membiarkan kaki nya berdarah karna terinjak serpihan vas.

Hap

Tangan Valec mencekik leher Yana lalu menekan nya kebawah, Yana yang merasakan tekanan terjatuh dengan Valec diatas nya, mata yang berwarna safir seketika berkilat merah sekilas lalu kembali lagi ke warna asli nya.

"Uhuk..uhuk...hiks lepasin uhuk...tolong..hiks." Ujar Yana saat merasakan genggaman kuat pada lehernya.

Mati!

Mati!

Mati!

Di pikiran Valec hanya itu, kata kata itu yang menguasai pikiran nya, mata nya semakin mengelap, cengkeraman tangan nya semakin kuat.

Para Bodyguard yang melihat itu langsung berlari dan menarik Valec dari atas Yana, mata tajam Arga tak menemukan Valec bergerak sedikitpun langsung berlari untuk memisahkan Valec yang akan membunuh Yana.

'Sial kuat sekali, apa penting nya kalung itu.' Batin Arga yang sedikit kesusahan menarik Valec.

"Lepas! Lepasin gue bangsat!! Biarin dia mati!" Bentak Valec saat cekik kannya terlepas dan melihat Yana bangun dengan wajah takut disertai air mata.

Tanpa menjawab Valec, Arga memutar tubuh Valec dan langsung memeluknya lalu mengusap-usap belakang rambut Valec untuk menenangkan nya.

"Hiks.." satu isakan lolos dari mulut Valec, badan kecil nya bergetar menahan tangis.

"Sudah..sudah...tak apa, ada Mas disini." Ujar lembut Arga.

Arga mencium rambut Valec guna menenangkan nya, mata tajam Arga menoleh kearah Yana yang masih menangis, "pergi sebelum mereka membunuh mu." Ujar singkat Arga pada Yana.

Mereka yang diucapkan Arga adalah kakak-kakak Valec dan pastinya Cendric ikut membunuh bersama kakak-kakak Valec karna melihat Valec menangis histeris.

"hiks...bunda Hiks... ayah... hiks... maaf hiks... maaf... maaf... hiks.... maaf." Lirih Valec mengucapkan kata Maaf berulang kali.

Bunda?

Ayah?

Siapa?! Siapa orang yang dipanggil Valec, tidak ada yang dipanggil bunda atau Ayah dikeluarga Greogory, siapa yang mendapatkan panggilan itu, wajah Arga mengelap, ia harus tau dimana orang yang Valec panggil dan apa hubungan nya dengan Valec.

─────────✶──────────
'kesederhanaan semesta yg sulit diterjemahkan logika.'

TBC

[Sorry! Gue baru bisa up karna banyak tugas, sibuk sekolah dan beberapa hari yang lalu sakit, sorry ya!]

ZØDYK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang