14. Licik.

24.4K 2.7K 58
                                    

'Lakukan apa yang harus kamu lakukan sampai kamu dapat melakukan apa yang ingin kamu lakukan.'

┼─͙─͙─͙─͙─͓─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙─͙┼

   Happy Reading

˖࣪✩۪۟۟҂⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘

Jantung Valec seakan ingin lepas dari tempatnya, pandangan Arsen mengunci pergerakan mata Valec yang bergetar hebat karna panik.

"Aku tanya sekali lagi! Siapa kau?!" Ujar Arsen penuh penekanan.

"Maksud Lo apa? Gue Valex(C) adek Lo" kata Valec menutupi kegugupan nya.

Arsen menyeringai. "Ahh~ sekarang kau mengakui ku sebagai kakak mu, Senangnya~" ujar Arsen.

'Sialan! Dia licik! Gue kira dia tau kalo gue bukan adeknya ternyata dia hanya ingin gue mengakuinya sebagai kakak, Bastrand! Bantin Valec kesal.

Valec menahan kesal nya setengah mati sampai wajahnya memerah saking kesalnya dan itu sangat lah mengemaskan dimata Arsen.

"Maafkan kakak! Kakak bercanda tadi, maaf telah menakuti mu dengan pandangan itu." ujarnya santai sambil mencubit pipi Valec.

"Akh! Baj--" sebelum Valec menyelesaikan ucapannya tangan Arsen menutup mulut Valec.

Pandangan Arsen menajam, Aura dingin menguar kuat diruangan itu.

"Jangan berkata kasar didepan kakak." Kata Arsen dengan nada ancaman.

Valec mengganguk tangan nya gemetar samar, pandangannya masih terpaku pada sorot hitam Arsen, Valec takut bukan berarti takut pada omongan Arsen melainkan tatapan Arsen padanya seakan menjatuhkannya dijurang tak berdasar.

Arsen yang peka langsung mengubah pandangannya menjadi lembut, tangan dingin Arsen menyentuh pipi Valec.

"Maaf." Kata Arsen lembut membuat Valec terkejut.

"Bang! Gue mau keluar." Ujar Valec.

"nggak boleh!" Kata Arsen.

"Laper nih gue, dari siang belum makan." Ujar Valec memegang perutnya.

Arsen yang melihat itu hanya menghela nafas niat nya mengurung Valec di Kamarnya untuk tidur bersama malah gagal dikarnakan perut Valec yang belum terisi.

Cklek

"Ini waktunya makan malam sepertinya mereka lupa memanggil kita." ujar Arsen dengan memutar kunci kamar lalu membuka pintu kamar.

'Mereka nggak lupa tapi sengaja!, lagian bang Alvin (Calvin) kenapa nggak manggil gue sih!' Batin Valec memutar bola matanya malas.

"Kita kebawah." Ujar Arsen.

"Nggak perlu, gue mau makan diluar." Tolak Valec dengan muka masam.

ingatkan Valec jika ia sangat membenci keluarga asing ini tetapi mereka malah berperan seakan prilaku mereka dulu bisa dimaafkan.

Walaupun ia bukan Valex yang asli didunia ini tapi tetap saja ia yang terkena imbas perasaan Valex yang asli dan mengakibatkan Self Harm nya kambuh.

"Kakak tidak menerima penolakkan."

'Sialan.'

°•

Meja makan dipenuhi dengan dentinggan alat makan yang saling bersahutan membuat kesan hening diruang makan

Disaat mereka sedang asik memakan makanannya Arsen dan Valec turun dari lantai dua dengan wajah datar untuk Arsen dan wajah kesal milik Valec.

Arsen menarik kursi untuk Valec duduki, Valec yang melihat itu hanya menyiratkan keheranan(?), didalam Novel Arsen adalah orang yang tidak suka melayani seseorang apalagi hanya menarik kursi sekali pun, Arsen di Novel terkesan acuh dan tidak peduli pada siapa pun tetapi perintahnya adalah mutlak.

"Duduk!" Ujar Arsen yang membuyarkan lamunan Valec.

Valec menuruti perkataan Arsen, Calvin mengambilkan piring berserta nasi lalu mengambil beberapa sayur dan meletakkan nya di piring Valec.

Valec menyirit pikirannya berkelana 'apa gunanya pelayan disini jika Calvin mengambilkan nya makanan' fikir Valec.

Valec menatap makanannya penuh dengan sayur-sayuran lalu melihat piring keluarga itu, mereka tidak memakan sayur melainkan daging dan sialnya ia tidak dikasih daging, hanya sayuran dan nasi.

Valec tau jika sayuran itu sehat tapi kan ahhh sudahlah Valec sudah tak bernafsu makan dan hanya memainkan sendok dinasinya.

"Kenapa nggak dimakan hm?" Tanya Calvin lembut.

Valec melirik kearah Calvin melalui ekor matanya,senyum jahil muncul di bibir Valec.

"Bang, itu di mulut abang ada apa nya? Kok ada item-item nya" ujar Valec sambil menunjuk kemulut Calvin yang tertutup.

Calvin menatap Valec curiga, perasaan ia tidak memakan bahan makanan berwarna hitam apa adiknya ini salah melihat pikir Calvin.

"Bang coba buka mulutnya...Gue mau masti in siapa tau semut yang mati di mulut abang" ujar Valec memastikan.

Calvin menuruti perkataan Valec lalu membuka mulut nya, Valec yang melihat itu langsung mengambil kubis dari piring nya lalu meletakan kubis itu kedalam mulut Calvin.

"Pfft-"

Calvin yang mendapat suapan mendadak itu langsung mengunyah nya dan menelannya cepat lalu menatap Valec dengan wajah memerah karna kesal dan malu, kesal karna memakan sayur yang ia hindari dan malu karna dikerjai.

Plak

Calvin mengeplak kepala Valec, sedangkan si empu memegang kepalanya dan meringis sakit.

"Makan yang bener." Ujar Calvin.

"Makan? Masa gue dikasih rumput kek gini sih! Ogah gue mending makan bakso diluar" ujar Valec sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Berhenti." Perkataan Allegra menghentikan langkah Valec.

'Ah! sial si gila ini' batin Valec.

"Duduk." Perintah Allegra.

Valec melanjutkan langkahnya tak menghiraukan perintah Allegra, tatapan nya menjadi dingin, ia tak suka diperintah dan dikekang walau didunia nyata Valec tipe orang mengekang seseorang.

'Anak itu harus dihukum.' Batin Allegra menyeringai setan.

"Aku selesai." Elvano mendorong kursinya kebelakang lalu melenggang pergi.

"Ah! Vano ambilkan aku borgol." Ujar Allegra tersenyum manis.

Ini bencana!!.

─────────✶──────────
'terlalu sibuk ngurusin rasa sakit, sampai lupa kalau aku juga nyakitin'

TBC.

ZØDYK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang